Sony bakal PHK 10.000 karyawan
A
A
A
Sindonews.com - Perusahaan raksasa elektronik Sony Corp akan memangkas 10.000 pekerja atau sekitar enam persen dari total karyawannya di seluruh dunia. Langkah tersebut merupakan bagian dari restrukturisasi pascapergantian CEO-nya pekan lalu.
Surat kabar Nikkei melaporkan, setengah dari angka pemutusan hubungan kerja (PHK) akan diberlakukan pada unit bisnis produk kimia dan divisi televisi liquid crystal panels (LCD). Sumber lain yang dikutip Wall Street Journal menyebutkan, pengurangan karyawan akan dilakukan Sony secara bertahap hingga dua tahun fiskal ke depan, berakhir Maret 2014.
”PHK besar-besaran itu juga akan diikuti dengan pemberian bonus tahunan bagi tujuh eksekutif puncaknya termasuk Chief Executive Officer (CEO) Howard Stringer yang sudah mengundurkan diri,” ulas Nikkei, seperti dikutip AFP kemarin.
Tetapi,laporan tersebut tidak menjelaskan secara detil PHK perusahaan yang hingga Maret lalu masih memiliki 168 ribu pekerja itu. Pemberitaan yang dikeluarkan Nikkei pada edisi online tersebut muncul hanya berselang beberapa bulan setelah Howard Stringer dipecat dari jabatannya pada 1 Februari lalu dandigantikanolehKazuoHirai. Nikkei menyatakan, PHK perusahaan yang berbasis di Tokyo, Jepang, akibat lemahnya pendapatan Sony, akan berimbas pada potensi kerugian yang diramalkan mencapai 220 miliar yen (USD2,7 miliar) pada akhir Maret 2012.
Jika kerugian tersebut benar-benar dialami, maka akan menjadi yang keempat kalinya dalam periode kuartalan sejak tahun lalu. Menanggapi berita tersebut, juru bicara Sony menolak memberikan komentar. Adapun, CEO baru Sony yang resmi menjabat 1 April lalu baru akan dijadwalkan memberikan konferensi pers pada akhir pekan ini. Pascapengumuman PHK tersebut, saham Sony di bursa Tokyo kemarin menguat 0,6 persen.
Bulan lalu Sony menyatakan akan menjual divisi bisnis kimia yang membuat film serta perekat yang digunakan dalam televisi, kamera, dan telepon genggam kepada Bank Pembangunan Jepang (Development Bank of Japan/DBJ). Penjualan tersebut dilakukan untuk mengurangi portofolio usaha guna menghidupkan kembali profitabilitas serta sebagai bagian dari perombakan besar-besaran unit bisnis perusahaan.
Saat pengumuman penjualan saham tersebut,Sony menyatakan, pihaknya bersama DBJ telah menandatangani memorandum kesepahaman yang tidak mengikat mengenai penjualan unit bisnis kimia yang dioperasikan oleh Sony Chemical dan Information Device Corp yang dimiliki Sony.
Analis menyatakan, menghadapi situasi bisnis yang semakin ketat, Sony harus melakukan reformasi besar-besaran terutama setelah bisnis unit televisi menderita kerugian. Sono masih berpeluang di divisi lainnya seperti suku cadangan elektronik.
Dalam beberapa bulan terakhir, bisnis Sony dan sejumlah perusahaan Jepang lain memang mengalami tekanan akibat musibah banjir di Thailand. Selain itu,lingkungan bisnis di Jepang juga kurang mendukung karena menguatnya nilai tukar yen yang berkepanjangan serta melemahnya permintaan ekspor.
Sementara, situs majalah PCWorld melaporkan, pasca- PHK besar-besaran tersebut, Sony dikabarkan akan fokus pada bisnis yang berbasis pada consumer electronicseperti telepon pintar dan tablet serta bisnis layanan jaringan.
