Dampak krisis Eropa mulai dirasakan perbankan
A
A
A
Sindonews.com – Krisis ekonomi yang sedang terjadi di Eropa mulai terasa dampaknya pada perbankan nasional. Walaupun, dampak yang dirasakan masih sangat kecil.
Direktur Institusional Banking Bank Mandiri Abdul Rachman mengatakan, krisis Eropa ternyata mulai mempengaruhi perbankan nasional. Pengaruh tersebut berasal dari nasabah bank yang terkait langsung dengan ekspor Eropa.
”Bank yang nasabahnya memiliki hubungan dagang dengan Yunani, Spanyol, dan negara Eropa lainnya mulai terganggu,” jelas Abdul Rachman pada acara National Accounting Week 2012 di Aula Unpad, Jalan Dipati Ukur, Kota Bandung, kemarin.
Menurut dia, indikator kecilnya pengaruh krisis Eropa terhadap perbankan nasional terlihat pada pertumbuhan perbankan nasional selama 2011. Kinerja bank menunjukkan performa cukup bagus. Di mana, aset bank-bank di Indonesia tumbuh dari Rp3.009 triliun (2010) menjadi jadi Rp3.372 triliun (2011). Juga pertumbuhan kredit dari Rp1.768 triliun menjadi Rp2.079 triliun (2011).
”Hubungan ekspor Indonesia ke Eropa juga sangat kecil. Kita lebih besar ekspor ke Asia. Jadi saya perkirakan, ekonomi Indonesia akan tetap solid dan ekonomi Indonesia diperkirakan akan tetap tumbuh 6,7 persen pada tahun ini,” beber dia.
Namun demikian, lanjut dia, perbankan harus tetap waspada dan jangan over confident. Dia khawatir, investor asing dari sejumlah negara melakukan sorted dan penarikan dana investasi valuta asing. ”Kita harus khawatir kalau mereka menarik dana itu,” timpal dia.
Sementara itu, Kepala Biro Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia Irwan Lubis mengatakan, dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi, BI mempersiapkan sejumlah langkah strategis untuk sektor perbankan.
Di antaranya, meningkatkan kualitas modal dan likuiditas bank nasional. ”Langkah lainnya yang tak kalah penting, yaitu mengawasi bank-bank yang diperkirakan berdampak sistemik,” kata dia.
Direktur Institusional Banking Bank Mandiri Abdul Rachman mengatakan, krisis Eropa ternyata mulai mempengaruhi perbankan nasional. Pengaruh tersebut berasal dari nasabah bank yang terkait langsung dengan ekspor Eropa.
”Bank yang nasabahnya memiliki hubungan dagang dengan Yunani, Spanyol, dan negara Eropa lainnya mulai terganggu,” jelas Abdul Rachman pada acara National Accounting Week 2012 di Aula Unpad, Jalan Dipati Ukur, Kota Bandung, kemarin.
Menurut dia, indikator kecilnya pengaruh krisis Eropa terhadap perbankan nasional terlihat pada pertumbuhan perbankan nasional selama 2011. Kinerja bank menunjukkan performa cukup bagus. Di mana, aset bank-bank di Indonesia tumbuh dari Rp3.009 triliun (2010) menjadi jadi Rp3.372 triliun (2011). Juga pertumbuhan kredit dari Rp1.768 triliun menjadi Rp2.079 triliun (2011).
”Hubungan ekspor Indonesia ke Eropa juga sangat kecil. Kita lebih besar ekspor ke Asia. Jadi saya perkirakan, ekonomi Indonesia akan tetap solid dan ekonomi Indonesia diperkirakan akan tetap tumbuh 6,7 persen pada tahun ini,” beber dia.
Namun demikian, lanjut dia, perbankan harus tetap waspada dan jangan over confident. Dia khawatir, investor asing dari sejumlah negara melakukan sorted dan penarikan dana investasi valuta asing. ”Kita harus khawatir kalau mereka menarik dana itu,” timpal dia.
Sementara itu, Kepala Biro Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia Irwan Lubis mengatakan, dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi, BI mempersiapkan sejumlah langkah strategis untuk sektor perbankan.
Di antaranya, meningkatkan kualitas modal dan likuiditas bank nasional. ”Langkah lainnya yang tak kalah penting, yaitu mengawasi bank-bank yang diperkirakan berdampak sistemik,” kata dia.
()