Mandiri bagikan dividen Rp2,45 T
A
A
A
Sindonews.com - Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menyetujui pembayaran dividen sebesar Rp2,45 triliun atau Rp104,97 per lembar saham. Jumlah tersebut merupakan 20 persen dari perolehan laba bersih Bank Mandiri 2011 Rp12,2 triliun.
Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini mengatakan, selain pembagian dividen, pemegang saham juga menyetujui penggunaan 4 persen dari laba bersih 2011 untuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dan 76 persen dari laba bersih atau sebesar Rp9,31 triliun sebagai laba ditahan untuk memperkuat struktur permodalan dalam rencana ekspansi bisnis perseroan.
“Kita berharap, dividen 20 persen ini akan memiliki daya saing yang kuat dalam terkait penyaluran kredit,” ujarnya di sela-sela konferensi pers RUPST Bank Mandiri di Jakarta kemarin.
Menurut Zulkifli, paling tidak terdapat dua hal yang bisa dicatat dengan penurunan dividen yang pada dua tahun sebelumnya mencapai 35 persen. Dividen 20 persen diharapkan dapat mendukung pertumbuhan kredit yang dipatok sebesar 21–22 persen. Sehingga, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) dapat dijaga di atas 12 persen hingga 2014 dan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) meningkat.
“Dengan dividen pay out rasio kemampuan bank dalam penyaluran kredit infrastruktur akan lebih tinggi dan BMPK akan terjaga dan ditingkatkan,” kata dia.
Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Riswinandi menambahkan, total potensi penyaluran kredit ke sektor infrastruktur mencapai sekitar Rp25–30 triliun. Namun, dia mengaku potensi ini tidak akan semuanya tergarap tahun ini.
Rekap Bond
Zulkifli berharap dapat menurunkan kepemilikan obligasi rekap (rekap bond) yang saat ini berjumlah sekitar Rp78 triliun. Menurut dia, dengan yield yang semakin turun semenjak diberlakukannya perubahan bunga referensi dari SBI tiga bulan menjadi SBN tiga bulan, berpotensi menurunkan kinerja Mandiri.
“Kalau kita bayangkan, DPK dalam bentuk deposito untuk membiayai rekap bond saat ini biayanya 6 persen padahal rekap bond dengan SPN 3 bulan yield-nya 3 persen, jadi terjadi negatif spread dari rekap bonditu,” katanya.
Menurut dia, ada tiga upaya yang akan dilakukan dalam menurunkan rekap bond ini yaitu penjualan rekap bond kepada pasar, menjual rekap bondkepada BI sebagai instrumen moneter, dan mengupayakan sebagian bisa di buy back oleh Kementerian Keuangan.
“Hasil penjualan rekap bond yang menghasilkan dana tunai bisa kita salurkan untuk kredit sehingga dapat menghasilkan yield yang lebih baik daripada rekap bond yang hanya 3 persen,” tuturnya. (ank)
Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini mengatakan, selain pembagian dividen, pemegang saham juga menyetujui penggunaan 4 persen dari laba bersih 2011 untuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dan 76 persen dari laba bersih atau sebesar Rp9,31 triliun sebagai laba ditahan untuk memperkuat struktur permodalan dalam rencana ekspansi bisnis perseroan.
“Kita berharap, dividen 20 persen ini akan memiliki daya saing yang kuat dalam terkait penyaluran kredit,” ujarnya di sela-sela konferensi pers RUPST Bank Mandiri di Jakarta kemarin.
Menurut Zulkifli, paling tidak terdapat dua hal yang bisa dicatat dengan penurunan dividen yang pada dua tahun sebelumnya mencapai 35 persen. Dividen 20 persen diharapkan dapat mendukung pertumbuhan kredit yang dipatok sebesar 21–22 persen. Sehingga, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) dapat dijaga di atas 12 persen hingga 2014 dan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) meningkat.
“Dengan dividen pay out rasio kemampuan bank dalam penyaluran kredit infrastruktur akan lebih tinggi dan BMPK akan terjaga dan ditingkatkan,” kata dia.
Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Riswinandi menambahkan, total potensi penyaluran kredit ke sektor infrastruktur mencapai sekitar Rp25–30 triliun. Namun, dia mengaku potensi ini tidak akan semuanya tergarap tahun ini.
Rekap Bond
Zulkifli berharap dapat menurunkan kepemilikan obligasi rekap (rekap bond) yang saat ini berjumlah sekitar Rp78 triliun. Menurut dia, dengan yield yang semakin turun semenjak diberlakukannya perubahan bunga referensi dari SBI tiga bulan menjadi SBN tiga bulan, berpotensi menurunkan kinerja Mandiri.
“Kalau kita bayangkan, DPK dalam bentuk deposito untuk membiayai rekap bond saat ini biayanya 6 persen padahal rekap bond dengan SPN 3 bulan yield-nya 3 persen, jadi terjadi negatif spread dari rekap bonditu,” katanya.
Menurut dia, ada tiga upaya yang akan dilakukan dalam menurunkan rekap bond ini yaitu penjualan rekap bond kepada pasar, menjual rekap bondkepada BI sebagai instrumen moneter, dan mengupayakan sebagian bisa di buy back oleh Kementerian Keuangan.
“Hasil penjualan rekap bond yang menghasilkan dana tunai bisa kita salurkan untuk kredit sehingga dapat menghasilkan yield yang lebih baik daripada rekap bond yang hanya 3 persen,” tuturnya. (ank)
()