Monorel-Trem Surabaya siap dilelang
A
A
A
Sindonews.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya tampaknya terus mematangkan mega proyek transportasi massal berupa monorel dan trem. Sampai kemarin, Detail Engineering Design (DED) sudah dirampungkan. Mereka tinggal melaksanakan lelang yang bisa dilakukan hari ini.
Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Hendro Gunawan menuturkan, penyelesaian DED sudah dilakukan. Saat ini pemkot tinggal melaksanakan lelang yang dilakukan secepatnya. “Dalam rencana kami memang pelaksanaan lelang dilakukan pertengahan bulan ini,” ujar Hendro, Minggu (18/3/2012).
Ia melanjutkan, dengan selesainya pelaksanaan lelang semua proyek transportasi massal yang coba digagas bisa secepatnya dilakukan. Percepatan mega proyek transportasi massal itu semakin mempertegas kalau Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menolak tol tengah kota. “Kami tetap berharap pelaksanaan lelang bisa berjalan lancar,” ungkapnya.
Trem dan monorel, katanya, sudah diperhitungkan dengan matang untuk menjadi sarana transportasi yang memenuhi kebutuhan warga Surabaya. Keberadaan dua transportasi itu dipercaya mampu memecah kemacetan serta kebutuhan trasportasi massal yang layak di Kota Pahlawan. “Tinggal kita tunggu saja nanti setelah pelaksanaan lelang,” sambungnya.
Selama ini, katanya, pemkot memang terus mematangkan rencana pembangunan monorel untuk koridor Timur-Barat dan trem untuk koridor Utara-Selatan. Dalam pembangunannya nanti, pemkot tak akan mengeluarkan biaya. Karena proses pembangunannya diserahkan sepenuhnya kepada investor atau kerja sama investasi.
Kalaupun ada biaya, nantinya pemkot hanya mengeluarkan biaya untuk vider serta park and ride. Bahkan, belakangan sudah banyak pengelola pusat perbelanjaan yang meminta tempat pemberhentian monorel di depan tempat usahanya masing-masing. “Kami harus melayani masyarakat dan kalau tidak begitu nanti terlalu jauh,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Komisi C DPRD Surabaya Sachiroel Alim mengatakan, kemacetan arus lalu lintas di Surabaya dalam kurun waktu 5-15 tahun ke depan diprediksi DPRD bakal melebihi Jakarta dan kota besar-besar di negara lain.
Kondisi ini karena arah kebijakan transportasi massal yang digagas Pemkot tidak jelas. Apalagi, apabila kebijakan yang dituangkan dalam Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Surabaya 2010-2014-2025 tidak terarah.
Kondisi ini semakin menyedihkan, lanjutnya, karena tarik ulur antara pemkot dengan DPRD terkait dengan pembahasan raperda rancangan pembangunan jangka pendek daerah (RPJPD) Surabaya 2011-2025 belum tuntas.
Pada awal November lalu Pemkot bersedia mencatumkan PP No 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRN) ke dalam draf raperda RPJPD, namun perubahan draf rancangan RPJPD itu sampai sekarang belum sampai ke dewan lagi.
“Kalau demikian kondisinya, kami yakini akan menghambat pertumbuhan perekonomian dan pembangunan Surabaya,” jelasnya.
Sebagai informasi, monorel yang akan dibangun d Surabaya ini rencananya akan memiliki panjang 24,47 kilometer, dengan jalur Sentra Bulak-ITS-Kertajaya-Keputran-Joyoboyo-PTC serta akan melalui 4 terminal yang dapat menampung 184-254 orang.
Sedangkan untuk trem, direncanakan tahap I akan memiliki panjang 9,38 km dan dilanjutkan pada tahap II yang mencapai 12,16 Km. Untuk jalurnya sendiri dimulai dari Joyoboyo-JMP-Pasar Tunjungan hingga Gapura Surya. Dengan kapasitas penumpang hingga 220-225 orang. (ank)
Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Hendro Gunawan menuturkan, penyelesaian DED sudah dilakukan. Saat ini pemkot tinggal melaksanakan lelang yang dilakukan secepatnya. “Dalam rencana kami memang pelaksanaan lelang dilakukan pertengahan bulan ini,” ujar Hendro, Minggu (18/3/2012).
Ia melanjutkan, dengan selesainya pelaksanaan lelang semua proyek transportasi massal yang coba digagas bisa secepatnya dilakukan. Percepatan mega proyek transportasi massal itu semakin mempertegas kalau Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menolak tol tengah kota. “Kami tetap berharap pelaksanaan lelang bisa berjalan lancar,” ungkapnya.
Trem dan monorel, katanya, sudah diperhitungkan dengan matang untuk menjadi sarana transportasi yang memenuhi kebutuhan warga Surabaya. Keberadaan dua transportasi itu dipercaya mampu memecah kemacetan serta kebutuhan trasportasi massal yang layak di Kota Pahlawan. “Tinggal kita tunggu saja nanti setelah pelaksanaan lelang,” sambungnya.
Selama ini, katanya, pemkot memang terus mematangkan rencana pembangunan monorel untuk koridor Timur-Barat dan trem untuk koridor Utara-Selatan. Dalam pembangunannya nanti, pemkot tak akan mengeluarkan biaya. Karena proses pembangunannya diserahkan sepenuhnya kepada investor atau kerja sama investasi.
Kalaupun ada biaya, nantinya pemkot hanya mengeluarkan biaya untuk vider serta park and ride. Bahkan, belakangan sudah banyak pengelola pusat perbelanjaan yang meminta tempat pemberhentian monorel di depan tempat usahanya masing-masing. “Kami harus melayani masyarakat dan kalau tidak begitu nanti terlalu jauh,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Komisi C DPRD Surabaya Sachiroel Alim mengatakan, kemacetan arus lalu lintas di Surabaya dalam kurun waktu 5-15 tahun ke depan diprediksi DPRD bakal melebihi Jakarta dan kota besar-besar di negara lain.
Kondisi ini karena arah kebijakan transportasi massal yang digagas Pemkot tidak jelas. Apalagi, apabila kebijakan yang dituangkan dalam Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Surabaya 2010-2014-2025 tidak terarah.
Kondisi ini semakin menyedihkan, lanjutnya, karena tarik ulur antara pemkot dengan DPRD terkait dengan pembahasan raperda rancangan pembangunan jangka pendek daerah (RPJPD) Surabaya 2011-2025 belum tuntas.
Pada awal November lalu Pemkot bersedia mencatumkan PP No 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRN) ke dalam draf raperda RPJPD, namun perubahan draf rancangan RPJPD itu sampai sekarang belum sampai ke dewan lagi.
“Kalau demikian kondisinya, kami yakini akan menghambat pertumbuhan perekonomian dan pembangunan Surabaya,” jelasnya.
Sebagai informasi, monorel yang akan dibangun d Surabaya ini rencananya akan memiliki panjang 24,47 kilometer, dengan jalur Sentra Bulak-ITS-Kertajaya-Keputran-Joyoboyo-PTC serta akan melalui 4 terminal yang dapat menampung 184-254 orang.
Sedangkan untuk trem, direncanakan tahap I akan memiliki panjang 9,38 km dan dilanjutkan pada tahap II yang mencapai 12,16 Km. Untuk jalurnya sendiri dimulai dari Joyoboyo-JMP-Pasar Tunjungan hingga Gapura Surya. Dengan kapasitas penumpang hingga 220-225 orang. (ank)
()