Target lifting susut jadi 910.000 Bph
A
A
A
Sindonews.com – Badan Pengatur Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) mengusulkan agar asumsi produksi minyak siap jual (lifting) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan (APBN-P) 2012 diubah menjadi hanya 910 ribu barel per hari (bph).
Usulan itu berarti adanya penurunan sebesar 4,2 persen dari target dalam APBN 2012 sebesar 950 ribu bph. Deputi Pengendalian dan Operasi BP Migas Rudi Rubiandini menjelaskan, angka 910 ribu bph tersebut merupakan angka yang lebih realistis mengingat produksi minyak Indonesia per 1 Maret 2012 hanya mencapai 891 ribu bph.
Di sisi lain, berdasarkan rencana kerja, program, dan anggaran yang dibuat kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) migas, produksi pun hanya ditargetkan maksimal 930 ribu bph. ”Bila asumsi dalam APBN-P 2012 mau diambil dalam rangka menghitung APBN, sebaiknya ambil angka yang dipastikan tercapai, yaitu ditengah-tengahnya, yakni sebesar 910 ribu bph,” tuturnya di Jakarta kemarin.
Diketahui, pemerintah sudah menegaskan untuk menurunkan target lifting minyak tahun ini dalam APBN-P,namun di sisi lain menaikkan asumsi harga minyak nasional (Indonesia crude price/ICP) sesuai perkembangan pasar, dari asumsi USD90 per barel saat ini. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik sebelumnya mengatakan, angka lifting dan ICP harus disesuaikan dengan kondisi saat ini.
Untuk ICP,Wacik menyebut angka dalam APBN diasumsikan sekitar USD105 per barel. Angka ini diajukan karena rata-rata harga minyak nasional pada Februari lalu mencapai USD122 per barel. Sementara, rata-rata harga minyak selama tiga bulan terakhir telah mencapai angka US116 per barel. Dari sisi produksi, target diturunkan dari 950 ribu bph menjadi 930 ribu bph.
Usulan itu berarti adanya penurunan sebesar 4,2 persen dari target dalam APBN 2012 sebesar 950 ribu bph. Deputi Pengendalian dan Operasi BP Migas Rudi Rubiandini menjelaskan, angka 910 ribu bph tersebut merupakan angka yang lebih realistis mengingat produksi minyak Indonesia per 1 Maret 2012 hanya mencapai 891 ribu bph.
Di sisi lain, berdasarkan rencana kerja, program, dan anggaran yang dibuat kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) migas, produksi pun hanya ditargetkan maksimal 930 ribu bph. ”Bila asumsi dalam APBN-P 2012 mau diambil dalam rangka menghitung APBN, sebaiknya ambil angka yang dipastikan tercapai, yaitu ditengah-tengahnya, yakni sebesar 910 ribu bph,” tuturnya di Jakarta kemarin.
Diketahui, pemerintah sudah menegaskan untuk menurunkan target lifting minyak tahun ini dalam APBN-P,namun di sisi lain menaikkan asumsi harga minyak nasional (Indonesia crude price/ICP) sesuai perkembangan pasar, dari asumsi USD90 per barel saat ini. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik sebelumnya mengatakan, angka lifting dan ICP harus disesuaikan dengan kondisi saat ini.
Untuk ICP,Wacik menyebut angka dalam APBN diasumsikan sekitar USD105 per barel. Angka ini diajukan karena rata-rata harga minyak nasional pada Februari lalu mencapai USD122 per barel. Sementara, rata-rata harga minyak selama tiga bulan terakhir telah mencapai angka US116 per barel. Dari sisi produksi, target diturunkan dari 950 ribu bph menjadi 930 ribu bph.
()