Harga gabah masih di bawah HPP
A
A
A
Sindonews.com – Meski harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) telah ditetapkan sebesar Rp3.300 per kg, namun masih ditemui harga gabah di bawah ketetapan HPP.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat masih menemukan harga jual GKP di bawah HPP. Kasus tersebut ditemukan di Kabupaten Cirebon dengan harga GKP terendah Rp3.000 per kg. Harga itu lebih rendah Rp300 per kg dari HPP GKP sebesar Rp3.300 per kg. ”Mudah-mudahan tidak terjadi di daerah lain di Jabar,” ujar Kepala Bidang Statistik dan Distribusi BPS Jabar Anggoro Dwitjahyono di kantor BPS Jabar, Kota Bandung, kemarin.
Menurut dia, harga jual gabah petani di bawah HPP mestinya tidak ditemukan lagi. Apalagi, baru-baru ini pemerintah telah menerbitkan Inpres No 3/2012 dan mulai berlaku sejak 27 Februari 2012, di mana harga GKP di tingkat petani dipatok Rp3.300 per kg dan Rp3.350 per kg GKP di tingkat penggilingan serta HPP gabah kering giling (GKG) Rp4.150 per kg di tingkat penggilingan.
BPS juga menemukan kasus harga gabah kualitas rendah. Tercatat ada sekitar 22 kasus (10,23 persen). Ke-22 kasus tersebut berada di Kabupaten Majalengka sebanyak 1 kasus, 2 kasus di Kabupaten Kuningan, 6 kasus di Kabupaten Bogor, dan 13 kasus di Kabupaten Sukabumi. ”Sementara untuk harga GKG relatif masih di batas HPP,” kata Anggoro.
BPS mencatat harga GKP tertinggi di tingkat petani dijumpai di Kabupaten Bandung sebesar Rp4.550 per kg. Rata-rata harga GKP di tingkat penggilingan di Jabar masih sebesar Rp4.913 per kg dan harga GKP rata-rata mencapai Rp3.785 per kg di tingkat penggilingan. Sementara itu, panen raya yang telah dimulai sejak awal Maret lalu menyumbang deflasi Jabar sebesar 0,02 persen. Deflasi terjadi di lima kota besar di Jabar kecuali Kota Bekasi. Kendati selama Maret, Jabar dibayang-bayangi kenaikan harga BBM bersubsidi, namun indeks harga konsumen masih mencatat deflasi.
”Beberapa komoditas yang memicu deflasi yaitu beras, daging ayam ras,telur ayam ras, tomat sayur, mentimun, tomat buah, kacang panjang,wortel, dan lainnya,” ujar Anggoro. Meski demikian,BPS mencatat inflasi pada sejumlah komoditas pokok seperti cabai merah, cabai rawit, bensin, semen, gula pasir, dan rokok.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat masih menemukan harga jual GKP di bawah HPP. Kasus tersebut ditemukan di Kabupaten Cirebon dengan harga GKP terendah Rp3.000 per kg. Harga itu lebih rendah Rp300 per kg dari HPP GKP sebesar Rp3.300 per kg. ”Mudah-mudahan tidak terjadi di daerah lain di Jabar,” ujar Kepala Bidang Statistik dan Distribusi BPS Jabar Anggoro Dwitjahyono di kantor BPS Jabar, Kota Bandung, kemarin.
Menurut dia, harga jual gabah petani di bawah HPP mestinya tidak ditemukan lagi. Apalagi, baru-baru ini pemerintah telah menerbitkan Inpres No 3/2012 dan mulai berlaku sejak 27 Februari 2012, di mana harga GKP di tingkat petani dipatok Rp3.300 per kg dan Rp3.350 per kg GKP di tingkat penggilingan serta HPP gabah kering giling (GKG) Rp4.150 per kg di tingkat penggilingan.
BPS juga menemukan kasus harga gabah kualitas rendah. Tercatat ada sekitar 22 kasus (10,23 persen). Ke-22 kasus tersebut berada di Kabupaten Majalengka sebanyak 1 kasus, 2 kasus di Kabupaten Kuningan, 6 kasus di Kabupaten Bogor, dan 13 kasus di Kabupaten Sukabumi. ”Sementara untuk harga GKG relatif masih di batas HPP,” kata Anggoro.
BPS mencatat harga GKP tertinggi di tingkat petani dijumpai di Kabupaten Bandung sebesar Rp4.550 per kg. Rata-rata harga GKP di tingkat penggilingan di Jabar masih sebesar Rp4.913 per kg dan harga GKP rata-rata mencapai Rp3.785 per kg di tingkat penggilingan. Sementara itu, panen raya yang telah dimulai sejak awal Maret lalu menyumbang deflasi Jabar sebesar 0,02 persen. Deflasi terjadi di lima kota besar di Jabar kecuali Kota Bekasi. Kendati selama Maret, Jabar dibayang-bayangi kenaikan harga BBM bersubsidi, namun indeks harga konsumen masih mencatat deflasi.
”Beberapa komoditas yang memicu deflasi yaitu beras, daging ayam ras,telur ayam ras, tomat sayur, mentimun, tomat buah, kacang panjang,wortel, dan lainnya,” ujar Anggoro. Meski demikian,BPS mencatat inflasi pada sejumlah komoditas pokok seperti cabai merah, cabai rawit, bensin, semen, gula pasir, dan rokok.
()