PTPN VII incar fase pertumbuhan tahun 2013
A
A
A
Sindonews.com – Proses konsolidasi PTPN VII yang dijalankan sejak tahun 2007 berjalan on the track sehingga BUMN yang beroperasi di wilayah Sumbagsel itu menargetkan lepas landas (take off) menuju fase pertumbuhan di tahun 2013.
Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII Boyke Budiono menuturkan, selama kurun waktu 2007-2013, BUMN perkebunan ini berada pada fase konsolidasi. Pada fase tersebut perusahaan membangun pondasi kuat dengan melakukan pembenahan di berbagai bidang seperti membangun budaya perusahaan (corporate culture) yang baru, kode etik dan aturan main (code of conduct), penerapan prinsip good corporate governance (GCG), prosedur baku (SOP), sistem administrasi dan akuntansi, sistem sumber daya manusia, dan sistem teknologi informasi.
“Kebun yang sudah tua umur tanamannya juga harus direhabilitasi, diremajakan dan diganti yang muda.Pabrik yang tua juga direvitalisasi dan ditingkatkan kapasitasnya,” tutur Boyke yang baru sebulan menjadi dirut PTPN VII menggantikan Andi Punoko. Menurut Boyke, setelah konsolidasi itu selesai pada 2013, selanjutnya tahun 2014 PTPN VII harus maju ke depan memasuki tahapan pertumbuhan.
Fase pertumbuhan dilakukan melalui dalam dua bentuk yakni secara vertikal dan horizontal. Pertumbuhan vertikal antara lain menggarap industri hilir sehingga memberikan nilai tambah dari produk PTPN. “Seperti membangun pabrik mentega, sabun, dan lainnya sehingga lebih menyerap tenaga kerja. Apalagi pasar produk ini masih terbuka lebar,” katanya.
Sedangkan pertumbuhan horizontal, PTPN VII akan memperluas areal perkebunan dengan memanfaatkan lahan tidur semisal hutan tanaman industri yang ada di Lampung, Sumatera Selatan, dan Bengkulu. “Termasuk membuka bisnis baru yang terkait dengan perkebunan, seperti bisnis termasuk pakan ternak, sapi potong, pabrik kompos, sampai rumah potong hewan. Kita punya potensi bahan baku pakan ternak yang sangat besar seperti pucuk tebu dan pelepah sawit dan itu belum dimanfaatkan maksimal,”tuturnya.
Sementara Sekretaris Perusahaan PTPN VII Sonny Soediastanto menuturkan, pada tahun 2007 total aset PTPN VII sebesar Rp2,5 triliun. Jumlah itu meningkat signifikan pada akhir tahun 2011, dimana total aset sudah mencapai Rp6,7 triliun.
Begitu juga sektor pendapatan dari sekitar Rp3 triliun pada tahun 2007 tumbuh menjadi Rp6,2 tiliun di akhir tahun 2011. “Perkembangan itu membuat PTPN VII mendapat kategori perusahaan AAA,” ungkap Sonny. Selanjutnya dalam beberapa tahun terakhir PTPN VII terus membukukan keuntungan meski setiap tahunnya terjadi fluktuasi atau naik dan turun bergantung pada produksi komoditas andalan yang dihasilkan.
Untuk tahun 2010,keuntungan mencapai Rp252 miliar dan tahun 2011 keuntungan sekitar Rp160 miliar. “Sasaran yang ingin dicapai PTPN VII pada tahun 2012 adalah total pendapatan naik dari Rp 4,898 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp6,208 triliun atau naik 27 persen,laba setelah pajak dari Rp166,485 miliar menjadi Rp304,170 miliar,dan total aset naik dari Rp5,757 triliun menjadi Rp6,703 trilun,” pungkasnya.
Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII Boyke Budiono menuturkan, selama kurun waktu 2007-2013, BUMN perkebunan ini berada pada fase konsolidasi. Pada fase tersebut perusahaan membangun pondasi kuat dengan melakukan pembenahan di berbagai bidang seperti membangun budaya perusahaan (corporate culture) yang baru, kode etik dan aturan main (code of conduct), penerapan prinsip good corporate governance (GCG), prosedur baku (SOP), sistem administrasi dan akuntansi, sistem sumber daya manusia, dan sistem teknologi informasi.
“Kebun yang sudah tua umur tanamannya juga harus direhabilitasi, diremajakan dan diganti yang muda.Pabrik yang tua juga direvitalisasi dan ditingkatkan kapasitasnya,” tutur Boyke yang baru sebulan menjadi dirut PTPN VII menggantikan Andi Punoko. Menurut Boyke, setelah konsolidasi itu selesai pada 2013, selanjutnya tahun 2014 PTPN VII harus maju ke depan memasuki tahapan pertumbuhan.
Fase pertumbuhan dilakukan melalui dalam dua bentuk yakni secara vertikal dan horizontal. Pertumbuhan vertikal antara lain menggarap industri hilir sehingga memberikan nilai tambah dari produk PTPN. “Seperti membangun pabrik mentega, sabun, dan lainnya sehingga lebih menyerap tenaga kerja. Apalagi pasar produk ini masih terbuka lebar,” katanya.
Sedangkan pertumbuhan horizontal, PTPN VII akan memperluas areal perkebunan dengan memanfaatkan lahan tidur semisal hutan tanaman industri yang ada di Lampung, Sumatera Selatan, dan Bengkulu. “Termasuk membuka bisnis baru yang terkait dengan perkebunan, seperti bisnis termasuk pakan ternak, sapi potong, pabrik kompos, sampai rumah potong hewan. Kita punya potensi bahan baku pakan ternak yang sangat besar seperti pucuk tebu dan pelepah sawit dan itu belum dimanfaatkan maksimal,”tuturnya.
Sementara Sekretaris Perusahaan PTPN VII Sonny Soediastanto menuturkan, pada tahun 2007 total aset PTPN VII sebesar Rp2,5 triliun. Jumlah itu meningkat signifikan pada akhir tahun 2011, dimana total aset sudah mencapai Rp6,7 triliun.
Begitu juga sektor pendapatan dari sekitar Rp3 triliun pada tahun 2007 tumbuh menjadi Rp6,2 tiliun di akhir tahun 2011. “Perkembangan itu membuat PTPN VII mendapat kategori perusahaan AAA,” ungkap Sonny. Selanjutnya dalam beberapa tahun terakhir PTPN VII terus membukukan keuntungan meski setiap tahunnya terjadi fluktuasi atau naik dan turun bergantung pada produksi komoditas andalan yang dihasilkan.
Untuk tahun 2010,keuntungan mencapai Rp252 miliar dan tahun 2011 keuntungan sekitar Rp160 miliar. “Sasaran yang ingin dicapai PTPN VII pada tahun 2012 adalah total pendapatan naik dari Rp 4,898 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp6,208 triliun atau naik 27 persen,laba setelah pajak dari Rp166,485 miliar menjadi Rp304,170 miliar,dan total aset naik dari Rp5,757 triliun menjadi Rp6,703 trilun,” pungkasnya.
()