Potensi produk kerajinan besar
A
A
A
Sindonews.com – Daya saing produk kerajinan nasional masih rendah jika dibandingkan dengan negara lain di ASEAN. Perlu peningkatan kualitas untuk menambah daya saing.
Ketua Bidang Promosi Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) TrisnaWacik mengatakan, sebenarnya Indonesia memiliki potensi kerajinan yang cukup besar. Namun daya saing kerajinan nasional terbilang rendah jika dibandingkan dengan negara penghasil produk serupa di ASEAN seperti Thailand dan Filipina.
”Pada dasarnya kita memiliki potensi kerajinan yang sangat banyak,tapi secara kualitas masih harus ditingkatkan,” kata Trisna pada jumpa pers menyambut HUT ke-32 Dekranas di SME Tower, Jakarta, kemarin.
Menurut dia, selama ini kendala yang dihadapi para perajin di antaranya keterbatasan modal, desain kurang mengikuti perkembangan zaman, manajemen, kemasan kurang menarik, dan sistem pemasaran. Namun, dalam konteks peningkatan kualitas dan daya saing, persoalan mendasar adalah desain dan kemasan.
”Kelemahan perajin kita biasanya terletak pada kemasan dan desain yang digunakan. Desainnya cenderung monoton dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman sehingga nilai jualnya rendah,”ujarnya.
Oleh sebab itu, Dekranas bertekad meningkatkan kualitas dan daya saing kerajinan nasional, beberapa di antaranya menggelar pelatihan,pameran, dan memfasilitasi sejumlah kebutuhan para perajin. Upaya lain, Dekranas memberikan pendampingan, menjembatani perajin dengan pemodal, perajin dengan manajemen perusahaan dan para desainer, serta menggalakkan promosi.
”Dekranas terus memberikan pelatihan dan mengadakan pameran supaya tampilan kerajinan kita tidak kalah menarik dengan negara lain,”tandasnya. Trisna menegaskan,banyak kerajinan nasional yang bisa bersaing di pasar internasional. Namun kualitas harus ditingkatkan terlebih dahulu. ”Secara umum produksi kerajinan nasional meningkat, bahkan mampu bertahan di tengah terjangan krisis,”jelasnya.
Sekretaris Jenderal Dekranas Mira Widiyono mengatakan, berdasarkan hasil survei identifikasi di sejumlah daerah perbatasan, ada banyak produk kerajinan yang bisa dikembangkan dan diberdayakan.
Namun, tidak sedikit pula kerajinan yang terancam punah karena kurang mendapat perhatian. Karenanya salah satu fokus pemberdayaan yang akan dilakukan Dekranas adalah memberikan pendampingan terhadap para perajin di kawasan terpencil seperti daerah perbatasan. ”Kami coba memberdayakan perajin di wilayah perbatasan,” ujarnya.
Ketua Panitia HUT ke-32 Dekranas Inggrid Kansil mengatakan, pihaknya juga akan mendorong kreativitas perajin dari kalangan muda dan penyandang disabilitas, khususnya mereka yang ada di daerah-daerah.
Perajin dari kalangan muda sengaja didorong untuk menjaga regenerasi,di samping juga untuk menciptakan wirausaha muda.”Kita dorong perajin dan wirausaha muda ini terkait dengan pelestarian kerajinan,”ujarnya.
Menyambut HUT ke-32 Dekranas, Inggrid menjelaskan, pihaknya akan menggelar sejumlah pergelaran seperti pameran yang melibatkan perajin dari seluruh provinsi dan kabupaten di Indonesia, seminar nasional, dan peluncuran buku tentang kerajinan di SME Tower.
Pada pameran kali ini pihaknya menargetkan transaksi sebesar Rp3 miliar.”Transaksi dalam pameran Dekranas tahun lalu mencapai Rp 2,5 miliar. Tahun ini kita menargetkan Rp3 miliar,”tuturnya.
Ketua Bidang Promosi Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) TrisnaWacik mengatakan, sebenarnya Indonesia memiliki potensi kerajinan yang cukup besar. Namun daya saing kerajinan nasional terbilang rendah jika dibandingkan dengan negara penghasil produk serupa di ASEAN seperti Thailand dan Filipina.
”Pada dasarnya kita memiliki potensi kerajinan yang sangat banyak,tapi secara kualitas masih harus ditingkatkan,” kata Trisna pada jumpa pers menyambut HUT ke-32 Dekranas di SME Tower, Jakarta, kemarin.
Menurut dia, selama ini kendala yang dihadapi para perajin di antaranya keterbatasan modal, desain kurang mengikuti perkembangan zaman, manajemen, kemasan kurang menarik, dan sistem pemasaran. Namun, dalam konteks peningkatan kualitas dan daya saing, persoalan mendasar adalah desain dan kemasan.
”Kelemahan perajin kita biasanya terletak pada kemasan dan desain yang digunakan. Desainnya cenderung monoton dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman sehingga nilai jualnya rendah,”ujarnya.
Oleh sebab itu, Dekranas bertekad meningkatkan kualitas dan daya saing kerajinan nasional, beberapa di antaranya menggelar pelatihan,pameran, dan memfasilitasi sejumlah kebutuhan para perajin. Upaya lain, Dekranas memberikan pendampingan, menjembatani perajin dengan pemodal, perajin dengan manajemen perusahaan dan para desainer, serta menggalakkan promosi.
”Dekranas terus memberikan pelatihan dan mengadakan pameran supaya tampilan kerajinan kita tidak kalah menarik dengan negara lain,”tandasnya. Trisna menegaskan,banyak kerajinan nasional yang bisa bersaing di pasar internasional. Namun kualitas harus ditingkatkan terlebih dahulu. ”Secara umum produksi kerajinan nasional meningkat, bahkan mampu bertahan di tengah terjangan krisis,”jelasnya.
Sekretaris Jenderal Dekranas Mira Widiyono mengatakan, berdasarkan hasil survei identifikasi di sejumlah daerah perbatasan, ada banyak produk kerajinan yang bisa dikembangkan dan diberdayakan.
Namun, tidak sedikit pula kerajinan yang terancam punah karena kurang mendapat perhatian. Karenanya salah satu fokus pemberdayaan yang akan dilakukan Dekranas adalah memberikan pendampingan terhadap para perajin di kawasan terpencil seperti daerah perbatasan. ”Kami coba memberdayakan perajin di wilayah perbatasan,” ujarnya.
Ketua Panitia HUT ke-32 Dekranas Inggrid Kansil mengatakan, pihaknya juga akan mendorong kreativitas perajin dari kalangan muda dan penyandang disabilitas, khususnya mereka yang ada di daerah-daerah.
Perajin dari kalangan muda sengaja didorong untuk menjaga regenerasi,di samping juga untuk menciptakan wirausaha muda.”Kita dorong perajin dan wirausaha muda ini terkait dengan pelestarian kerajinan,”ujarnya.
Menyambut HUT ke-32 Dekranas, Inggrid menjelaskan, pihaknya akan menggelar sejumlah pergelaran seperti pameran yang melibatkan perajin dari seluruh provinsi dan kabupaten di Indonesia, seminar nasional, dan peluncuran buku tentang kerajinan di SME Tower.
Pada pameran kali ini pihaknya menargetkan transaksi sebesar Rp3 miliar.”Transaksi dalam pameran Dekranas tahun lalu mencapai Rp 2,5 miliar. Tahun ini kita menargetkan Rp3 miliar,”tuturnya.
()