Dapat pinjaman, XL bayar utang obligasi
A
A
A
Sindonews.com — PT XL Axiata Tbk (EXCL) mendapatkan pinjaman dari Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp1 triliun. Dana pinjaman dari bank pelat merah tersebut akan digunakan perseroan untuk melunasi sebagian surat utang (obligasi) yang akan jatuh tempo pada April tahun ini.
Direktur Utama XL Hasnul Suhaimi mengatakan, perseroan akan membayar Obligasi II/2007 jatuh tempo pada April tahun ini sebesar Rp1,5 triliun dari pinjaman perbankan dan kas internal. Dari total obligasi tersebut, sekitar Rp1 triliun akan dibayar dari pinjaman Bank Mandiri yang sudah dicairkan dan sisanya senilai Rp500 miliar dari kas internal. “Kira-kira dua pertiga dari Mandiri dan sepertiganya dari kas internal,” kata dia di Jakarta, Kamis (16/2/2012).
Lebih lanjut Hasnul menjelaskan, perseroan sudah menarik pinjaman dari Bank Mandiri pada kuartal IV tahun lalu sebesar Rp1 triliun. Pinjaman dari bank pelat merah tersebut memiliki tenor selama tiga tahun dengan tingkat bunga pinjaman sesuai harga pasar. Adapun, posisi kas internal perseroan per akhir Desember 2011 tercatat sebesar Rp998 miliar. Hasnul menjelaskan, alasan perseroan lebih memilih pinjaman perbankan daripada menerbitkan obligasi untuk melunasi obligasi yang jatuh tempo lantaran lebih fleksibel. “Saat ini lebih cocok dan fleksibel menggnakan jasa perbankan,” tandas Hasnul.
Fitch Ratings baru-baru ini menaikkan peringkat nasional jangka panjang dan obligasi XL senilai Rp1,5 triliun menjadi AA+ dari sebelumnya AA. Adapun prospek dari peringkat obligasi yang akan jatuh tempo pada 26 April tahun ini adalah positif. Sementara peringkat utang jangka panjang dalam rupiah maupun asing ditetapkan pada level BB+. Menurut Associate Director Fitch Ratings Any Sirapurna, peningkatan peringkat tersebut didorong kembalinya kekuatan kredit XL dan stabilnya kinerja keuangan maupun operasional perusahaan.
Selain itu, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memberikan peringkat yang sama kepada obligasi II/2007 perseroan sebesar Rp1,5 triliun. Perusahaan telekomunikasi ini dinilai dapat membayar obligasi yang akan jatuh tempo pada tiga bulan mendatang dengan menggunakan dana dari kombinasi kas internal dan pinjaman. Pada kuartal I tahun ini, XL diperkirakan mampu menghasilkan arus kas bersih dari kegiatan operasionalnya lebih dari Rp2 triliun, yang bisa digunakan untuk membayar obligasinya yang akan jatuh tempo.
XL pada akhir tahun lalu membukukan laba bersih stagnan dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan laporan audit perseroan, laba perusahaan telekomunikasi tersebut pada akhir tahun lalu tercatat sebesar Rp2,83 triliun, sedangkan laba bersih pada 2010 senilai Rp2,89 triliun. Sementara itu, pada periode yang sama perseroan berhasil membukukan pendapatan teraudit sebesar Rp18,92 triliun. Angka tersebut meningkat tujuh persen dibanding pendapatan pada tahun sebelumnya.
“Kenaikan kontribusi pendapatan layanan data sebesar 15 persen terhadap total pendapatan layanan telekomunikasi dibanding tahun sebelumnya dan kontribusi pendapatan selain percakapan telah mencapai hampir 50 persen,” tutur Hasnul.
Dia menjelaskan, pengguna layanan data saat ini sudah lebih dari setengah dari total pelanggan, sedangkan trafik layanan data naik lebih dari tiga kali lipat. Adapun, pengguna layanan data saat ini sebanyak 25,5 juta atau sekitar 55 persen dari total pelanggan XL sebesar 46,4 juta, sedangkan trafik penggunaan data tumbuh 295 persen dari 2,7 petabyte pada 2010 menjadi 10,6 petabyte pada 2011. Sepanjang tahun lalu, XL memperkuat jaringan 3G dengan menambah lebih dari 6.000 base transceiver station (BTS), sehingga total BTS 2G dan 3G pada akhir tahun lalu mencapai 28.273 BTS.
Untuk tahun ini, dia memproyeksikan, pendapatan perseroan pada tahun ini sekitar 6-8 persen lantaran pasar telekomunikasi yang sudah jenuh. Untuk menyiasatinya, perseroan akan fokus pada pengembangan layanan data. Tahun ini perseroan mengalokasikan dana sebesar Rp6 triliun untuk pengembangan bisnisnya.
