Persaingan tak sehat, izin hotel terlalu longgar
A
A
A
Sindonews.com – Perizinan pendirian hotel yang terlalu longgar di Kota Semarang membuat persaingan bisnis hotel kurang sehat. Hotel-hotel kecil menjadi sulit bersaing seiring masuknya pendatang baru grup-grup besar.
Grup-grup besar yang sudah ekspansi ke Semarang antara lain Accor, Aston, dan Ciputra. “Yang kasihan yang ya kecil-kecil, mereka yang grupgrup besar itu sekarang inginnya memiliki cabang di semua kota, termasuk Semarang,” ujar Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jateng Heru Isnawan, kemarin.
Penambahan hotel baru oleh grup besar tersebut bukannya merupakan hal yang tidak baik bagi perkembangan industri perhotelan di suatu daerah. Namun untuk Kota Semarang saat ini sudah perlu dilakukan evaluasi terhadap penambahan hotel baru. “Ini yang belum dipikirkan oleh pemerintah (Pemkot Semarang), boleh saja memberikan izin bagi masuknya investor baru, namun juga harus memperhatikan investor yang lama,”terangnya.
Untuk menghindari terjadinya persaingan yang tidak sehat antarhotel,pihaknya meminta kepada Pemkot Semarang untuk menghentikan sementara dulu penerbitan izin hotel baru. Apalagi jika dilihat rata-rata okupansi hotel berbintang di Semarang masih jauh dari harapan. Okupansi dalam beberapa tahun terakhir stagnan di kisaran 40 persen.
”Pendirian hotel di Kota Semarang perlu dihentikan sementara dalam jangka dua hingga tiga tahun untuk menyeimbangkan pertumbuhan jumlah kamar hotel dengan permintaan,”tandasnya. Dikatakan,selama ini telah telah terjadi oversupply.“Supply lebih banyak dari demand, sehingga berdampak pada penurunan signifikan okupansi,” paparnya.
Dalam kurun waktu sekitar tiga tahun, lanjutnya, Pemkot Semarang diminta untuk tidak menerbitkan izin pendirian hotel baru untuk memulihkan okupansi ke kisaran 60%. Data PHRI menyebutkan pertumbuhan hotel di Kota Semarang cukup pesat dalam kurun empat tahun terakhir. Pada 2007,jumlah hotel di Kota Semarang hanya 16 unit dan kini meningkat menjadi 30 unit.
Dengan pertumbuhan itu, jumlah kamar hotel sekarang ini mencapai sekitar 2.000 kamar. Tercatat beberapa hotel baru yang masuk Semarang di antaranya Whiz Hotel Semarang, Hotel Dalu, dan Crown Plaza Hotel.“Ini mau ada 5 hotel baru lagi, kalau minimal satu hotel 100 kamar,berarti akan ada tambahan 500 kamar,” imbuhnya.
Namun Director of Sales Hotel Ciputra Semarang,Christoporus Yulianto mengatakan, semakin bertambahnya hotel sebenarnya tidak otomatis menurunkan okupansi hotel. Sebab, masing-masing hotel sudah memiliki pangsa pasar tersendiri, sehingga seperti Hotel Ciputra tidak khawatir akan persaingan.
Grup-grup besar yang sudah ekspansi ke Semarang antara lain Accor, Aston, dan Ciputra. “Yang kasihan yang ya kecil-kecil, mereka yang grupgrup besar itu sekarang inginnya memiliki cabang di semua kota, termasuk Semarang,” ujar Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jateng Heru Isnawan, kemarin.
Penambahan hotel baru oleh grup besar tersebut bukannya merupakan hal yang tidak baik bagi perkembangan industri perhotelan di suatu daerah. Namun untuk Kota Semarang saat ini sudah perlu dilakukan evaluasi terhadap penambahan hotel baru. “Ini yang belum dipikirkan oleh pemerintah (Pemkot Semarang), boleh saja memberikan izin bagi masuknya investor baru, namun juga harus memperhatikan investor yang lama,”terangnya.
Untuk menghindari terjadinya persaingan yang tidak sehat antarhotel,pihaknya meminta kepada Pemkot Semarang untuk menghentikan sementara dulu penerbitan izin hotel baru. Apalagi jika dilihat rata-rata okupansi hotel berbintang di Semarang masih jauh dari harapan. Okupansi dalam beberapa tahun terakhir stagnan di kisaran 40 persen.
”Pendirian hotel di Kota Semarang perlu dihentikan sementara dalam jangka dua hingga tiga tahun untuk menyeimbangkan pertumbuhan jumlah kamar hotel dengan permintaan,”tandasnya. Dikatakan,selama ini telah telah terjadi oversupply.“Supply lebih banyak dari demand, sehingga berdampak pada penurunan signifikan okupansi,” paparnya.
Dalam kurun waktu sekitar tiga tahun, lanjutnya, Pemkot Semarang diminta untuk tidak menerbitkan izin pendirian hotel baru untuk memulihkan okupansi ke kisaran 60%. Data PHRI menyebutkan pertumbuhan hotel di Kota Semarang cukup pesat dalam kurun empat tahun terakhir. Pada 2007,jumlah hotel di Kota Semarang hanya 16 unit dan kini meningkat menjadi 30 unit.
Dengan pertumbuhan itu, jumlah kamar hotel sekarang ini mencapai sekitar 2.000 kamar. Tercatat beberapa hotel baru yang masuk Semarang di antaranya Whiz Hotel Semarang, Hotel Dalu, dan Crown Plaza Hotel.“Ini mau ada 5 hotel baru lagi, kalau minimal satu hotel 100 kamar,berarti akan ada tambahan 500 kamar,” imbuhnya.
Namun Director of Sales Hotel Ciputra Semarang,Christoporus Yulianto mengatakan, semakin bertambahnya hotel sebenarnya tidak otomatis menurunkan okupansi hotel. Sebab, masing-masing hotel sudah memiliki pangsa pasar tersendiri, sehingga seperti Hotel Ciputra tidak khawatir akan persaingan.
()