Sarjana teknik yang sukses beternak domba
A
A
A
Sindonews.com - Bermula dari peternakan milik sendiri, Andi Nata, pemilik Farm Maju Bersama, makin serius mengembangkan usahanya di bidang peternakan dan jasa penyediaan daging domba serta katering.
Selain terus berinovasi dan mengoptimalkan hasil peternakan,pemuda asal Cirebon ini aktif menggandeng petani binaan yang tersebar di beberapa daerah di Jawa Barat. Saat ini Andi sudah memiliki sekitar 25 petani binaan yang sebagian besar berada Cirebon, tempat tinggal kedua orang tuanya. Bahkan, Andi berminat untuk menjalin 25 kerja sama baru dengan petani binaannya tahun ini.
“Saya berharap menambah petani binaan di seluruh Indonesia, termasuk di Jawa Timur seperti Malang dan Bali,” ujar pemilik usaha yang beralamatkan di Depok Maharaja, New Sadewa Blok P12A No 15 A ini kepada SINDO kemarin.
Andi boleh dikatakan memulai usahanya dari nol. Dia juga boleh dibilang hanya bermodal nekat. Bagaimana tidak, Andi sama sekali tidak memiliki latar belakang dan pengalaman di peternakan. Pilihan studinya di Universitas Indonesia (UI) Depok tidak memiliki hubungan langsung dengan peternakan, yaitu teknik mesin.
Meski demikian ilmunya diterapkan dalam pembuatan model kandang alternatif dengan menggunakan baja ringan yang tahan hingga 10–20 tahun. Anak ketiga dari lima bersaudara ini mulai terjun ke usaha peternakan domba sejak 2008 lalu.
Dia memulainya di Kota Udang, tempat kelahirannya. Andi mengakui,selama dua tahun dirinya masih fokus menggarap ternak domba. Namun mengingat masih terbatasnya lahan dan waktu, Andi memutuskan menggandeng petani binaan sekaligus mencoba inovasi baru dengan menyediakan jasa katering daging domba.
Menurut Andi, saat ini dia memiliki 100 ekor domba.Selebihnya berasal dari petani binaan di hampir seluruh Jawa Barat. Meski mengurangi ternak domba miliknya,Andi mengaku tidak kekurangan stok.
Malah dia berniat mengurangi jumlah ternak karena rumitnya proses produksi dari hulu ke hilir. “Kita fokusnya ke penggemukan domba dan membina petani di daerah dengan memberikan penyuluhan ternak yang baik. Hasilnya kita beli dari petani dan sekarang fokus di pengolahannya,”ujar pemenang Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2012 ini.
Pemilihan daging domba bukan tanpa alasan.Andi mengaku daging domba memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan daging kambing. Daging domba dinilai memiliki kadar kolesterol yang rendah, dagingnya empuk, fresh dan tidak bau,ketahanan fisiknya lebih kuat dan tahan penyakit. “Keuntungannya banyak dan lebih enak,selain itu orang lebih suka domba dibandingkan kambing.Saya justru baru tahu domba lebih lezat di tahun 2010 saat membuka katering,” ungkap pria kelahiran 5 Januari 1989 ini.
Andi juga menerapkan sejumlah strategi marketing dalam pemasaran produk daging domba miliknya. Dalam pemasaran produknya, Andi menggunakan strategi ultimate advantage, sensational offer, dan powerfull promises.
Melalui cara pertama,Andi mencari cara agar masyarakat tahu produknya lebih unggul dibandingkan yang lain. Kedua, Andi selalu memberikan hadiah-hadiah menarik seperti diskon dan suvenir kepada pembeli dombanya. Selain itu, Andi memberi garansi seperti uang kembali apabila bobot domba yang dipesan tidak sesuai. Selain promosi dan pemasaran biasa,Andi juga melakukan pendekatan komunitas untuk menyebarkan informasi tentang usaha dan produk yang dimilikinya.
“Tiap mereka beli kita kasih hadiah, kaus, suvenir. Malah mereka lebih senang dapat hadiah. Nanti kita juga akan buat boneka Shaun the Sheep,”ujarnya tertawa. Setelah menjalani usahanya selama kurang lebih 4 tahun, Andi mengaku dapat menikmati omzet setidaknya Rp100 juta per bulan meskipun nilai tersebut bisa berubah- ubah sesuai dengan kondisi saat itu.“Omzet naik turun. Pengusaha itu kadang Rp100 juta,Rp200 juta atau Rp400,ya begitulah enaknya jadi pengusaha. Margin bersih 20 persen kadang kalau bagus 30 persen-lah,”tuturnya.
Tahun ini, selain ingin menambah petani binaan, Andi juga tengah mempersiapkan pembukaan restoran di Bali serta tengah menjalin kerja sama dan negosiasi dengan investor di daerah. “Selain petani binaan saya sedang membuka kerja sama katering di Malang dan Bali yang akan diluncurkan akhir Februari ini,”ungkapnya.
Andi juga membuka kesempatan kepada siapa pun yang tertarik untuk menjadi mitra kerja, khususnya di bisnis katering. Cukup dengan modal Rp50 juta mitra dapat memiliki kesempatan untuk membuka usaha katering Raja Aqiqah, tanpa royalti dan franchise, serta tanpa perpanjangan waktu. “Seumur hidup. Sistemnya bagi hasil 50:50 dari margin bersih.