Langkah tersebut, kata PCWorld, untuk menyaingi kompetitor asa Korea Selatan, Samsung, dan Apple yang justru mencetak laba signifikan di masa pascakrisis keuangan global.
Surat kabar Nikkei melaporkan, setengah dari angka pemutusan hubungan kerja (PHK) akan diberlakukan pada unit bisnis produk kimia dan divisi televisi liquid crystal panels (LCD). Sumber lain yang dikutip Wall Street Journal menyebutkan, pengurangan karyawan akan dilakukan Sony secara bertahap hingga dua tahun fiskal ke depan, berakhir Maret 2014.
”PHK besar-besaran itu juga akan diikuti dengan pemberian bonus tahunan bagi tujuh eksekutif puncaknya termasuk Chief Executive Officer (CEO) Howard Stringer yang sudah mengundurkan diri,” ulas Nikkei, seperti dikutip AFP kemarin.
Tetapi,laporan tersebut tidak menjelaskan secara detil PHK perusahaan yang hingga Maret lalu masih memiliki 168 ribu pekerja itu. Pemberitaan yang dikeluarkan Nikkei pada edisi online tersebut muncul hanya berselang beberapa bulan setelah Howard Stringer dipecat dari jabatannya pada 1 Februari lalu dandigantikanolehKazuoHirai. Nikkei menyatakan, PHK perusahaan yang berbasis di Tokyo, Jepang, akibat lemahnya pendapatan Sony, akan berimbas pada potensi kerugian yang diramalkan mencapai 220 miliar yen (USD2,7 miliar) pada akhir Maret 2012.
Jika kerugian tersebut benar-benar dialami, maka akan menjadi yang keempat kalinya dalam periode kuartalan sejak tahun lalu. Menanggapi berita tersebut, juru bicara Sony menolak memberikan komentar. Adapun, CEO baru Sony yang resmi menjabat 1 April lalu baru akan dijadwalkan memberikan konferensi pers pada akhir pekan ini. Pascapengumuman PHK tersebut, saham Sony di bursa Tokyo kemarin menguat 0,6 persen.
Bulan lalu Sony menyatakan akan menjual divisi bisnis kimia yang membuat film serta perekat yang digunakan dalam televisi, kamera, dan telepon genggam kepada Bank Pembangunan Jepang (Development Bank of Japan/DBJ). Penjualan tersebut dilakukan untuk mengurangi portofolio usaha guna menghidupkan kembali profitabilitas serta sebagai bagian dari perombakan besar-besaran unit bisnis perusahaan.
Saat pengumuman penjualan saham tersebut,Sony menyatakan, pihaknya bersama DBJ telah menandatangani memorandum kesepahaman yang tidak mengikat mengenai penjualan unit bisnis kimia yang dioperasikan oleh Sony Chemical dan Information Device Corp yang dimiliki Sony.
Analis menyatakan, menghadapi situasi bisnis yang semakin ketat, Sony harus melakukan reformasi besar-besaran terutama setelah bisnis unit televisi menderita kerugian. Sono masih berpeluang di divisi lainnya seperti suku cadangan elektronik.
Dalam beberapa bulan terakhir, bisnis Sony dan sejumlah perusahaan Jepang lain memang mengalami tekanan akibat musibah banjir di Thailand. Selain itu,lingkungan bisnis di Jepang juga kurang mendukung karena menguatnya nilai tukar yen yang berkepanjangan serta melemahnya permintaan ekspor.
Sementara, situs majalah PCWorld melaporkan, pasca- PHK besar-besaran tersebut, Sony dikabarkan akan fokus pada bisnis yang berbasis pada consumer electronicseperti telepon pintar dan tablet serta bisnis layanan jaringan.
Langkah tersebut, kata PCWorld, untuk menyaingi kompetitor asa Korea Selatan, Samsung, dan Apple yang justru mencetak laba signifikan di masa pascakrisis keuangan global.
()