Treatment ternak sapi Indonesia tertinggal
A
A
A
Sindonews.com - Kebutuhan daging sapi masyarakat Indonesia dipenuhi pula oleh daging sapi impor, bisa dikatakan semakin banyak penyukanya berkat kelebihan yang dimiliki. Lantas, apa yang menjadikan kualitas daging sapi di Indonesia tertinggal?
"Secara umum, saya setuju kalau sapi di Indonesia sudah downgraded," kata Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Pengolahan Daging Indonesia Haniwar Syarif, sebagaimana dikutip dari Okezone, Senin (12/3/2012).
Diakuinya, sapi-sapi di Indonesia kebanyakan bukan dipelihara oleh industri, akan tetapi peternak biasa. Di antara jumlah 15 juta sapi yang ada di Indonesia, digambarkan Haniwar, peternaknya berjumlah sekira lima juta orang sehingga rata-rata satu orang memelihara tiga sapi.
Sebagian besar mereka menjadikan aktivitas beternak bukan bidang usaha utama, melainkan pekerjaan sampingan yang cenderung kurang memperhatikan pemberian pakan berkualitas. Alasan inilah yang menurut Haniwar menyebabkan kualitas daging sapi di Indonesia kalah saing dengan daging sapi impor.
Alasan lainnya adalah perlakuan kurang tepat yang dilakukan peternak ketika memelihara sapi dan usai memotongnya. “Kalau sapi mengerjakan (membajak-red) sawah, akan jelek dari segi kualitas. Dari segi kegemukan, sapi makan apa? Bagus atau tidak? Secara umum, saya akui bahwa sapi banyak yang tua, banyak yang tidak diberi makan dengan baik," paparnya. "Setelah dipotong, daging harus digantung beberapa hari, tapi itu tidak dilakukan di Indonesia . Habis dipotong, daging langsung dibawa ke pasar dan langsung dijual. Secara umum, itu keadaannya dan kita memang masih ketinggalan dengan negara maju," ujarnya.
Namun, Haniwar juga melihat efek positif yang muncul dengan hadirnya semakin banyak daging sapi impor ke Indonesia. Peternak Indonesia dipacu untuk menghasilkan sapi berkualitas.
“Khususnya, memang harus saya akui ada dari dua sumber, yakni sapi impor dan yang kedua adalah hasil persilangan yang menunjukkan sapi ini lebih bagus,” tutupnya.
"Secara umum, saya setuju kalau sapi di Indonesia sudah downgraded," kata Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Pengolahan Daging Indonesia Haniwar Syarif, sebagaimana dikutip dari Okezone, Senin (12/3/2012).
Diakuinya, sapi-sapi di Indonesia kebanyakan bukan dipelihara oleh industri, akan tetapi peternak biasa. Di antara jumlah 15 juta sapi yang ada di Indonesia, digambarkan Haniwar, peternaknya berjumlah sekira lima juta orang sehingga rata-rata satu orang memelihara tiga sapi.
Sebagian besar mereka menjadikan aktivitas beternak bukan bidang usaha utama, melainkan pekerjaan sampingan yang cenderung kurang memperhatikan pemberian pakan berkualitas. Alasan inilah yang menurut Haniwar menyebabkan kualitas daging sapi di Indonesia kalah saing dengan daging sapi impor.
Alasan lainnya adalah perlakuan kurang tepat yang dilakukan peternak ketika memelihara sapi dan usai memotongnya. “Kalau sapi mengerjakan (membajak-red) sawah, akan jelek dari segi kualitas. Dari segi kegemukan, sapi makan apa? Bagus atau tidak? Secara umum, saya akui bahwa sapi banyak yang tua, banyak yang tidak diberi makan dengan baik," paparnya. "Setelah dipotong, daging harus digantung beberapa hari, tapi itu tidak dilakukan di Indonesia . Habis dipotong, daging langsung dibawa ke pasar dan langsung dijual. Secara umum, itu keadaannya dan kita memang masih ketinggalan dengan negara maju," ujarnya.
Namun, Haniwar juga melihat efek positif yang muncul dengan hadirnya semakin banyak daging sapi impor ke Indonesia. Peternak Indonesia dipacu untuk menghasilkan sapi berkualitas.
“Khususnya, memang harus saya akui ada dari dua sumber, yakni sapi impor dan yang kedua adalah hasil persilangan yang menunjukkan sapi ini lebih bagus,” tutupnya.
()