Ekspor tekstil Jateng merosot

Rabu, 11 April 2012 - 12:02 WIB
Ekspor tekstil Jateng merosot
Ekspor tekstil Jateng merosot
A A A
Sindonews.com – Ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) Jateng awal tahun ini merosot. Kondisi tersebut dipengaruhi turunnya permintaan pasar Eropa yang hingga kini krisis ekonominya belum juga pulih.

Tercatat,ekspor TPT Jateng Januari 2012 hanya USD142,05 juta atau turun 17,08 persen dibandingkan periode yang sama di 2011 yang mencapai USD157,56 juta. Dibandingkan jumlah ekspor Desember 2011 senilai USD159,13 juta, ekspor TPT Januari tahun ini juga turun 15,51 persen. Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Semarang Agung Wahono menuturkan, penurunan ekspor tekstil lebih dikarenakan kondisi ekonomi di Eropa yang belum pulih.

“Di Eropa seperti Yunani dan beberapa negara lainnya di kawasan yang sama sudah ada perbaikan ekonomi, tapi krisis di sana belum pulih total,” ungkap Agung kemarin.

Tidak adanya pagar pembatas perdagangan antarnegara yang terikat seperti China dengan Eropa, India dengan ASEAN, juga ikut mendorong penurunan ekspor TPT Jateng. Sejak krisis melanda Eropa, eksportir TPT mulai menggarap pasar nontradisional seperti di Afrika dan Timur Tengah.Upaya pengalihan pasar tersebut tidak mudah dilakukan dalam waktu dekat.

“Pasar nontradisional sudah kita coba, tapi kan enggak semudah yang dibayangkan. Butuh akses dan jaringanpasarke sanadanitubutuh waktu,”papar Agung.

Terlepas dari itu, kondisi perekonomian lokal juga ikut membebani industri tekstil. Dia mencontohkan isu kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang diembuskan pemerintah selama ini telah menyebabkan cost (biaya) operasional membengkak. “BBM memang tidak jadi naik, tapi secara tidak langsung sudah membebani kita. Banyak kenaikan barang yang kita juga kena imbasnya. Jadi gonjang-ganjing BBM itu menjadi salah satu kendala kita untuk tumbuh,” kata Agung.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi mengutarakan, secara kualitas produk tekstil Jateng tidak kalah dengan negara lain.Yang terjadi sekarang adalah penurunan pesanan dari pembeli asing lantaran kondisi perekonomian yang belum stabil. Untuk itu, pihaknya berharap upaya menggarap pasar nontradisional bisa diakukan dengan kerja ekstra. “Istilahnya membuka pasar baru itu butuh kerja keras bagi eksportir,” tandasnya.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0674 seconds (0.1#10.140)