Diforsir perjalanan Solo-Jakarta, Esemka wajar gagal
A
A
A
Sindonews.com - Kegagalan uji emisi mobil Esemka, diakibatkan salah satunya mengenai kandungan gas buang yang melebihi ambang batas, Direktur Pengembangan Operasional Solo Technopark (STP) Gampang Sarwono menyikapinya wajar.
"Hal ini wajar karena mesin mobil telanjur diforsir bekerja tanpa henti Solo-Jakarta sebelum menjalani uji emisi. Dia memprediksi perbaikan mobil antara 1-2 pekan," ucapnya kemarin
Dia juga menambahkan adapun penambahan converter perlu dianalisa mengenai ongkos produksi mobil dan pemasarannya. Saat ini tanpa catalystic converter, harga Esemka Rajawali jenis SUV Rp95 juta. Jika ditambah peralatan itu maka harga jualnya bisa menyentuh Rp100 juta lebih. Selain itu, gampang menduga terjadi reaksi kimia yang menyebabkan produksi gas buang berlebih. Hal ini tidak diprediksikan sebelumnya.
”Kami isi BBM jenis pertamax saat berangkat. Namun ketika akan diuji harus ber-BBM terstandar, yakni pertamax plus. Bisa jadi berpengaruh dan menyebabkan residu. Tapi untuk bisa mengetahuinya, kami masih menunggu data konkret hasil uji emisi kemarin,” ungkapnya.
Sementara itu Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa Erzi Agson Gani berencana menganalisa secara pribadi kendati uji emisi telah dinyatakan di atas ambang batas.
Dari situ akan terlihat apakah ada peningkatan performa mobil sejak terakhir kali diuji 2010 lalu. Erzi meminta tim Esemka tidak lantas patah semangat. ”Mengutip kata pak Rudy (Wakil Wali Kota Solo), yang jelas saya yakin mobil Esemka bukan odong-odong,” lanjut dia.
Dia mengatakan, imej mobil Esemka layak menjadi brand mobil buatan anak negeri. Dalam hal ini, BPPT siap mendampingi mobil Esemka supaya memenuhi standar kelayakan. (ank)
"Hal ini wajar karena mesin mobil telanjur diforsir bekerja tanpa henti Solo-Jakarta sebelum menjalani uji emisi. Dia memprediksi perbaikan mobil antara 1-2 pekan," ucapnya kemarin
Dia juga menambahkan adapun penambahan converter perlu dianalisa mengenai ongkos produksi mobil dan pemasarannya. Saat ini tanpa catalystic converter, harga Esemka Rajawali jenis SUV Rp95 juta. Jika ditambah peralatan itu maka harga jualnya bisa menyentuh Rp100 juta lebih. Selain itu, gampang menduga terjadi reaksi kimia yang menyebabkan produksi gas buang berlebih. Hal ini tidak diprediksikan sebelumnya.
”Kami isi BBM jenis pertamax saat berangkat. Namun ketika akan diuji harus ber-BBM terstandar, yakni pertamax plus. Bisa jadi berpengaruh dan menyebabkan residu. Tapi untuk bisa mengetahuinya, kami masih menunggu data konkret hasil uji emisi kemarin,” ungkapnya.
Sementara itu Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa Erzi Agson Gani berencana menganalisa secara pribadi kendati uji emisi telah dinyatakan di atas ambang batas.
Dari situ akan terlihat apakah ada peningkatan performa mobil sejak terakhir kali diuji 2010 lalu. Erzi meminta tim Esemka tidak lantas patah semangat. ”Mengutip kata pak Rudy (Wakil Wali Kota Solo), yang jelas saya yakin mobil Esemka bukan odong-odong,” lanjut dia.
Dia mengatakan, imej mobil Esemka layak menjadi brand mobil buatan anak negeri. Dalam hal ini, BPPT siap mendampingi mobil Esemka supaya memenuhi standar kelayakan. (ank)
()