BTN optimistis kredit naik 25%

Rabu, 21 Maret 2012 - 10:15 WIB
BTN optimistis kredit...
BTN optimistis kredit naik 25%
A A A
Sindonews.com - PT Bank Tabungan Negara Tbk menyatakan bisnisnya tidak akan terganggu dengan ketentuan baru Bank Indonesia (BI) tentang rasio loan to value (LTV). BTN optimistis target pertumbuhan kredit sebesar 25 persen tahun ini bakal tercapai.

Direktur Utama BTN Iqbal Latanro mengatakan, aturan LTV yang menetapkan besaran uang muka KPR sebesar 30 persen terlalu tinggi untuk pasar di Indonesia. Namun, tujuan aturan itu sangat bagus dan harus didukung supaya tidak menimbulkan dampak di masyarakat.

Menurut dia, aturan LTV diberlakukan untuk rumah dengan luasan di atas 70 meter (tipe 70). Asumsi rumah dengan luasan itu sudah masuk pada kelompok menengah atas.

“Secara ekonomi sudah cukup mampu untuk membayar uang muka sebesar 30 persen. Jadi semangat LTV itu lebih dimaksudkan untuk meminimalisir risiko pemberian kredit oleh bank untuk tipe rumah besar dengan kredit yang lebih besar,” ujar Iqbal di Jakarta, kemarin.

Iqbal menegaskan, karena ketentuan ini tidak berlaku bagi rumah berada di bawah tipe 70, maka tidak terlalu berdampak pada bisnis KPR BTN. Saat ini kata Iqbal komposisi pembiayaan rumah BTN 85-90 persen masih didominasi di bawah tipe 70. Sedangkan tipe di atas 70 hanya sekitar 10 persen.

“Permintaan rumah kelas menengah bawah yang menjadi pasar pembiayaan BTN permintaannya cukup tinggi,” tegas Iqbal. Lebih jauh Iqbal menambahkan pasar properti di Indonesia mempunyai prospek yang sangat bagus. Dalam setiap tahun bisnis pada sektor ini terus bertumbuh lebih baik. Tren pertumbuhan sektor pembiayaan properti dapat dilihat dari semakin banyaknya bank bermain pada sektor ini.

BTN akan fokus pada pembiayaan perumahan yang menjadi core business perseroan. “Fokus bisnis pada pembiayaan perumahan telah mengantarkan BTN sebagai pemimpin pasar pembiayaan perumahan di Indonesia dengan share 26 persem,” paparnya.

Sementara itu, BI menilai rendahnya uang muka (down payment/ DP) Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) merupakan penyebab tingginya kredit bermasalah (non-performing loan/NPL).

Kepala Biro Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI Filianingsih menjelaskan, dari hasil simulasi yang dilakukan BI ada korelasi atau hubungan antara uang muka dan kredit bermasalah.

Semakin rendah uang mukanya maka kredit bermasalah makin tinggi. Selain itu, lanjut dia, kenaikan kredit KPR dan KKB secara historis selalu lebih tinggi dari pertumbuhan total kredit. Tahun lalu KPR tumbuh 32,9 persen, sementara KKB tumbuh 32,12 persen, sementara agregat kredit tumbuh 24,9 persen. Bahkan, pada Januari 2012 KPR tumbuh 43,04 persen dan KKB 29,3 persen, sementara agregat kredit total 23,7 persen.

Dari sisi kredit bermasalah, NPL KPR di 2011 sebesar 1,83 persen dan KKB sebesar 0,94 persen, tapi dari agregat total kredit maka total NPL hanya 0,4 persen.

Filia juga menilai kredit bermasalah di KKB ini, terutama di bank, sebenarnya belum memperhitungkan penarikan kendaraan jika kreditnya macet. Jika diperhitungkan, maka NPL-nya bisa mencapai 10 persen.

“Pertumbuhan keduanya selalu di atas agregat kredit. Kalau NPL memang terlihat rendah, tapi itu selalu di atas history fundamental. Kalau terus-menerus, akan ada risiko bubble risiko kredit bank,” ujarnya dalam diskusi bersama media di Jakarta, kemarin. (ank)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0536 seconds (0.1#10.140)