Dari dana capex itu, sebesar 66,67 persen dialokasikan untuk pengembangan layanan data dan sisanya untuk layanan 2G. Pendanaan capex berasal dari kas internal. Sementara, perseroan pada tahun lalu telah mengunakan belanja modal sebesar Rp6,5 triliun. Lebih dari setengahnya diinvestasi untuk bisnis layanan data.
Direktur Utama XL Hasnul Suhaimi mengatakan, perseroan akan membayar Obligasi II/2007 jatuh tempo pada April tahun ini sebesar Rp1,5 triliun dari pinjaman perbankan dan kas internal. Dari total obligasi tersebut, sekitar Rp1 triliun akan dibayar dari pinjaman Bank Mandiri yang sudah dicairkan dan sisanya senilai Rp500 miliar dari kas internal. “Kira-kira dua pertiga dari Mandiri dan sepertiganya dari kas internal,” kata dia di Jakarta, Kamis (16/2/2012).
Lebih lanjut Hasnul menjelaskan, perseroan sudah menarik pinjaman dari Bank Mandiri pada kuartal IV tahun lalu sebesar Rp1 triliun. Pinjaman dari bank pelat merah tersebut memiliki tenor selama tiga tahun dengan tingkat bunga pinjaman sesuai harga pasar. Adapun, posisi kas internal perseroan per akhir Desember 2011 tercatat sebesar Rp998 miliar. Hasnul menjelaskan, alasan perseroan lebih memilih pinjaman perbankan daripada menerbitkan obligasi untuk melunasi obligasi yang jatuh tempo lantaran lebih fleksibel. “Saat ini lebih cocok dan fleksibel menggnakan jasa perbankan,” tandas Hasnul.
Fitch Ratings baru-baru ini menaikkan peringkat nasional jangka panjang dan obligasi XL senilai Rp1,5 triliun menjadi AA+ dari sebelumnya AA. Adapun prospek dari peringkat obligasi yang akan jatuh tempo pada 26 April tahun ini adalah positif. Sementara peringkat utang jangka panjang dalam rupiah maupun asing ditetapkan pada level BB+. Menurut Associate Director Fitch Ratings Any Sirapurna, peningkatan peringkat tersebut didorong kembalinya kekuatan kredit XL dan stabilnya kinerja keuangan maupun operasional perusahaan.
Selain itu, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memberikan peringkat yang sama kepada obligasi II/2007 perseroan sebesar Rp1,5 triliun. Perusahaan telekomunikasi ini dinilai dapat membayar obligasi yang akan jatuh tempo pada tiga bulan mendatang dengan menggunakan dana dari kombinasi kas internal dan pinjaman. Pada kuartal I tahun ini, XL diperkirakan mampu menghasilkan arus kas bersih dari kegiatan operasionalnya lebih dari Rp2 triliun, yang bisa digunakan untuk membayar obligasinya yang akan jatuh tempo.
XL pada akhir tahun lalu membukukan laba bersih stagnan dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan laporan audit perseroan, laba perusahaan telekomunikasi tersebut pada akhir tahun lalu tercatat sebesar Rp2,83 triliun, sedangkan laba bersih pada 2010 senilai Rp2,89 triliun. Sementara itu, pada periode yang sama perseroan berhasil membukukan pendapatan teraudit sebesar Rp18,92 triliun. Angka tersebut meningkat tujuh persen dibanding pendapatan pada tahun sebelumnya.
“Kenaikan kontribusi pendapatan layanan data sebesar 15 persen terhadap total pendapatan layanan telekomunikasi dibanding tahun sebelumnya dan kontribusi pendapatan selain percakapan telah mencapai hampir 50 persen,” tutur Hasnul.
Dia menjelaskan, pengguna layanan data saat ini sudah lebih dari setengah dari total pelanggan, sedangkan trafik layanan data naik lebih dari tiga kali lipat. Adapun, pengguna layanan data saat ini sebanyak 25,5 juta atau sekitar 55 persen dari total pelanggan XL sebesar 46,4 juta, sedangkan trafik penggunaan data tumbuh 295 persen dari 2,7 petabyte pada 2010 menjadi 10,6 petabyte pada 2011. Sepanjang tahun lalu, XL memperkuat jaringan 3G dengan menambah lebih dari 6.000 base transceiver station (BTS), sehingga total BTS 2G dan 3G pada akhir tahun lalu mencapai 28.273 BTS.
Untuk tahun ini, dia memproyeksikan, pendapatan perseroan pada tahun ini sekitar 6-8 persen lantaran pasar telekomunikasi yang sudah jenuh. Untuk menyiasatinya, perseroan akan fokus pada pengembangan layanan data. Tahun ini perseroan mengalokasikan dana sebesar Rp6 triliun untuk pengembangan bisnisnya.
Dari dana capex itu, sebesar 66,67 persen dialokasikan untuk pengembangan layanan data dan sisanya untuk layanan 2G. Pendanaan capex berasal dari kas internal. Sementara, perseroan pada tahun lalu telah mengunakan belanja modal sebesar Rp6,5 triliun. Lebih dari setengahnya diinvestasi untuk bisnis layanan data.
()