Manuver liar LSM asing seperti teroris
A
A
A
Sindonews.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sempat meminta agar Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) asing menghormati kedaulatan negara Indonesia, dan tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri Indonesia.
Wakil Ketua Komisi IV DPR Firman Soebagyo mencium adanya manuver liar LSM asing selama ini terbukti tidak memiliki dasar yang kuat. Hal itu semakin menguatkan dugaan agenda tertentu untuk menekan negara berkembang seperti Indonesia.
“Semua tudingan LSM Asing itu sama sekali tidak ada buktinya. Agenda tersembunyi di Indonesia sedikit demi sedikit terbongkar. Nah, kalau semua kalangan jadi gusar, itu sangat wajar. Ibaratnya, sama saja dengan teroris ekonomi,” ujar Firman kepada wartawan, kemarin.
Sebagai contoh, penolakan Amerika Serikat (AS) terhadap CPO Indonesia, lanjut Firman, juga berawal dari kampanye hitam mereka."Dan menuding perkebunan sawit tidak ramah lingkungan, dan industri kehutanan Indonesia menggunakan bahan baku dari hutan produksi," terangnya.
Sebelumnya pada tanggal 22 Desember lalu, kepala negara mengatakan tidak akan menutup semua usaha di sektor hutan. Menurutnya penutupan semua usaha di wilayah hutan hanya akan berimbas menyengsarakan rakyat.
"Tapi sangat berlebihan jika usaha di wilayah hutan harus dihentikan semuanya di negeri ini, saya juga mendukung pada area perkebunan sawit agar tidak merusak serampangan dan mengabaikan pemeliharaan lingkungan yang baik untuk kelestarian ekosistem. Tetapi jika Indonesia diminta menutup semua sektor perkebunan kelapa sawitnya, sehingga akan menghancurkan perekonomian Indonesia dan mengakibatkan jutaan orang kehilangan pekerjaan tentu ini sangat berlebihan," kata SBY.
Wakil Ketua Komisi IV DPR Firman Soebagyo mencium adanya manuver liar LSM asing selama ini terbukti tidak memiliki dasar yang kuat. Hal itu semakin menguatkan dugaan agenda tertentu untuk menekan negara berkembang seperti Indonesia.
“Semua tudingan LSM Asing itu sama sekali tidak ada buktinya. Agenda tersembunyi di Indonesia sedikit demi sedikit terbongkar. Nah, kalau semua kalangan jadi gusar, itu sangat wajar. Ibaratnya, sama saja dengan teroris ekonomi,” ujar Firman kepada wartawan, kemarin.
Sebagai contoh, penolakan Amerika Serikat (AS) terhadap CPO Indonesia, lanjut Firman, juga berawal dari kampanye hitam mereka."Dan menuding perkebunan sawit tidak ramah lingkungan, dan industri kehutanan Indonesia menggunakan bahan baku dari hutan produksi," terangnya.
Sebelumnya pada tanggal 22 Desember lalu, kepala negara mengatakan tidak akan menutup semua usaha di sektor hutan. Menurutnya penutupan semua usaha di wilayah hutan hanya akan berimbas menyengsarakan rakyat.
"Tapi sangat berlebihan jika usaha di wilayah hutan harus dihentikan semuanya di negeri ini, saya juga mendukung pada area perkebunan sawit agar tidak merusak serampangan dan mengabaikan pemeliharaan lingkungan yang baik untuk kelestarian ekosistem. Tetapi jika Indonesia diminta menutup semua sektor perkebunan kelapa sawitnya, sehingga akan menghancurkan perekonomian Indonesia dan mengakibatkan jutaan orang kehilangan pekerjaan tentu ini sangat berlebihan," kata SBY.
()