Laju inflasi Sulsel triwulan I capai 1,91%
A
A
A
Sindonews.com - Laju inflasi Sulsel pada triwulan I/2012 sebesar 1,91 persen. Khusus di Kota Makassar, inflasi dipicu oleh naiknya harga cabe rawit. Inflasi Sulsel pada triwulan I ini, merupakan gabungan dari empat kota besar di Sulsel yakni Makassar, Watampone, Parepare dan Polopo.
Kepala Badan Pusat Statisitik (BPS) Sulsel Bambang Pramono mengatakan, kontribusi kenaikan harga bahan makanan masih cukup besar terhadap pembentukan inflasi ini. “Sumbangsih kenaikan harga bahan makanan terhadap inflasi Sulsel sebesar 0,85 persen,” kata Bambang.
Sedangkan kontribusi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau hanya sebesar 0,55 persen. “Untuk laju inflasi Sulsel di Februari ke Maret 2012 sebesar 0,34 persen,” paparnya.
Sementara laju inflasi Sulsel year on year (YoY) atau Maret 2011 ke Maret 2012, sebesar 4,06 persen. “Sedangkan laju inflasi Januari ke Maret 2012 sebesar 1,91 persen,” jelas Bambang.
Dia mengatakan, khusus Makassar pada Maret lalu mengalami inflasi sebesar 0,38 persen. Komoditi yang memberikan kontribusi inflasi cukup besar antara lain cabe rawit 0,1499 persen. “Cabe merah sumbangsihnya 0,0324 persen,” paparnya.
Sementara itu, Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang) Sulsel Yaksan Hamzah mengakui, inflasi Sulsel pada triwulan I bergerak naik. “Bisa jadi karena rencana kenaikan BBM,” katanya.
Kondisi ini dimanfaatkan oleh pedagang untuk menaikkan harga di tingkat eceran. “Sudah menjadi siklus jika ada rencana kenaikan BBM maka harga-harga mulai dinaikkan,” tuturnya.
Faktor lainnya adalah, kemungkinan tidak maksimalnya produksi. Termasuk distribusi yang tidak lancar. “Kalau terjadi kenaikan harga, tentu akan diurai akar masalahnya dan dicarikan solusinya,” paparnya.
Dia menyebutkan, secara periodik Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulsel maupun kabupaten/kota terus melakukan pengawasan.“Rutin dilakukan pantauan harga,” jelasnya.
Sedangkan peran tim pengendalian inflasi daerah (TPID), baru akan bergerak melakukan pengawasan setelah data BPS resmi dikeluarkan. “Data ini yang nantinya digunakan untuk mengawasi pergerakan harga,” katanya.
Dia mengatakan, semua pihak terkait akan terus melakukan pengawasan harga, untuk menjaga kemungkinan tingginya inflasi di akhir tahun. “Banyak faktor yang akan dipantau,” katanya. (bro)
()