Petani Tulungagung mulai tinggalkan pupuk bersubsidi

Minggu, 12 Februari 2012 - 19:08 WIB
Petani Tulungagung mulai tinggalkan pupuk bersubsidi
Petani Tulungagung mulai tinggalkan pupuk bersubsidi
A A A
Sindonews.com - Sejumlah petani di Tulungagung kini mulai meninggalkan penggunaan pupuk kimia bersubsidi dari pemerintah. Dari kuota 34.605 ton yang disediakan pemerintah, para pencocok tanam hanya mengonsumsi 25.396 ton.

Menurut Kepala Dinas Pertanian Tulungagung, Tatang Suhartono para petani mulai beralih ke pupuk organik. “Sebab dari sisi harga memang lebih murah," ujarnya kepada wartawan di Tulungang, akhir pekan kemarin.

Untuk setiap satu kilogram pupuk urea petani harus merogoh kocek sebesar Rp1.800. Tarif ini merupakan kenaikan dari tahun 2011 sebesar Rp1.600 per kg. Sedangkan harga satu kilogram pupuk ZA sebesar Rp1.500, SP36 sebesar Rp3000 per kg dan pupuk NPK sebesar Rp2.300 per kg.

Kuota pupuk urea dalam setahun di Tulungagung mencapai 34.605 ton. Sedangkan kuota pupuk ZA mencapai 10.835 ton dengan penggunaan sebesar 10.512 ton. Sementara untuk satu kilogram pupuk organik hanya seharga Rp500.

Yang menarik, tidak sedikit petani membuat ramuan (organik) sendiri. Tentunya kreativitas tersebut menelan biaya lebih rendah. Sebab di wilayah pedesaan, kata Tatang, tidak sulit untuk memperoleh kotoran ternak. “Kalau secara ekonomis memang pupuk organik jelas jauh lebih terjangkau," jelasnya.

Untuk masa depan petani, peralihan dari pupuk kimia ke organik menurutnya sangat baik untuk kesuburan tanah. Sebab organik tidak merusak unsur hara tanah seperti yang diakibatkan senyawa kimia.

Di sisi lain pupuk organik juga tidak menyebabkan hama lebih resistance terhadap obat-obatan (pestisida). “Justru bagi kami ini perubahan yang menggembirakan. Sebab dalam pembinaan yang kita lakukan memang mendorong untuk penggunaan pupuk organik," paparnya.

Meski belum ada penelitian apakah ada kaitanya yang pasti menurut Tatang produktivitas pangan di Kabupaten Tulungagung mengalami surplus. Dari kebutuhan pangan 97.000 ton per tahun, para petani mampu berproduksi sebesar 148.000 ton per tahun.

Seluruh pangan tersebut dihasilkan dari luas lahan 27.516 hektar. Yakni terdiri dari 24.870 hektar lahan baku dengan panen tiga setahun. Kemudian 912 hektar lahan cadangan serta 1.734 hektar lahan tadah hujan. “Diharapkan untuk ke depan peningkatan (surplus) akan lebih baik," pungkasnya.

Hal serupa juga dikatakan salah seorang petani di wilayah Kecamatan Gondang, Suprapto (37), yang mengatakan bahwa selain hemat, pupuk organik lebih mudah didapat. Dengan pupuk organik, petani tidak pernah menemui persoalan rutin kelangkaan pupuk dalam setiap tahunya.

“Kelangkaan pupuk kimia biasanya terjadi pada musim tanam. Selain itu tidak sulit untuk membuat pupuk organik," ujarnya singkat. (ank)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5769 seconds (0.1#10.140)