Hadapi persaingan, BPR pilih merger

Sabtu, 11 Februari 2012 - 13:01 WIB
Hadapi persaingan, BPR...
Hadapi persaingan, BPR pilih merger
A A A
Sindonews.com – Pelaku bank perkreditan rakyat (BPR) memilih untuk melakukan penggabungan usaha (merger) dalam menghadapi ketatnya persaingan. Ini juga sebagai imbas dari gencarnya bank umum masuk ke wilayah yang selama ini menjadi pasarnya BPR.

Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Komda Semarang Teguh Sumaryono mengatakan, merger tidak selalu diartikan sebagai sebuah penurunan kinerja (usaha).Karena itu, banyak pemilik BPR memilih melakukan penggabungan.

”Saat ini merger merupakan langkah untuk penguatan BPR dalam menghadapi ketatnya persaingan. Apalagi sekarang persaingan tidak hanya antar-BPR tapi dengan bank umum juga,” katanya kemarin.

Penguatan melalui merger tidak hanya menyangkut penguatan modal, melainkan juga penguatan manajemen. Pasalnya, modal maupun manajemen sama-sama penting dalam mendukung bisnis perbankan. ”Dengan merger itu juga lebih efisien,” tegasnya.

Dia mencontohkan BPR swasta yang awal tahun ini melakukan merger adalah BPR Kusuma Group. Dari enam cabang BPR Kusuma Group yang ada di berbagai daerah di Jateng digabung menjadi satu.

Tahun lalu BPR milik mantan Wali Kota Semarang Sukawi Sutarip juga dimerger. Dari empat BPR dilebur menjadi satu yaitu,BPR Kawi Sentra Semarang. ”Itu hanya BPR swasta, belum merger yang dilakukan oleh BPR milik pemda (BPR BKK) yang jumlahnya lebih banyak,” tegasnya.

Di samping melakukan merger, lanjut Teguh, strategi BPR dalam menghadapi persaingan pasar juga ditempuh dengan meningkatkan linkage program bersama bank umum.

”Kalau saya linkage program dengan Bank Mandiri,” sebut Direktur Utama BPR Artha Moro Semarang itu. Terlepas dari itu,lanjut dia, BPR masih yakin bisa menggarap pasar UKM dalam melakukan pengembangan bisnis perbankan. Bank umum memang makin gencar menggarap segmen tersebut, tapi pasar UKM itu masih sangat luas untuk dimanfaatkan.

Hal yang sama juga disampaikan Ketua Perbarindo Jateng Arif Budiarto. Menurut dia, persaingan dengan bank umum memang makin ketat, tapi kredit BPR tahun ini masih akan tumbuh signifikan. Data Bank Indonesia (BI) Semarang menunjukan pembukuan aset BPR di Jateng hingga November 2011 mencapai sebesar Rp12,60 triliun atau naik 17,68 persen dari November 2010 yang hanya Rp10,70 triliun.

Peningkatan aset terutama didukung oleh penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh 19,57 persen menjadi Rp8,81 triliun dari periode sama di tahun sebelumnya sebesar Rp7,37 triliun.

”Target pertumbuhan kredit BPR di Jateng pada tahun ini dipatok sebesar 20 persen. Kami akan fokus menggarap kredit konsumsi, tanpa meninggalkan pembiayaan di sektor UMKM,”tandasnya.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4894 seconds (0.1#10.140)