Mayoritas masyarakat Indonesia takut bank
A
A
A
Sindonews.com - Survei yang dilakukan Bank Indonesia (BI) mencatat sebanyak 62 persen atau Rp100 triliun dana masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan. Hal ini dikarenakan, rata-rata penduduk Indonesia masih banyak takut datang ke bank, terutama yang ada di wilayah timur.
"Mereka yang takut ke bank karena asumsi mereka, yang datang ke perbankan itu orang yang mempunyai dana lebih atau orang kaya," jelas Deputi Gubernur BI Ardhayadi Mitroatmodjo, di Solo, Jawa Tengah, Rabu (28/3/2012).
Selain faktor tersebut, faktor lainnya yang mempengaruhi banyaknya dana masyarakat yang belum tersentuh adalah geografis dan minimnya kantor cabang perbankan. Sehingga, untuk datang ke suatu bank harus menuju pusat kota, dan biaya yang dikeluarkan masyarakat tidak sedikit untuk mencapai bank.
Sedangkan belum meratanya penyebaran perbankan di daerah tertentu, disebabkan mahalnya biaya yang harus dikeluarkan perbankan tersebut untuk membuka perwakilan. “Biaya membangun cabang bank di Indonesia jauh lebih mahal dibandingkan Singapura. Kenapa bisa begitu? Karena di sini harus menganggarkan membangun gedung, karyawan, dan fasilitas lainnya," terangnya.
Sementara itu, Senior Advisor BI Wimboh Santoso mengatakan, untuk memaksimalkan masyarakat menggunakan layanan perbankan, BI akan melakukan kampanye produk TabunganKu.
Program ini menyasar masyarakat kecil dengan saldo minimum hanya Rp20 ribu. Hingga saat ini program TabunganKu tercatat sebanyak tiga juta nasabah dengan nilai mencapai Rp3,2 triliun.
"Dalam jangka waktu dua tahun sejak TabunganKu diluncurkan tercapai Rp3,2 triliun, jika dengan strategi yang sama maka butuh waktu 30 tahun untuk bisa mencapai Rp100 triliun dari potensi yang belum tersentuh bank. Untuk itu dibutuhkan strategi baru untuk mempercepat," jelasnya.
Diharapkan dalam jangka waktu lima tahun, tercatat sebanyak 50 juta masyarakat yang belum tersentuh bank, membuka rekening TabunganKu. BI sendiri akan lebih mendorong perbankan untuk membranding program TabunganKu. Pasalnya selama ini bank-bank umum hanya membranding produknya sendiri. (ank)
"Mereka yang takut ke bank karena asumsi mereka, yang datang ke perbankan itu orang yang mempunyai dana lebih atau orang kaya," jelas Deputi Gubernur BI Ardhayadi Mitroatmodjo, di Solo, Jawa Tengah, Rabu (28/3/2012).
Selain faktor tersebut, faktor lainnya yang mempengaruhi banyaknya dana masyarakat yang belum tersentuh adalah geografis dan minimnya kantor cabang perbankan. Sehingga, untuk datang ke suatu bank harus menuju pusat kota, dan biaya yang dikeluarkan masyarakat tidak sedikit untuk mencapai bank.
Sedangkan belum meratanya penyebaran perbankan di daerah tertentu, disebabkan mahalnya biaya yang harus dikeluarkan perbankan tersebut untuk membuka perwakilan. “Biaya membangun cabang bank di Indonesia jauh lebih mahal dibandingkan Singapura. Kenapa bisa begitu? Karena di sini harus menganggarkan membangun gedung, karyawan, dan fasilitas lainnya," terangnya.
Sementara itu, Senior Advisor BI Wimboh Santoso mengatakan, untuk memaksimalkan masyarakat menggunakan layanan perbankan, BI akan melakukan kampanye produk TabunganKu.
Program ini menyasar masyarakat kecil dengan saldo minimum hanya Rp20 ribu. Hingga saat ini program TabunganKu tercatat sebanyak tiga juta nasabah dengan nilai mencapai Rp3,2 triliun.
"Dalam jangka waktu dua tahun sejak TabunganKu diluncurkan tercapai Rp3,2 triliun, jika dengan strategi yang sama maka butuh waktu 30 tahun untuk bisa mencapai Rp100 triliun dari potensi yang belum tersentuh bank. Untuk itu dibutuhkan strategi baru untuk mempercepat," jelasnya.
Diharapkan dalam jangka waktu lima tahun, tercatat sebanyak 50 juta masyarakat yang belum tersentuh bank, membuka rekening TabunganKu. BI sendiri akan lebih mendorong perbankan untuk membranding program TabunganKu. Pasalnya selama ini bank-bank umum hanya membranding produknya sendiri. (ank)
()