Pengusaha retail harus ikut dorong UMK

Jum'at, 16 Maret 2012 - 10:38 WIB
Pengusaha retail harus...
Pengusaha retail harus ikut dorong UMK
A A A


Sindonews.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen akan memprioritaskan pertumbuhan pelaku usaha mikro kecil (UMK) kendati memperbolehkan pertumbuhan retail. Keberadaan retail tersebut diharapkan dapat mendorong pelaku UKM untuk lebih berkembang.

“Saya realistis saja. Retail ini boleh berkembang di Sragen tetapi tetap dibatasi jaraknya dengan pasar tradisional. Pertumbuhan dan perkembangan UMK akan tetap menjadi prirotas,” kata Bupati Sragen Agus Fatchur Rahman di sela–sela pelatihan pedagang UMK di Ruang Sukowati, Kompleks Kantor Pemkab, Kamis 15 Maret 2012.

Agus meminta keberadaan retail yang ada di Sragen juga tidak hanya mencari keuntungan. Namun, juga dituntut ikut mendorong pertumbuhan dan perkembangan pelaku UKM yang sudah ada terlebih dahulu. “Jadi, retail silakan saja tumbuh tetapi tularkan manajemen kalian pada UMK di sekitar agar mereka juga bisa berkembang,” tuturnya.

Pelatihan kemarin digelar Pemerintah Kabupaten Sragen dengan bekerja sama dengan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) dan salah satu retail di Indonesia PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk atau lebih dikenal Alfamart. Pelatihan diikuti sebanyak 150 pedagang kelontong di seluruh Sragen.

Sementara itu Corporate Affair Senior Manager Alfamart, Yuli Hartono menjamin keberadaan retail tidak akan mematikan pedagang kecil. Dia mengklaim telah melakukan serangkaian upaya untuk menepis anggapan itu dengan mengadakan pelatihan kepada sejumlah UMK. Pelatihan telah dilakukan di beberapa tempat, diantaranya di wilayah Jabotabek.

“Ini bagian dari usaha menepis anggapan itu. Kami memberikan pelatihan seputar pengelolaan manajemen, tampilan dan lain-lain. Tujuan akhirnya, meningkatkan pertumbuhan penjualan bagi UMK. Wujudnya, mereka bisa kulakan di Alfamart dengan harga bakul bukan konsumen,” kata Yuli Hartono.

Menurutnya, nilai lebih dari manajemen retail adalah kemampuan untuk menata dan melayani konsumen. Kemampuan tersebut dinilainya belum dimiliki sebagian besar pedagang kelontong.

“Terutama manajemen keuangan. Nah kami berminat untuk mengajak mereka berkembang. Terbukti, toko kelontong di Jabodetabek itu setelah mendapat pelatihan dan pengawasan dari kami, pertumbuhan penjualan mencapai 50 persen sampai 120 persen. Kami harap di sini juga demikian,” katanya. (bro)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5743 seconds (0.1#10.140)