Bank asing bisa kuasai sektor perkebunan
A
A
A
Sindonews.com - Serbuan bank asing yang masuk ke Indonesia, mulai mengakuisisi hingga melakukan pembiayaan pada sektor perkebunan, membuat perbankan lokal khawatir. Kantor Bank Indonesia (KBI) Palembang mengimbau perbankan lokal untuk siap dalam menghadapi persaingan bisnis yang kian kompetitif.
Pemimpin Bank Indonesia Sutikno melalui Kepala Bidang Pengawasan Bank KBI cabang Palembang Achmad Dari menegaskan, pihaknya tidak bisa membatasi pergerakan atau membuat semacam aturan agar bank asing tidak boleh membiayai pada sektor tertentu.
“Pada prinsipnya, bank asing harus mengikuti semua aturan dan ketentuan yang ditetapkan BI. Jika riil di lapangan mereka (bank asing) ingin fokus pada pembiayaan perkebunan, infrastruktur, pertambangan, dan lain-lain itu merupakan hak mereka, ” ujarnya.
Tren masyarakat pun dalam memilih perbankan juga akan melihat dari tingkat suku bunga yang diberlakukan. Di samping itu, kata dia, masyarakat juga akan melihat kapabilitas dari bank bersangkutan, sebelum memutuskan untuk meminjam kredit atau menjadi debitur.
“Kalau urusan kredit, biasanya masyarakat akan melihat bunganya. Memang bunga yang diberlakukan bank asing jauh lebih kompetitif dibandingkan bank lokal. Tapi, itu semua kembali kepada masyarakat sendiri, dengan melihat kapabilitas bank itu,” ungkap dia.
Dia tidak menampik akan sulitnya perbankan Indonesia untuk melakukan ekspansi ke luar negeri. Ada beberapa faktor yang menjadi kendala, di antaranya standar atau regulasi di luar negeri yang sangat rumit hingga belum terpenuhinya semua syarat sesuai standar yang ditetapkan di luar negeri.
Sementara itu, Head of Bussines Banking BNI Region Palembang Rudi Hardjito membenarkan, saat ini sejumlah perbankan di Indonesia sulit melakukan ekspansi di luar negeri, termasuk membuka outlet saja.
“Alhamdulillah, untuk BNI sudah memiliki cabang di beberapa kota besar, seperti London dan Hong Kong. Bahkan, kami akan ekspansi ke Malaysia. Kami akui memang untuk ekspansi itu tidak mudah karena regulasinya sangat ketat,” ujar Rudi.
Berbeda di Indonesia, kata dia, sekarang ini sejumlah perbankan asing sudah mulai merambah pada pasar yang sudah berjalan. Ini dilakukan guna menghindarkan risiko tinggi terjadi. (ank)
Pemimpin Bank Indonesia Sutikno melalui Kepala Bidang Pengawasan Bank KBI cabang Palembang Achmad Dari menegaskan, pihaknya tidak bisa membatasi pergerakan atau membuat semacam aturan agar bank asing tidak boleh membiayai pada sektor tertentu.
“Pada prinsipnya, bank asing harus mengikuti semua aturan dan ketentuan yang ditetapkan BI. Jika riil di lapangan mereka (bank asing) ingin fokus pada pembiayaan perkebunan, infrastruktur, pertambangan, dan lain-lain itu merupakan hak mereka, ” ujarnya.
Tren masyarakat pun dalam memilih perbankan juga akan melihat dari tingkat suku bunga yang diberlakukan. Di samping itu, kata dia, masyarakat juga akan melihat kapabilitas dari bank bersangkutan, sebelum memutuskan untuk meminjam kredit atau menjadi debitur.
“Kalau urusan kredit, biasanya masyarakat akan melihat bunganya. Memang bunga yang diberlakukan bank asing jauh lebih kompetitif dibandingkan bank lokal. Tapi, itu semua kembali kepada masyarakat sendiri, dengan melihat kapabilitas bank itu,” ungkap dia.
Dia tidak menampik akan sulitnya perbankan Indonesia untuk melakukan ekspansi ke luar negeri. Ada beberapa faktor yang menjadi kendala, di antaranya standar atau regulasi di luar negeri yang sangat rumit hingga belum terpenuhinya semua syarat sesuai standar yang ditetapkan di luar negeri.
Sementara itu, Head of Bussines Banking BNI Region Palembang Rudi Hardjito membenarkan, saat ini sejumlah perbankan di Indonesia sulit melakukan ekspansi di luar negeri, termasuk membuka outlet saja.
“Alhamdulillah, untuk BNI sudah memiliki cabang di beberapa kota besar, seperti London dan Hong Kong. Bahkan, kami akan ekspansi ke Malaysia. Kami akui memang untuk ekspansi itu tidak mudah karena regulasinya sangat ketat,” ujar Rudi.
Berbeda di Indonesia, kata dia, sekarang ini sejumlah perbankan asing sudah mulai merambah pada pasar yang sudah berjalan. Ini dilakukan guna menghindarkan risiko tinggi terjadi. (ank)
()