Wajo produsen beras terbesar kedua di Indonesia

Senin, 20 Februari 2012 - 16:09 WIB
Wajo produsen beras...
Wajo produsen beras terbesar kedua di Indonesia
A A A
Sindonews.com - Produksi beras di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang mencapai 380.246 ton ternyata berhasil menempatkannya di posisi kedua se-Indonesia sebagai produsen beras terbesar setelah Kabupaten Karawang Jawa Barat.

Atas keberhasilan tersebut Wajo dua kali mendapat penghargaan dari Presiden Repubelik Indonesia berupa Piagam Penghargaan dan Satya Lencana Pembangunan Pertanian.

"Kabupaten Wajo memiliki potensi pertanian yang sangat berlimpah, baik sumber daya alamnya maupun sumber daya manusia. Karena Wajo memiliki lahan sawah seluas 87 ribu hektar, populasi sapi 72 ribu ekor dan sekitar 75 persen penduduk Kabupaten Wajo mata pencahariannya bersumber dari sektor pertanian," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Wajo, IB. Putu Artana, di Sengkang, Senin (20/2/2012).

Dengan sumber daya alam yang sangat melimpah tersebut, tahun 2011, Kabupaten Wajo mampu memproduksi beras sekitar 380.246 ton, sementara kebutuhan untuk Wajo hanya sekitar 48 ribu ton.

"Kami surplus beras sebanyak 332.246 ton maka kelebihan ini merupakan peluang bisnis bagi pengusaha perberasan untuk dikirim ke Kalimantan, Jawa, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, NTB, NTT, Papua dll," katanya.

Begitu juga disektor peternakan, hasil sensus statistik 2011, populasi ternak sapi di Wajo mencapai 72.194 ekor. Untuk tingkat propinsi Sulawesi Selatan Wajo menempati posisi ke 3 setelah kabupaten Bone dan kabupaten Gowa, hal ini mendapat pengakuan dari Gubernur Sulsel berupa piagam penghargan.

"Tapi perlu diingat dibalik keberhasilan yang kita capai selama ini, masih banyak potensi pertanian yang belum mampu kita kelola secara optimal. Hal ini diakibatkan keterbatasan yang kita miliki, baik berupa financial, kemampuan teknis maupun manajerial. Untuk itu diharapkan dimasa yang akan datang kita bisa meningkatkan sinergi sesama stake holder," katanya.

Sementara itu salah satu warga petani di Wajo, Awaluddin mengatakan, keberhasilan surplus seharusnya dibarengi dengan kenaikan harga gabah agar petani benar-benar merasakan kenaikan produksinya serta petani lebih bergairah untuk bercocok tanam.

"Saat ini harga gabah hanya berkisar Rp3.500 hingga Rp3.600 per kg, kalau saja bisa naik sekitar Rp4.000/kg maka saya yakin itu sudah bisa memenuhi kebutuhan petani," katanya. (ank)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6768 seconds (0.1#10.140)