BLTA gagal bayar bunga 6 obligasi
A
A
A
Sindonews.com — PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) menyatakan tidak mampu membayar bunga enam instrumen utangnya (obligasi) yang telah jatuh tempo pada bulan ini. Total nilai bunga instrumen utang yang jatuh tempo tersebut sebesar Rp420,3 miliar.
”BLTA tidak melakukan pembayaran enam instrumen utang sesuai dengan keputusan debt restructuring and debt standstill pada 26 Januari 2012,” kata Direktur Keuangan BLTA Kevin Wong di Jakarta kemarin.
Menurutnya, bunga instrumen utang perseroan yang jatuh tempo tersebut berdenominasi rupiah maupun dolar Amerika Serikat (AS). Selain itu, instrumen utang yang jatuh tempo tersebut berasal dari utang anak usahanya maupun perusahaan.
Kevin mengatakan, bunga utang jatuh tempo yang berasal dari anak usahanya berasal dari Obligasi Konversi Bergaransi milik BLT Finance BV, dengan instrumen utang sebesar USD125 juta atau setara Rp1,141 triliun dengan kupon 12 persen memiliki masa jatuh tempo pada 2015. Di samping itu, Obligasi Konversi Bergaransi senilai USD125 juta milik BLT International Corporation dengan kupon 12 persen dan jatuh tempo tiga tahun mendatang.
Jumlah bunga obligasi yang juga jatuh tempo pada 9 Februari tahun ini sebesar USD7,5 juta atau Rp68,46 miliar. Sementara, empat instrumen utang lainnya yang bunganya jatuh tempo merupakan milik perseroan, terdiri atas dua bunga obligasi dan dua obligasi syariah. Bunga Obligasi Berlian Laju Tanker IV/2009 dengan bunga tetap Seri B yang jatuh tempo pada 27 Februari 2012 senilai Rp5,812 miliar.
Sedangkan, bunga Obligasi Berlian Laju Tanker IV/2009 dengan tingkat bunga tetap Seri C yang juga jatuh tempo pada tanggal yang sama senilai Rp7,718 miliar. Dua instrumen utang yang bunganya jatuh tempo pada 27 Februari 2012, yakni Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker II/2009 Seri A dengan imbalan ijarah senilai Rp1,743 miliar dan Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker II/2009 Seri B dengan imbalan ijarah sebesar Rp2,234 miliar.
Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang berpendapat, yang harus dilakukan perusahaan untuk mengatasi masalah utang tersebut adalah dengan melakukan down streaming atau down sizing asetasetnya.
”Caranya, dengan menjual aset-asetnya untuk membayar kewajibannya terlebih dahulu,” kata dia. Di samping itu, Edwin menambahkan, pemegang saham perseroan harus memberikan dana segar atau mencari investor baru.
”BLTA tidak melakukan pembayaran enam instrumen utang sesuai dengan keputusan debt restructuring and debt standstill pada 26 Januari 2012,” kata Direktur Keuangan BLTA Kevin Wong di Jakarta kemarin.
Menurutnya, bunga instrumen utang perseroan yang jatuh tempo tersebut berdenominasi rupiah maupun dolar Amerika Serikat (AS). Selain itu, instrumen utang yang jatuh tempo tersebut berasal dari utang anak usahanya maupun perusahaan.
Kevin mengatakan, bunga utang jatuh tempo yang berasal dari anak usahanya berasal dari Obligasi Konversi Bergaransi milik BLT Finance BV, dengan instrumen utang sebesar USD125 juta atau setara Rp1,141 triliun dengan kupon 12 persen memiliki masa jatuh tempo pada 2015. Di samping itu, Obligasi Konversi Bergaransi senilai USD125 juta milik BLT International Corporation dengan kupon 12 persen dan jatuh tempo tiga tahun mendatang.
Jumlah bunga obligasi yang juga jatuh tempo pada 9 Februari tahun ini sebesar USD7,5 juta atau Rp68,46 miliar. Sementara, empat instrumen utang lainnya yang bunganya jatuh tempo merupakan milik perseroan, terdiri atas dua bunga obligasi dan dua obligasi syariah. Bunga Obligasi Berlian Laju Tanker IV/2009 dengan bunga tetap Seri B yang jatuh tempo pada 27 Februari 2012 senilai Rp5,812 miliar.
Sedangkan, bunga Obligasi Berlian Laju Tanker IV/2009 dengan tingkat bunga tetap Seri C yang juga jatuh tempo pada tanggal yang sama senilai Rp7,718 miliar. Dua instrumen utang yang bunganya jatuh tempo pada 27 Februari 2012, yakni Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker II/2009 Seri A dengan imbalan ijarah senilai Rp1,743 miliar dan Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker II/2009 Seri B dengan imbalan ijarah sebesar Rp2,234 miliar.
Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang berpendapat, yang harus dilakukan perusahaan untuk mengatasi masalah utang tersebut adalah dengan melakukan down streaming atau down sizing asetasetnya.
”Caranya, dengan menjual aset-asetnya untuk membayar kewajibannya terlebih dahulu,” kata dia. Di samping itu, Edwin menambahkan, pemegang saham perseroan harus memberikan dana segar atau mencari investor baru.
()