CIMB Niaga optimis KPR-KKB naik 18%
A
A
A
Sindonews.com - PT CIMB Niaga Tbk (BNGA) mengaku belum mengubah target pertumbuhan kredit untuk kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) di kisaran 18 persen. Pasalnya, segmen KPR perseroan kelas menengah atas yang tidak terpengaruh aturan uang muka (down payment/DP) dan loan to value ratio (LTV).
Wakil Direktur Utama CIMB Niaga Catherine Hadiman menjelaskan, sebelum aturan yang baru diberlakukan rata-rata uang muka yang diberikan kepada nasabah berkisar 20 persen. Target pasar KPR dan KKB perseroan juga merupakan segmen menengah ke atas yang memiliki kemampuan lebih dalam memberikan uang muka.
Oleh karena itu, kebijakan ini tidak terlalu mempengaruhi, justru aturan ini dinilai baik untuk menjaga kualitas kredit sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat. Tapi, Catherine mengaku, sedikit banyak aturan ini tetap akan mempengaruhi permintaan.
Catherine tetap optimis permintaan akan baik, terlebih kondisi makro ekonomi dan pendapatan per kapita Indonesia yang meningkat sehingga diharapkan meningkatkan kemampuan dan daya beli masyarakat.
“Secara umum kredit kita akan tumbuh 18 persen, termasuk KPR dan KKB. Memang akan ada koreksi tapi kita akan lihat ke depan, di semester pertama. Kalau sekarang belum revisi,” ujarnya usai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) di Jakarta kemarin.
Di tahun 2011 lalu, KPR perseroan tercatat sebesar Rp17,83 triliun, naik Rp2,37 triliun atau tumbuh 15 persen dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp15,46 triliun.
Sementara KPM Rp15,12 triliun, naik Rp1,26 triliun, atau 9 persen dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp13,86 triliun. Dengan target 18 persen maka KPR perseroan akan mencapai sekitar Rp21,04 triliun, sementara KPM akan mencapai sekitar Rp17,84 triliun. Sedangkan dari sisi kredit bermasalah (non performing loan/NPL), untuk KPR sebesar 2,13 persen, KPM 0,92 persen dan bank secara keseluruhan sebesar 2,6 persen.
Dia menilai jika berbicara potensi bubble (gelembung) di dua segmen konsumer ini belum terlihat. Menurut dia, untuk melihat bubble harus membedakan jenis properti dan lokasinya. “Memang ada yang jenuh, tapi belum bubble. Sekarang banyak residential, dengan income capital naik jadi kebutuhan rumah dan permintaan memang kuat,” tuturnya.
Menurut dia, dengan adanya aturan baru maka upaya yang tengah dilakukan adalah perubahan standar operasional prosedur (SOP), menyiapkan scoring system dan infrastruktur, serta memberikan edukasi kepada nasabah.
Sementara, dalam RUPST CIMB Niaga diputuskan pembagian dividen interim sebesar total Rp200 miliar atau Rp7,95 per saham. Direktur Keuangan CIMB Niaga Wan Razly Abdullah mengatakan, dividen interim sudah dilakukan pada November 2012 dan diminta sebagai final dan disetujui. RUPST juga menyetujui pengunduran diri Ferdy Sutrisno dari jabatannya sebagai Direktur Ritel dan Paul
Setiawan Hasjim sebagai Direktur Operasional dan IT. Juga mengangkat Harjanto Tanuwidjaja sebagai direktur, sambil menunggu hasil fit and proper test dari Bank Indonesia. (ank)
Wakil Direktur Utama CIMB Niaga Catherine Hadiman menjelaskan, sebelum aturan yang baru diberlakukan rata-rata uang muka yang diberikan kepada nasabah berkisar 20 persen. Target pasar KPR dan KKB perseroan juga merupakan segmen menengah ke atas yang memiliki kemampuan lebih dalam memberikan uang muka.
Oleh karena itu, kebijakan ini tidak terlalu mempengaruhi, justru aturan ini dinilai baik untuk menjaga kualitas kredit sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat. Tapi, Catherine mengaku, sedikit banyak aturan ini tetap akan mempengaruhi permintaan.
Catherine tetap optimis permintaan akan baik, terlebih kondisi makro ekonomi dan pendapatan per kapita Indonesia yang meningkat sehingga diharapkan meningkatkan kemampuan dan daya beli masyarakat.
“Secara umum kredit kita akan tumbuh 18 persen, termasuk KPR dan KKB. Memang akan ada koreksi tapi kita akan lihat ke depan, di semester pertama. Kalau sekarang belum revisi,” ujarnya usai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) di Jakarta kemarin.
Di tahun 2011 lalu, KPR perseroan tercatat sebesar Rp17,83 triliun, naik Rp2,37 triliun atau tumbuh 15 persen dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp15,46 triliun.
Sementara KPM Rp15,12 triliun, naik Rp1,26 triliun, atau 9 persen dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp13,86 triliun. Dengan target 18 persen maka KPR perseroan akan mencapai sekitar Rp21,04 triliun, sementara KPM akan mencapai sekitar Rp17,84 triliun. Sedangkan dari sisi kredit bermasalah (non performing loan/NPL), untuk KPR sebesar 2,13 persen, KPM 0,92 persen dan bank secara keseluruhan sebesar 2,6 persen.
Dia menilai jika berbicara potensi bubble (gelembung) di dua segmen konsumer ini belum terlihat. Menurut dia, untuk melihat bubble harus membedakan jenis properti dan lokasinya. “Memang ada yang jenuh, tapi belum bubble. Sekarang banyak residential, dengan income capital naik jadi kebutuhan rumah dan permintaan memang kuat,” tuturnya.
Menurut dia, dengan adanya aturan baru maka upaya yang tengah dilakukan adalah perubahan standar operasional prosedur (SOP), menyiapkan scoring system dan infrastruktur, serta memberikan edukasi kepada nasabah.
Sementara, dalam RUPST CIMB Niaga diputuskan pembagian dividen interim sebesar total Rp200 miliar atau Rp7,95 per saham. Direktur Keuangan CIMB Niaga Wan Razly Abdullah mengatakan, dividen interim sudah dilakukan pada November 2012 dan diminta sebagai final dan disetujui. RUPST juga menyetujui pengunduran diri Ferdy Sutrisno dari jabatannya sebagai Direktur Ritel dan Paul
Setiawan Hasjim sebagai Direktur Operasional dan IT. Juga mengangkat Harjanto Tanuwidjaja sebagai direktur, sambil menunggu hasil fit and proper test dari Bank Indonesia. (ank)
()