Layanan data jadi andalan XL
A
A
A
Sindonews.com - Tren pasar telekomunikasi seluler diperkirakan akan semakin menurun sehingga PT XL Axiata Tbk (EXCL) hanya memproyeksikan kenaikan pendapatan naik 6-8 persen saja. Menurunnya pengguna voice membuat XL lebih fokus pada pengembangan layanan data.
"Persentase untuk voice sendiri dari tahun ke tahun mulai menurun, akibat dari banyaknya pengguna pesan instan. Apalgi sekarang harga sms naik menjadi Rp23 per sms beda provider, maka kedepannya kita lihat pengguna sms juga akan menurun. Untuk menyiasatinya adalah kita melihat bagaimana layanan data agar bisa menguntungkan," ungkap Direktur Utama XL Hasnul Suhaimi saat mengunjungi kantor MNC Group, Jalan Kebon Sirih Raya, Jakarta, Kamis (16/2/2012).
Berdasarkan trafik, pola kebutuhan data pelanggan meningkat signifikan menjadi 10,858 terabyte (TB) pada 2011, dari tahun sebelumnya yang hanya 2,749 TB.
Secara persentase, kebutuhan fasilitas data pada 2011, tumbuh signifikan yakni 61,1 persen (YoY). Data juga memberikan kontribusi besar terhadap revenew, menjadi 22 persen dari 17 persen dibanding tahun sebelumnya.
"XL sebenarnya mulai fokus pada pengembangan data sejak 2011. Tetapi pada tahun ini kami akan semakin agresif. Kami akan mengubah fokus yang awalnya kepada business model menjadi data service," ujar Hasnul.
Menurut dia, penggunaan data di Indonesia masih dalam fase yang rendah, seperti pada fasilitas pencarian data dan penggunaan jejaring sosial. "Namun ke depannya akan lebih banyak kepada suara dan gambar. Nah, kami tengah mempersiapkan potensi kebutuhan pelanggan tersebut," jelasnya.
Mengacu pada fokus tersebut, manajemen melakukan beberapa langkah, di antaranya merumuskan strategi pengembangan data, migrasi 2G menjadi 3G, dan terus menciptakan produk yang atraktif dan relevan bagi pelanggan.
Sedangkan terkait tarif penjualan data unlimited sebesar Rp100 ribu per 7 giga dirasanya masih terlalu murah jika dibandingkan dengan di luar negeri yang bisa mencapai 10 kali lipatnya.
"Costnya terlalu tinggi apalagi untuk membangun infrastruktur jaringan biasa kita membangun masing-masing. Kedepannya kita akan mencoba menjadi satu sehingga bisa menurunkan cost," jelasnya.
Tren pertumbuhan kebutuhan fasilitas data ini, lanjut Hasnul, tidak lepas dari adanya pertumbuhan pendapatan per kapita yang terjadi di Indonesia. "Income per capita kita dari USD3.000 kini bertambah menjadi USD3.400. Ini mengalami pertumbuhan yang signifikan," tambah dia. (ank)
"Persentase untuk voice sendiri dari tahun ke tahun mulai menurun, akibat dari banyaknya pengguna pesan instan. Apalgi sekarang harga sms naik menjadi Rp23 per sms beda provider, maka kedepannya kita lihat pengguna sms juga akan menurun. Untuk menyiasatinya adalah kita melihat bagaimana layanan data agar bisa menguntungkan," ungkap Direktur Utama XL Hasnul Suhaimi saat mengunjungi kantor MNC Group, Jalan Kebon Sirih Raya, Jakarta, Kamis (16/2/2012).
Berdasarkan trafik, pola kebutuhan data pelanggan meningkat signifikan menjadi 10,858 terabyte (TB) pada 2011, dari tahun sebelumnya yang hanya 2,749 TB.
Secara persentase, kebutuhan fasilitas data pada 2011, tumbuh signifikan yakni 61,1 persen (YoY). Data juga memberikan kontribusi besar terhadap revenew, menjadi 22 persen dari 17 persen dibanding tahun sebelumnya.
"XL sebenarnya mulai fokus pada pengembangan data sejak 2011. Tetapi pada tahun ini kami akan semakin agresif. Kami akan mengubah fokus yang awalnya kepada business model menjadi data service," ujar Hasnul.
Menurut dia, penggunaan data di Indonesia masih dalam fase yang rendah, seperti pada fasilitas pencarian data dan penggunaan jejaring sosial. "Namun ke depannya akan lebih banyak kepada suara dan gambar. Nah, kami tengah mempersiapkan potensi kebutuhan pelanggan tersebut," jelasnya.
Mengacu pada fokus tersebut, manajemen melakukan beberapa langkah, di antaranya merumuskan strategi pengembangan data, migrasi 2G menjadi 3G, dan terus menciptakan produk yang atraktif dan relevan bagi pelanggan.
Sedangkan terkait tarif penjualan data unlimited sebesar Rp100 ribu per 7 giga dirasanya masih terlalu murah jika dibandingkan dengan di luar negeri yang bisa mencapai 10 kali lipatnya.
"Costnya terlalu tinggi apalagi untuk membangun infrastruktur jaringan biasa kita membangun masing-masing. Kedepannya kita akan mencoba menjadi satu sehingga bisa menurunkan cost," jelasnya.
Tren pertumbuhan kebutuhan fasilitas data ini, lanjut Hasnul, tidak lepas dari adanya pertumbuhan pendapatan per kapita yang terjadi di Indonesia. "Income per capita kita dari USD3.000 kini bertambah menjadi USD3.400. Ini mengalami pertumbuhan yang signifikan," tambah dia. (ank)
()