BRI janji tak naikkan suku bunga
A
A
A
Sindonews.com - PT Bank BRI (Persero) berjanji tidak akan kembali menaikkan suku bunga dasar kreditnya (SBDK) jika Bank Indonesia (BI) akan menaikkan BI Rate akibat naiknya inflasi.
"Kalau naik sampai 100 basis points (bps) kita masih akan tahan, enggak ada masalah. Buat apa kita mati-matian turunkan suku bunga, mulai Desember kemarin hampir 200 bps itu totalnya, lalu dalam tiga bulan kita naikkan lagi," ungkap Direktur Utama BRI Sofyan Basir seperti yang dikutip dari okezone, Jumat (9/3/2012)
Sebagai bank BUMN yang memiliki aset dan keuntungan besar, BRI memang secara konsisten menuruti kebijakan BI untuk semakin efisien sehingga secara berkelanjutan dapat menurunkan tingkat SBDK. Terakhir, bank pelat merah ini menurunkan SBDK-nya sebesar 25 bps.
Kebijakan jangka panjang BI agar bank menurunkan SBDK, membuat bank dituntut untuk semakin efisien, khususnya di salah satu komponen yang berpengaruh terhadap pembentukan suku bunga kredit yaitu biaya dana (cost of funds). "Kita akan coba laksanakan, kita akan lihat ke depan. Saya akan coba lakukan efisiensi ke dalam," lanjut dia.
Sebelumnya, Gubernur BI Darmin Nasution menyatakan bahwa dalam menentukan BI rate, Bank Sentral lebih melihat arah trend inflasi ke depan. Dengan adanya rencana pemerintah menaikkan BBM subsidi sebesar Rp1.500 per liter, BI memprediksi inflasi tahunan akan naik di angka 6,8-7,1 persen. Namun, hal ini bukan berati serta merta BI akan menaikkan BI rate.
Berikut data SBDK BRI terakhir, suku bunga korporasi 9,75 persen, SBDK ritel 11,5 persen, SBDK KPR 10 persen dan SBDK 12 persen.
"Kalau naik sampai 100 basis points (bps) kita masih akan tahan, enggak ada masalah. Buat apa kita mati-matian turunkan suku bunga, mulai Desember kemarin hampir 200 bps itu totalnya, lalu dalam tiga bulan kita naikkan lagi," ungkap Direktur Utama BRI Sofyan Basir seperti yang dikutip dari okezone, Jumat (9/3/2012)
Sebagai bank BUMN yang memiliki aset dan keuntungan besar, BRI memang secara konsisten menuruti kebijakan BI untuk semakin efisien sehingga secara berkelanjutan dapat menurunkan tingkat SBDK. Terakhir, bank pelat merah ini menurunkan SBDK-nya sebesar 25 bps.
Kebijakan jangka panjang BI agar bank menurunkan SBDK, membuat bank dituntut untuk semakin efisien, khususnya di salah satu komponen yang berpengaruh terhadap pembentukan suku bunga kredit yaitu biaya dana (cost of funds). "Kita akan coba laksanakan, kita akan lihat ke depan. Saya akan coba lakukan efisiensi ke dalam," lanjut dia.
Sebelumnya, Gubernur BI Darmin Nasution menyatakan bahwa dalam menentukan BI rate, Bank Sentral lebih melihat arah trend inflasi ke depan. Dengan adanya rencana pemerintah menaikkan BBM subsidi sebesar Rp1.500 per liter, BI memprediksi inflasi tahunan akan naik di angka 6,8-7,1 persen. Namun, hal ini bukan berati serta merta BI akan menaikkan BI rate.
Berikut data SBDK BRI terakhir, suku bunga korporasi 9,75 persen, SBDK ritel 11,5 persen, SBDK KPR 10 persen dan SBDK 12 persen.
()