Kredit peternakan kurang dipercaya perbankan

Selasa, 21 Februari 2012 - 10:28 WIB
Kredit peternakan kurang...
Kredit peternakan kurang dipercaya perbankan
A A A


Sindonews.com - Kepercayaan perbankan terhadap kredit bidang peternakan masih minim. Dari Rp257 triliun kredit yang disediakan se-Jawa Barat ternyata hanya sebesar 3 persen atau Rp7,71 triliun yang terserap. Hal ini karena perbankan masih sangat hati-hati mengeluarkan kredit untuk jenis usaha pada bidang ini.

Kepala BI Jabar Banten Lucky Fathul Aziz Hadibrata mengatakan, kendala tersebut disebabkan petani kurang bisa meyakinkan perbankan mengenai usaha yang digarapnya. Sampai saat ini tidak ada prediksi tingkat kematian, risiko kerugian, dan sebagainya dari usaha yang dijalankan seperti pada peternakan ayam pedaging.

“Padahal jika dilihat potensi terbesar Jawa Barat bidang pertanian juga berada pada sektor peternakan, terutama ayam pedaging untuk wilayah Priangan Timur khususnya di Ciamis dan Tasikmalaya. Hanya saja memang tingkat kehati-hatian perbankan menyebabkan penyerapan terhadap kredit ini sangat rendah. Di sisi lain, perbankan sendiri kurang mengetahui potensi yang sebenarnya di bidang ini,” papar Lucky di sela-sela peninjauan klaster ayam pedaging di Panumbangan, Kabupaten Ciamis.

Berdasarkan data produksi ayam pedaging di Kabupaten Ciamis mencapai 14 juta ekor setiap tahunnya dengan 6.000 peternak, ditambah di Tasikmalaya mencapai 6 juta ekor pertahunnya.

“Permintaan untuk ayam pedaging itu sangat tinggi, jenis bidang usaha peternakan ini sebenarnya paling besar.Jika saja perbankan pintar melihat potensi ini, tinggal dilihat saja dipilih klaster-klasternya kalau hendak memberikan bantuan. Sehingga risiko kerugian bisa diminimalisir,” jelas Lucky yang memberikan bantuan Rp105 juta kepada klaster peternakan ayam pedaging SMK Agro Nurul Huda.

Senada, Wakil Gubernur Jabar Dede Yusuf Effendi menyebutkan, data dari Dinas Peternakan cukup mencengangkan. Disebutkan jika perputaran uang pada bidang peternakan di Ciamis dan Tasikmalaya saja mencapai kurang lebih Rp40 miliar per triwulannya. Jika saja perbankan peka dan mengetahui potensi ini dipastikan kredit perbankan bisa lebih mudah diperoleh para petani.

“Empat tahun lalu saya meminta kepada Bank Jabar Banten supaya memperhatikan potensi peternakan bidang ayam pedaging ini untuk disupport kreditnya, namun kenyataan hingga saat ini belum diberikan secara maksimal. Padahal, sudah jelas potensi Jawa Barat itu peternakan ayam pedaging bukan domba, makanya ketika dilaunching Jawa Barat sebagai Provinsi Domba sulit karena bibitnya yang langka. Kalau saja ayam, saya berkeyakinan bakal maju,” imbuh Dede.

Sementara itu, Klaster SMK Agro Nurul Huda merupakan satu-satunya klaster peternakan ayam pedaging di Indonesia yang memiliki Grand Parent Stock (GPS) atau induk ayam pedaging yang diimpor langsung dari Jerman.

“Ini yang pertama di Indonesia dengan sistem peternakan yang telah bagus, makanya support dari pemerintah sangat dibutuhkan. Jika klaster- klaster GPS ini telah berkembang di Indonesia, saya yakin tidak perlu lagi impor dari luar negeri benihnya. Harga GPS itu untuk satu ekornya saja mencapai Rp400.000 dan yang ada di sini mencapai kurang lebih 1.000 ekor,” ujar pemilik Klaster SMK Agro Nurul Huda Udin. (bro)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2153 seconds (0.1#10.140)