September, waktu yang tepat naikkan BBM

Senin, 02 April 2012 - 14:18 WIB
September, waktu yang...
September, waktu yang tepat naikkan BBM
A A A
Sindonews.com - Kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang batal terjadi pada awal April, bukan berarti pemerintah akan sama sekali mengurungkan niatnya menaikkan BBM bersubsidi. Pemerintah sedang melihat waktu yang tepat berdasarkan harga minyak dunia.

Direktur Statistik Harga Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo menegaskan, waktu yang tepat untuk menaikkan harga BBM adalah bulan April dan September. Pasalnya, kedua waktu tersebut dapat menjaga inflasi tidak terlalu melonjak naik.

"Bisa dibilang enam bulan dari sekarang, antara September dan Oktober itu betul. Akan tetapi jika sebelum itu atau sesudah itu, dampak inflasinya akan besar," ungkapnya saat ditemui di Kantor BPS Pusat, Pasar Baru, Jakarta, Senin (2/4/2012).

Dia menerangkan, alasan bulan April ataupun September sebagai waktu yang baik untuk menaikkan harga BBM subsidi dikarenakan pada dua bulan tepat terjadinya penen raya kedua.

"Jika September itu kan setelah lebaran maka konsumsi kita akan menurun sehingga berkurang kan. Serta pada bulan Oktober itu puncak panen kedua, pertama April, Maret dan yang kedua itu bulan Oktober sehingga waktu idealnya itu September-Oktober," paparnya.

Sedangkan untuk bulan Juni ataupun Juli, Sasmito memproyeksikan pemerintah tidak akan melakukan kenaikan harga BBM, walaupun harga minyak dunia melambung tinggi.

"Pada waktu tersebut sangat riskan, yaitu Juni-Juli. Saya kira pemerintah tidak akan berani kalaupun berani bulan Oktober, kalau mau bulan dua itu paling tidak baru bisa April tahun depan. Bukan hanya itu, karena setelah lebaran, maka daya beli kita turun, harga ayam turun dan segala macam itu jatuh. Jadi pas, saat orang juga sudah capek," ucapnya.

Di sisi lain, BPS juga memperkirakan, jika pemerintah jadi menaikkan harga BBM bersubsidi sebesar Rp1.500 per liter pada bulan tersebut maka dampaknya terhadap inflasi tidak besar.

Dirinya menilai inflasi tidak akan sampai 6,8 persen seperti asumsi pemerintah dalam APBN-Perubahan 2012. Ia memprediksi inflasi hanya sekira enam persen. "Kalau (kenaikan) di bawah Rp1.500 per liter, ya lebih kecil lagi (dampaknya terhadap inflasi)," pungkasnya. (ank)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7193 seconds (0.1#10.140)