Dia cukup membeli standard operational procedur (SOP) dan manajemen. Kalau investasi Rp100 juta dia dapat ilmu masak, kita akan training dan semua jasa pemesanan akikah di satu daerah harus ke si mitra ini,”tandasnya.
Selain terus berinovasi dan mengoptimalkan hasil peternakan,pemuda asal Cirebon ini aktif menggandeng petani binaan yang tersebar di beberapa daerah di Jawa Barat. Saat ini Andi sudah memiliki sekitar 25 petani binaan yang sebagian besar berada Cirebon, tempat tinggal kedua orang tuanya. Bahkan, Andi berminat untuk menjalin 25 kerja sama baru dengan petani binaannya tahun ini.
“Saya berharap menambah petani binaan di seluruh Indonesia, termasuk di Jawa Timur seperti Malang dan Bali,” ujar pemilik usaha yang beralamatkan di Depok Maharaja, New Sadewa Blok P12A No 15 A ini kepada SINDO kemarin.
Andi boleh dikatakan memulai usahanya dari nol. Dia juga boleh dibilang hanya bermodal nekat. Bagaimana tidak, Andi sama sekali tidak memiliki latar belakang dan pengalaman di peternakan. Pilihan studinya di Universitas Indonesia (UI) Depok tidak memiliki hubungan langsung dengan peternakan, yaitu teknik mesin.
Meski demikian ilmunya diterapkan dalam pembuatan model kandang alternatif dengan menggunakan baja ringan yang tahan hingga 10–20 tahun. Anak ketiga dari lima bersaudara ini mulai terjun ke usaha peternakan domba sejak 2008 lalu.
Dia memulainya di Kota Udang, tempat kelahirannya. Andi mengakui,selama dua tahun dirinya masih fokus menggarap ternak domba. Namun mengingat masih terbatasnya lahan dan waktu, Andi memutuskan menggandeng petani binaan sekaligus mencoba inovasi baru dengan menyediakan jasa katering daging domba.
Menurut Andi, saat ini dia memiliki 100 ekor domba.Selebihnya berasal dari petani binaan di hampir seluruh Jawa Barat. Meski mengurangi ternak domba miliknya,Andi mengaku tidak kekurangan stok.
Malah dia berniat mengurangi jumlah ternak karena rumitnya proses produksi dari hulu ke hilir. “Kita fokusnya ke penggemukan domba dan membina petani di daerah dengan memberikan penyuluhan ternak yang baik. Hasilnya kita beli dari petani dan sekarang fokus di pengolahannya,”ujar pemenang Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2012 ini.
Pemilihan daging domba bukan tanpa alasan.Andi mengaku daging domba memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan daging kambing. Daging domba dinilai memiliki kadar kolesterol yang rendah, dagingnya empuk, fresh dan tidak bau,ketahanan fisiknya lebih kuat dan tahan penyakit. “Keuntungannya banyak dan lebih enak,selain itu orang lebih suka domba dibandingkan kambing.Saya justru baru tahu domba lebih lezat di tahun 2010 saat membuka katering,” ungkap pria kelahiran 5 Januari 1989 ini.
Andi juga menerapkan sejumlah strategi marketing dalam pemasaran produk daging domba miliknya. Dalam pemasaran produknya, Andi menggunakan strategi ultimate advantage, sensational offer, dan powerfull promises.
Melalui cara pertama,Andi mencari cara agar masyarakat tahu produknya lebih unggul dibandingkan yang lain. Kedua, Andi selalu memberikan hadiah-hadiah menarik seperti diskon dan suvenir kepada pembeli dombanya. Selain itu, Andi memberi garansi seperti uang kembali apabila bobot domba yang dipesan tidak sesuai. Selain promosi dan pemasaran biasa,Andi juga melakukan pendekatan komunitas untuk menyebarkan informasi tentang usaha dan produk yang dimilikinya.
“Tiap mereka beli kita kasih hadiah, kaus, suvenir. Malah mereka lebih senang dapat hadiah. Nanti kita juga akan buat boneka Shaun the Sheep,”ujarnya tertawa. Setelah menjalani usahanya selama kurang lebih 4 tahun, Andi mengaku dapat menikmati omzet setidaknya Rp100 juta per bulan meskipun nilai tersebut bisa berubah- ubah sesuai dengan kondisi saat itu.“Omzet naik turun. Pengusaha itu kadang Rp100 juta,Rp200 juta atau Rp400,ya begitulah enaknya jadi pengusaha. Margin bersih 20 persen kadang kalau bagus 30 persen-lah,”tuturnya.
Tahun ini, selain ingin menambah petani binaan, Andi juga tengah mempersiapkan pembukaan restoran di Bali serta tengah menjalin kerja sama dan negosiasi dengan investor di daerah. “Selain petani binaan saya sedang membuka kerja sama katering di Malang dan Bali yang akan diluncurkan akhir Februari ini,”ungkapnya.
Andi juga membuka kesempatan kepada siapa pun yang tertarik untuk menjadi mitra kerja, khususnya di bisnis katering. Cukup dengan modal Rp50 juta mitra dapat memiliki kesempatan untuk membuka usaha katering Raja Aqiqah, tanpa royalti dan franchise, serta tanpa perpanjangan waktu. “Seumur hidup. Sistemnya bagi hasil 50:50 dari margin bersih.
Dia cukup membeli standard operational procedur (SOP) dan manajemen. Kalau investasi Rp100 juta dia dapat ilmu masak, kita akan training dan semua jasa pemesanan akikah di satu daerah harus ke si mitra ini,”tandasnya.
()