Pemerintah harus perhatikan dampak kenaikan TDL & BBM

Senin, 05 Maret 2012 - 10:18 WIB
Pemerintah harus perhatikan...
Pemerintah harus perhatikan dampak kenaikan TDL & BBM
A A A
Sindonews.com – Rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan tarif tenaga listrik (TTL) sekaligus pada tahun ini dikhawatirkan menahan laju pertumbuhan ekonomi di bawah 6,5 persen.

Ekonom yang juga Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) M Chatib Basri mengemukakan, bila pemerintah memutuskan kenaikan BBM dan tarif listrik sekaligus tahun ini, maka target inflasi yang dipatok 5,3 persen dalam APBN 2012 akan terlewati.

Inflasi bahkan bisa melewati angka tujuh persen atau lebih tinggi daripada asumsi inflasi yang akan diajukan pemerintah melalui mekanisme APBN Perubahan (APBN-P),yakni 6–7 persen. “Kalau tarif listrik juga dinaikkan, maka inflasi akan lebih tinggi, bisa tembus di atas tujuh persen meskipun sumbangan inflasi listrik biasanya tidak besar, hanya sekitar 0,4 persen,” papar Chatib Basri saat dihubungi harian Sindo, kemarin.

Dia menjelaskan, secara tradisi kenaikan tarif listrik tidak menyumbang inflasi terlalu tinggi karena hanya berdampak besar terhadap kalangan industri, sementara inflasi akibat kenaikan BBM selalu tinggi karena menyangkut masyarakat luas. Sebagai catatan, kenaikan TTL (sebelumnya tarif dasar listrik/TDL) per 1 Juli 2010 lalu menyumbang inflasi sebesar 0,38 persen dari inflasi tahunan yang mencapai 6,96 persen.

Kendati demikian, Chatib Basri berharap, pemerintah tidak terburu-buru memberlakukan kenaikan tarif listrik dan lebih fokus pada rencana kenaikan BBM. Kalaupun pemerintah tetap memastikan kenaikan TTL tahun ini, Chatib mengusulkan agar diberlakukan setelah Agustus atau memasuki kuartal III. Alasannya, inflasi akibat kenaikan BBM yang kemungkinan diberlakukan per 1 April masih berdampak hingga 4–5 bulan berikutnya (Juni 2012).

Pemerintah, menurut Chatib, seharusnya juga tidak memberlakukan kenaikan TTL pada Juli dan Agustus mengingat inflasi di dua bulan tersebut dipastikan tinggi mengingat ada masa anak masuk sekolah dan puasa (Juli) serta Lebaran (Agustus). “Kalau mau dinaikkan setelah Lebaran, saat tren inflasinya mengalami penurunan,” paparnya. Seperti diketahui, pemerintah berencana menaikkan TTL sebesar 10 persen pada tahun ini seperti diamanatkan dalam Undang-Undang APBN 2012.

Menteri ESDM Jero Wacik, Jumat 2 Maret 2012 lalu mengatakan, kenaikan tersebut akan dilakukan secara bertahap sebanyak tiga kali. Mengenai usulan itu, Chatib menilainya tidak efektif karena angka kenaikannya dinilai kecil sehingga inflasi tidak akan tinggi. “Kalau angka kenaikannya kecil, lebih baik dinaikkan sekaligus tapi harus memperhatikan bulannya,” ujar Chatib.

Wakil Ketua Komisi XI DPR Harry Azhar Azis mengingatkan pemerintah untuk kembali mempertimbangkan implikasi dari kenaikan tarif listrik dan BBM sekaligus pada tahun ini. Kenaikan itu dikhawatirkan akan mengganggu pertumbuhan dan daya beli masyarakat. Harry menjelaskan, saat pembahasan APBN 2012, DPR sebenarnya sudah menawarkan pemerintah untuk menaikkan BBM.

Namun, saat itu, pemerintah memilih untuk menaikkan tarif listrik dan membatasi BBM. “Sekarang tidak tahu (usulan pemerintah). Kalau TTL dan BBM naik bersamaan, memang implikasinya lebih luas. Itu yang harus dipertimbangkan walaupun kemungkinan dampak kenaikan TTL tidak besar,” ucapnya. Harry berpendapat, pemerintah sebaiknya mengkaji dampak kenaikan tarif listrik terlebih dahulu sebelum memutuskannya.

Kalaupun pemerintah memutuskan kenaikan pada tahun ini maka sebaiknya diberlakukan pada kuartal III atau IV. Terkait rencana kenaikan BBM, Harry Azhar meyakini dampak inflasinya hanya akan berada pada level dua persen bila pemerintah memutuskan kenaikan Rp1.500/liter (naik 30 persen).

Dengan demikian, inflasi tahunan hanya akan mencapai 6–6,5 persen atau lebih rendah dari asumsi inflasi yang akan diajukan pemerintah melalui mekanisme APBN-P sebesar 6-7 persen. Namun,cHarry mengatakan, pemerintah harus bisa menemukan formulasi kebijakan fiskal dan moneter yang tepat guna mempertahankan laju inflasi.

“Daya beli masyarakat diangkat kembali dengan kompensasi dan produksi serta distribusi, terutama sektor bahan makanan harus serius dijaga,” ucapnya. Senada dengan Harry, Chatib Basri meyakini inflasi tahun ini hanya akan berada pada level 6,2-6,5 persen bila pemerintah hanya menaikkan harga BBM.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang PS Brodjonegoro mengakui,kenaikan BBM dan tarif listrik akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat. Karena itulah, dia memastikan pemerintah tengah mencari jalan terbaik supaya kenaikan tersebut tidak berdampak terlalu besar. Guru Besar Fakultas Ekonomi UI ini menegaskan, kenaikan tarif listrik harus tetap diberlakukan tahun ini karena sudah menjadi ketentuan UU APBN.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0982 seconds (0.1#10.140)