Terlalu banyak, pintu masuk ekspor-impor tak efektif

Selasa, 21 Februari 2012 - 12:05 WIB
Terlalu banyak, pintu masuk ekspor-impor tak efektif
Terlalu banyak, pintu masuk ekspor-impor tak efektif
A A A
Sindonews.com - Banyaknya pintu masuk ekspor-impor di Indonesia membuat jalur pedagangan ini tidak efektif. Pasalnya, pengawasan barang menjadi berkurang. Salah satunya adalah banyaknya ikan berformalin yang masuk ke Indonesia dari Malaysia dan Pakistan.

Menurut Anggota Komisi IV DPR RI Bidang Perikanan, Pertanian dan Kehutanan Sayful Tamliha, banyak pintu masuk itu tentunya membuat pengawasan arus barang menjadi minim. Tidak seperti di negara China hanya dua pelabuhan yang diperbolehkan melayani ekspor dan impor.

"Di China itu hanya ada dua pelabuhan yang boleh menjalankan ekspor-impor. Sedangkan di Indonesia hampir setiap pelabuhan bisa menjalankan itu," kata Politisi dari Fraksi PPP di Surabaya, Selasa (21/2/2012).

Kondisi di Indonesia, jika pelabuhan tersebut tidak bisa akses ekspor-impor malah pemerintah mengupayakan bagaimana agar pelabuhan itu bisa menjadi pelabuhan ekspor-impor. Jika alasannya peningkatan ekonomi tentunya malah akan merugikan para nelayan.

"Banyak pintu masuk ekspor-impor tentunya tidak efektif," katanya.

Misalnya, barang itu tidak bisa masuk melalui Surabaya tentunya akan dibawa ke Makassar begitu juga sebaliknya. Seperti, ikan berformalin, yang katanya akan dire-ekspor kalau tidak pengawasan yang ketat, barang-barang itu akan kembali ke Indonesia melalui sejumlah pelabuhan lain.

Ia juga meminta kepada pemerintah dalam hal ini balai karantina agar melakukan pengawasan terhadap impor ikan laut. Alasannya, jika banyak serbuan ikan impor maka nelayan Indonesia akan rugi.

Padahal, konsumsi ikan di Indonesia meningkat. Tahun 2011 konsumsi ikan laut di Indonesia mencapai 32 persen. Jumlah itu meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 20 persen saja. "Balai Besar Karantina harus berperan besar. Demi menjaga nelayan kita dari serbuan ikan impor," kata Waksekjend DPP PPP itu.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5663 seconds (0.1#10.140)