Tarif listrik diusulkan naik Mei
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah mengusulkan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) sebesar 10 persen mulai Mei mendatang, atau sebulan setelah harga Bahan Bakar Minyak (BBM) naik pada April 2012.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik mengungkapkan, kenaikan tersebut akan dibagi selama tiga tahap per tiga bulan.
“Di APBN Perubahan, BBM diusulkan (naik) April dan TTL diusulkan (naik) bulan berikutnya dan dicicil. Kalau BBM sudah diputuskan April, ya (listrik) bisa Mei dan tiap tiga bulan naik,” papar Jero Wacik di Gedung DPR, Jakarta, Selasa 6 April 2012.
Jero Wacik menambahkan, rencana pemerintah mengusulkan kenaikan tarif listrik pada Mei mendatang untuk meringankan beban masyarakat, mengingat bulan sebelumnya ada kenaikan BBM. Dia meyakini kenaikan TTL secara bertahap akan mudah diberlakukan karena langsung berhubungan dengan pelanggan.
Di tempat yang sama, Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati menegaskan, pemerintah telah mempertimbangkan semua aspek dan dampak dalam mengambil setiap kebijakan, termasuk kenaikan BBM dan TTL secara berurutan. “Pokoknya itu sudah dihitung dengan baik sama pemerintah,” tutur Anny.
Sebagai informasi, dampak kenaikan BBM biasanya berlanjut hingga 2-3 bulan berikutnya. Artinya, bila kenaikan BBM diputuskan April maka dampak inflasinya masih terasa pada Juni. Dengan adanya kenaikan TTL, inflasi Mei bisa lebih tinggi lagi meskipun secara tradisi hanya menyumbang inflasi sebesar 0,38%.
Kendati Jero Wacik sudah mewacanakan kenaikan TTL pada Mei tahun ini, Anny mengingatkan bahwa pemerintah belum bisa memastikan TTL bisa dinaikkan mulai Mei mendatang karena semuanya masih menunggu pembahasan dengan DPR. “Belum, belum (diputuskan),” tandasnya.
Pengamat ekonomi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam berharap pemerintah mempertimbangkan kembali kenaikan tarif listrik pada Mei karena dampak dari kenaikan BBM masih terasa pada tiga bulan setelahnya.
Sayangnya pemerintah juga akan kesulitan memutuskan kenaikan TTL pada Juli dan Agustus karena ada masa anak masuk sekolah dan Lebaran. Namun Latif meyakini, pemerintah tentu memiliki pertimbangan sendiri untuk mengusulkan kenaikan TTL pada Mei. “Pemerintah mungkin punya pertimbangan. Mei kan inflasinya biasanya tidak terlalu menanjak, bobotnya termasuk kecil,” ujar Latif.
Dia menambahkan, yang paling masuk akal bagi pemerintah saat ini adalah dengan menaikkan TTL sekaligus pada September. Kalaupun pemerintah mau membagi kenaikan TTL sebesar 10 persen, maka cara terbaik adalah dengan membagi kenaikan 5 persen dan 5 persen pada September dan November.
Alasannya, secara tradisi inflasi pada bulan-bulan tersebut terbilang rendah. Latif memperkirakan, kenaikan TTL sebesar 10 persen bakal menyumbang inflasi 0,34– 0,35 persen. Sedangkan kenaikan BBM sebesar Rp1.500/liter menambah inflasi sekitar 1 persen. Dengan demikian,target inflasi tahunan sebesar 6–7 persen yang diajukan pemerintah melalui APBN-P akan sulit tercapai.
“Hitungan inflasi sekarang (APBN) kan 5,3 persen, dengan ada kenaikan dua itu (BBM dan TTL) bisa bertambah inflasinya sekitar 2 persen. Saya punya keyakinan inflasi ada di range 7–7,5 persen,” ujarnya.
Dengan inflasi yang tinggi, Latif memprediksi pertumbuhan Indonesia hanya akan berada di level 6,4-6,5 persen dan sulit melewati 6,5 persen. Menurut dia, setiap inflasi 1 persen maka elastisitas pertumbuhannya akan berkurang 0,5 persen sehingga target pertumbuhan bisa meleset jika inflasi tidak terkendali. (bro)
()