Plus-minus inflasi

Minggu, 19 Februari 2012 - 11:55 WIB
Plus-minus inflasi
Plus-minus inflasi
A A A


Sindonews.com - Setelah terkendali di 3,8% pada tahun lalu, inflasi tahun ini diperkirakan akan melesat ke level 6% seiring kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan listrik atau pembatasan BBM bersubsidi.

Inflasi bersama dengan nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi adalah tiga indikator utama dalam perekonomian kita. Inflasi sejatinya berhubungan sangat erat dengan nilai tukar. Bank Indonesia dalam empat bulan terakhir tahun lalu terus menjaga rupiah dan melakukan intervensi rupiah yang diperlukan untuk meredam inflasi.

Nilai tukar rupiah yang merosot menyebabkan inflasi (imported inflation) akan melesat seperti yang terjadi pada 1998. Sementara inflasi yang tinggi juga akan membuat nilai tukar rupiah semakin melemah, sesuai teori purchasing power parity.

Inilah yang terjadi dengan rupiah kita selama periode 1977-1997 dari Rp425 menjadi Rp2.500 per dolar Amerika Serikat (USD). Jika dibandingkan dengan nilai tukar, inflasi memengaruhi lebih banyak sendi kehidupan.

Inflasi memengaruhi bunga bebas risiko (bunga BI) yang pada gilirannya akan menentukan suku bunga tabungan, kredit, obligasi, diskonto, dan yield. Suku bunga, diskonto, dan yield baru pada akhirnya akan membuat valuasi semua aset dan skenario perencanaan keuangan berubah.

Dalam menyusun anggaran tahunan baik tingkat makro (negara) maupun mikro (perusahaan), asumsi mengenai tingkat inflasi juga mutlak diperlukan karena sangat menentukan banyak pos dalam anggaran. Ada banyak definisi inflasi.

Yang paling sederhana mengatakan inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa atau penurunan daya beli dari uang. Inflasi terjadi ketika harga-harga semakin tinggi atau ketika kita memerlukan uang yang lebih banyak untuk membeli barang yang sama.

Definisi yang paling saya suka adalah yang diberikan Prof Sri Edi Swasono, dosen ekonomi makro saya. Inflation happens when you go to a market with a pocket of money and bring home a basket of goods and the next day you go to the same market with a basket of money but bring home only a pocket of goods.

Definisi inflasi yang lengkap yang tidak hanya melihat akibatnya (kenaikan harga dan penurunan daya beli), tetapi juga sebabnya diberikan kamus Webster 1983 dan disempurnakan dalam kamus American Heritage pada 2000.

Inflation is a persistent increase in the level of consumer prices or a persistent decline in the purchasing power of money,caused by an increase in available currency and credit beyond the proportion of available goods and services.

Umumnya Dirugikan

Ketika bicara inflasi,kita umumnya akan langsung memikirkan efek negatifnya bahwa inflasi akan merugikan semua orang tanpa kecuali dan sama besar. Yang benar, tidak semua orang terpengaruh dengan tingkatan yang sama.

Ini karena komposisi pengeluaran satu orang tidak sama dan besar kenaikan harga barang dan jasa juga berbeda satu sama lain. Biaya pendidikan dan biaya kesehatan biasanya mempunyai kenaikan yang lebih besar daripada tingkat inflasi.

Sebaliknya untuk komoditas pertanian yang umumnya mudah busuk (perishables). Selain itu, elastisitas penghasilan terhadap tingkat inflasi pun berbeda antarprofesi/kelompok. Inflasi merugikan mereka yang berpenghasilan tetap seperti para pensiunan, buruh, pekerja kasar, dan kelompok miskin lainnya.

Walaupun penghasilannya mengalami penyesuaian, buruh dan pekerja kasar tetap saja kelompok yang paling menderita akibat inflasi karena uang sewa/kontrak rumah dan barang-barang kebutuhan sehari-hari naiknya sering lebih kencang.

Kelompok yang dirugikan lainnya adalah mereka yang memberikan pinjaman termasuk para penabung di bank. Seseorang yang menabung atau mendepositokan uangnya di bank dengan mendapatkan bunga bersih 5% p.a. akan mengalami return riil -5% jika tingkat inflasi tahunan pada periode yang sama adalah 10%. Meskipun jarang terjadi, bank pun dapat saja mengalami kerugian jika suku bunga pinjamannya lebih rendah daripada tingkat inflasi.

Contoh kerugian terbesar yang dialami pemberi pinjaman terjadi di Jerman pada 1923. Seseorang yang meminjamkan saudaranya atau kawannya sejumlah uang yang cukup untuk membeli sebuah mobil di sana pada awal 1923; ketika dikembalikan pada akhir tahun, uang itu hanya cukup untuk membeli sebuah kotak korek api.

Pada periode itu,untuk mendapatkan kehangatan, tidak jarang orang membakar uang kertas yang dimilikinya. Terakhir, ada sebuah gerobak yang penuh dengan bergepok-gepok uang kertas. Lalu datanglah sang pencuri. Ternyata yang diambil adalah gerobaknya, sementara uangnya ditinggalkan karena tidak ada nilainya.

Pengutang Diuntungkan

Kendati demikian, tidak semua orang dirugikan karena inflasi. Sejatinya ada juga kelompok yang diuntungkan. Kelompok pertama adalah mereka yang sedang berutang dengan bunga tetap seperti KPR dari bank syariah.

Biasanya kelompok ini adalah kelompok menengah dan para pengusaha. Mereka yang mengambil KPR atau kredit investasi dan perusahaan yang mengeluarkan obligasi akan merasakan beban utang dan angsurannya semakin ringan karena telah terjadi penurunan nilai uang.

Jika Anda memperoleh bunga tetap KPR sebesar 8% p.a. saat inflasi menembus 9% atau lebih,Anda akan untung dan bank rugi karena mematok suku bunga pinjaman yang tetap. Anda tahu siapa pengutang terbesar yang menjadi pihak yang paling diuntungkan karena nilai riil utangnya menjadi lebih rendah? Tidak lain, pemerintah.

Kita ketahui bersama kalau utang pemerintah kita sangat besar,mulai dari utang luar negeri dan utang obligasi rekap warisan pemerintahan lalu, sampai SUN dan ORI yang semakin akrab dengan kita.

Tidak kurang dari Rp1.800 triliun utang pemerintah kita saat ini.Namun, produk domestik bruto kita tumbuh jauh lebih cepat sehingga rasio utang menjadi hanya 25%,salah satu yang terendah di dunia saat ini. Yang juga masuk kelompok yang untung akibat inflasi adalah mereka yang umumnya mempunyai harta tetap seperti rumah, gedung, tanah, toko, atau investasi lainnya seperti emas dan logam mulia. Pemilik rumah kos, rumah kontrakan, dan toko akan segera menaikkan harga sewa jika terjadi inflasi.

Tanah dan emas hampir pasti juga naik mengikuti inflasi. Kesimpulannya, apa yang harus kita lakukan saat inflasi diperkirakan akan tinggi? Berutanglah dengan suku bunga tetap dan belilah aset produktif yang kenaikan harganya diprediksi akan mengalahkan inflasi.

BUDI FRENSIDY
Penasihat Investasi dan Penulis Buku Matematika Keuangan
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0383 seconds (0.1#10.140)