ICP melambung tembus USD128/barel

Selasa, 27 Maret 2012 - 08:34 WIB
ICP melambung tembus USD128/barel
ICP melambung tembus USD128/barel
A A A


Sindonews.com - Harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesia crude price/ICP) melambung melewati asumsi APBN 2012 sebesar USD90/barel. Harga ICP Maret bahkan diperkirakan menembus USD128/barel atau tertinggi sejak Juli 2008.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik mengatakan, pergerakan harga ICP terus menunjukkan grafik kenaikan sejak Januari 2012. Harga ICP pada Januari lalu menyentuh angka USD115/barel dan harganya melonjak drastis pada Februari menjadi USD122/barel. Harga ICP pada bulan Maret bahkan sudah dalam level bahaya karena jauh melampaui asumsi APBN 2012.

”ICP Maret yang akan saya tanda tangani nanti akhir bulan sudah ada angka-angka sampai hari ini. Itu akan mencapai angka USD128. Jadi, ini sudah makin danger, makin berbahaya,” tutur Jero Wacik di hadapan anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR di Gedung DPR, Jakarta, 26 Maret 2012.

Dia menambahkan, harga ICP dan juga harga minyak mentah dunia yang terus melambung harus segera diantisipasi bila tidak ingin anggaran negara jebol.

Sebagai informasi, pada sisi pendapatan negara, kenaikan ICP memang akan ikut mendongkrak pendapatan negara dari kontrak production sharing (KPS) minyak dan gas dalam bentuk PNBP (pendapatan negara bukan pajak).

Peningkatan harga minyak dunia juga akan meningkatkan pendapatan dari penerimaan PPh (pajak penghasilan) migas dan penerimaan migas lainnya. Namun, pada sisi belanja negara, kenaikan ICP antara lain akan meningkatkan belanja subsidi BBM dan dana bagi hasil ke daerah.

Pada tahun anggaran 2012, apabila rata-rata ICP lebih tinggi USD1,0 per barel dari angka yang diasumsikan, maka tambahan defisit pada APBN 2012 diperkirakan akan berada pada kisaran Rp0,31 triliun hingga Rp0,37 triliun.

Sejak Februari 2011, ICP selalu berada di atas USD100/barel. ICP tertinggi dalam sejarah tercatat pada Juli 2008 yakni USD134,96/barel tapi pada tahun yang sama juga turun drastis menjadi USD38,45/barel (Desember 2008).

Dengan ICP yang sudah menembus USD 128/barel dan harga BBM yang dipatok RP4.500/liter, Jero Wacik meyakini kuota konsumsi BBM bersubsidi dipastikan akan jebol. ”Ini fakta kami buat simulasi jika harga BBM tetap Rp4.500/liter maka kuota yang 40 juta kiloliter akan lewat banyak. Dan, angkanya sudah kelihatan di Januari-Februari 2012,” ungkapnya.

Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Evita Legowo memperkirakan, konsumsi BBM bersubsidi pada tahun ini akan membengkak menjadi 47,97 juta kilo liter atau di atas target APBN sebesar 40 juta kiloliter.

Konsumsi BBM bersubsidi akan melonjak drastis jika harga BBM tidak juga dinaikkan karena akan ada migrasi dari pengguna pertamax ke BBM bersubsidi.

”Perkiraan kami (konsumsi), premium akan mencapai 29,647 juta kiloliter dan solar menjadi 16,629 juta kiloliter. Totalnya 47,976 kiloliter. Itu kalau kita tidak mengubah sama sekali apa yang ada saat ini,” papar Evita.

Pengamat energi yang juga Direktur Center for Petroleum and Energy Economic Studies (CPEES) Kurtubi meyakini, ICP serta minyak mentah dunia akan cenderung mengalami kenaikan hingga akhir tahun.

Sepanjang musim panas, harganya bahkan diprediksi meningkat tajam karena ada peningkatan konsumsi secara besar-besaran di Eropa dan Amerika Serikat akibat pemakaian bensin selama liburan musim panas.

”Memang ada kemungkinan turun tapi kecenderungannya naik, apalagi jika eskalasi ketegangan di Selat Hormuz (Iran) semakin meningkat,” katanya. (bro)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4974 seconds (0.1#10.140)