Pengetatan DP picu kredit CIMB Niaga turun
A
A
A
Sindonews.com - PT CIMB Niaga Tbk (BNGA) menyatakan akan terjadi penurunan kredit baru di segmen bisnis konsumer sekira 20-40 persen pasca diberlakukannya aturan uang muka (down payment/DP) dan Loan to Value Ratio (LTV).
Presiden Direktur CIMB Niaga Arwin Rasyid mengatakan, dalam jangka pendek memang pertumbuhan segmen bisnis konsumer, terutama Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) akan terpengaruh.
Arwin menilai di perseroan biasanya kredit baru di segmen konsumer membukukan sekitar Rp10 triliun tiap tahunnya. Dengan ketentuan itu, Arwin memprediksi akan terjadi penurunan sekira 20-40 persen atau sekira Rp2 triliun-Rp4 triliun.
"Dampaknya sulit diperkirakan tapi angka kasar akan drop 20-40 persen dalam enam bulan ke depan. Makanya kita tumbuh konservatif, antisipasinya tidak ada karena ini peraturan untuk semua pihak," ujarnya usai Konferensi Pers Indonesian Masters 2012, di Jakarta, Kamis (29/3/2012).
Arwin juga menilai akan terjadi penurunan daya beli nasabah. Arwin mencontohkan, jika tadinya nasabah membeli mobil dengan harga Rp500 juta, jadi diturunkan menjadi Rp300 juta dan nasabah lebih menyesuaikan anggaran calon pembeli.
Arwin menilai penurunan ini tidak akan memberatkan target kredit perseroan yang dipatok konservatif sebesar 18 persen. Di akhir 2011, kucuran kredit konsumer perseroan mencapai Rp37,5 triliun, naik 14 persen dari posisi akhir 2010 sebesar Rp32,87 triliun. "Tidak memberatkan karena kita universal bank jadi semua segmen masuk," ungkapnya.
Wakil Direktur Utama CIMB Niaga Catherine Hadiman sebelumnya menjelaskan, perseroan belum mengubah target pertumbuhan KPR dan KKB dikisaran 18 persen.
Catherine mengaku sedikit banyak aturan ini tetap akan mempengaruhi permintaan. Meski demikian pihaknya tetap optimistis permintaan akan baik, terlebih kondisi makro ekonomi dan pendapatan per kapita Indonesia yang meningkat sehingga diharapkan meningkatkan kemampuan dan daya beli masyarakat.
"Secara umum kredit kita akan tumbuh 18 persen, termasuk KPR dan KKB. Memang akan ada koreksi tapi kita akan lihat ke depan, di semester pertama. Kalau sekarang belum revisi," tandasnya. (ank)
Presiden Direktur CIMB Niaga Arwin Rasyid mengatakan, dalam jangka pendek memang pertumbuhan segmen bisnis konsumer, terutama Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) akan terpengaruh.
Arwin menilai di perseroan biasanya kredit baru di segmen konsumer membukukan sekitar Rp10 triliun tiap tahunnya. Dengan ketentuan itu, Arwin memprediksi akan terjadi penurunan sekira 20-40 persen atau sekira Rp2 triliun-Rp4 triliun.
"Dampaknya sulit diperkirakan tapi angka kasar akan drop 20-40 persen dalam enam bulan ke depan. Makanya kita tumbuh konservatif, antisipasinya tidak ada karena ini peraturan untuk semua pihak," ujarnya usai Konferensi Pers Indonesian Masters 2012, di Jakarta, Kamis (29/3/2012).
Arwin juga menilai akan terjadi penurunan daya beli nasabah. Arwin mencontohkan, jika tadinya nasabah membeli mobil dengan harga Rp500 juta, jadi diturunkan menjadi Rp300 juta dan nasabah lebih menyesuaikan anggaran calon pembeli.
Arwin menilai penurunan ini tidak akan memberatkan target kredit perseroan yang dipatok konservatif sebesar 18 persen. Di akhir 2011, kucuran kredit konsumer perseroan mencapai Rp37,5 triliun, naik 14 persen dari posisi akhir 2010 sebesar Rp32,87 triliun. "Tidak memberatkan karena kita universal bank jadi semua segmen masuk," ungkapnya.
Wakil Direktur Utama CIMB Niaga Catherine Hadiman sebelumnya menjelaskan, perseroan belum mengubah target pertumbuhan KPR dan KKB dikisaran 18 persen.
Catherine mengaku sedikit banyak aturan ini tetap akan mempengaruhi permintaan. Meski demikian pihaknya tetap optimistis permintaan akan baik, terlebih kondisi makro ekonomi dan pendapatan per kapita Indonesia yang meningkat sehingga diharapkan meningkatkan kemampuan dan daya beli masyarakat.
"Secara umum kredit kita akan tumbuh 18 persen, termasuk KPR dan KKB. Memang akan ada koreksi tapi kita akan lihat ke depan, di semester pertama. Kalau sekarang belum revisi," tandasnya. (ank)
()