Laba Kalbe Farma tumbuh 27,7%

Rabu, 25 April 2012 - 08:58 WIB
Laba Kalbe Farma tumbuh 27,7%
Laba Kalbe Farma tumbuh 27,7%
A A A
Sindonews.com - PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) membukukan laba bersih sebesar Rp403 miliar selama kuartal I/2012, meningkat 27,7 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp316 miliar. Laba bersih per saham meningkat sebesar 27,7 persen dari Rp34 per lembar saham menjadi Rp43 per lembar saham.

Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan KLBF Vidjongtius mengatakan, strategi pemasaran perseroan yang fokus untuk mencapai pertumbuhan penjualan yang tinggi telah memperlihatkan hasil yang menggembirakan mulai kuartal I/2012 ini.

”Strategi pemasaran yang fokus ini dilakukan seiring dengan perkembangan kondisi ekonomi dan pasar yang cukup kondusif,” kata dia dalam keterangan tertulisnya kemarin.

Vidjongtius mengungkapkan, strategi peningkatan harga secara selektif mulai dilakukan untuk mendorong pertumbuhan penjualan dan disertai upaya peningkatan produktivitas produksi. Menurutnya, dengan pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi dan didukung oleh efisiensi biaya secara menyeluruh.

”Perseroan telah mencatat awal yang baik menuju tercapainya target pertumbuhan penjualan bersih 2012 sebesar 18–20 persen serta pertumbuhan laba bersih per saham sebesar 10–15 persen pada kisaran Rp173–180 per lembar saham,” paparnya.
Vidjongtius menjelaskan, perseroan membukukan penjualan bersih sebesar Rp3,05 triliun hingga kuartal I/2012 atau mengalami pertumbuhan sebesar 27,7 persen, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp2,3 triliun.

Menurutnya, sejalan dengan upaya pengendalian biaya produksi yang dijalankan secara konsisten dan tren harga bahan baku yang relatif stabil, perseroan membukukan peningkatan laba kotor sebesar 20,7 persen pada triwulan pertama 2012 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp1,47 triliun. Rasio laba kotor terhadap penjualan bersih tercatat menurun dari 51,8 persen pada triwulan pertama 2011 menjadi 49,0 persen pada periode yang sama 2012.

Dia mengungkapkan, penurunan margin laba kotor timbul sebagai akibat dari perubahan komposisi bisnis pada 2012 dengan kontribusi yang lebih besar dari divisi distribusi dan logistik. Namun, dengan kinerja pertumbuhan penjualan yang kuat dan pengendalian biaya secara menyeluruh, pada tiga bulan pertama 2012 KLBF mencatat peningkatan laba sebelum beban pajak penghasilan sebesar 25,9 persen menjadi Rp542 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp430 miliar.

Margin laba sebelum beban pajak penghasilan tercatat sebesar 18,0 persen, lebih rendah dibandingkan 18,3 persen pada periode yang sama tahun 2011. Selain beban pokok penjualan, lanjut Vidjongtius, komponen biaya-biaya utama perseroan terdiri dari beban penjualan, beban umum dan administrasi, serta beban riset dan pengembangan.

Rasio beban penjualan terhadap penjualan bersih menurun 1,6 persen dari 27,5 persen ke 25,9 persen pada tahun ini. Sementara, rasio beban umum dan administrasi menurun 0,6 persen dari 5,8 persen ke 5,2 persen pada 2012.

Dia menjelaskan, divisi Obat Resep memberikan kontribusi sebesar 26 persen terhadap total penjualan bersih perseroan, dengan penjualan bersih tercatat sebesar Rp780 miliar pada tiga bulan pertama 2012, atau tumbuh sebesar 16,2 persen dari Rp671 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

”Pertumbuhan penjualan yang baik tersebut didukung oleh peningkatan volume karena ketersediaan produk yang lengkap untuk seluruh segmen masyarakat, perluasan jaringan distribusi dan kebijakan Perseroan untuk meningkatkan harga jual secara selektif,” jelas dia.

Divisi Produk Kesehatan pada tiga bulan pertama 2012, telah memberikan kontribusi sebesar 15 persen terhadap total penjualan. Analis Semesta Indovest, Muhamad Sugiarto, memperkirakan bahwa hingga akhir tahun pertumbuhan penjualan perseroan meningkat hingga 20 persen. Hal itu seiring dengan semakin agresifnya perseroan menjual berbagai produk obat serta rencana meningkatkan volume penjualan obat ke luar negeri.

Menurutnya, obat akan terus dibutuhkan. Bahkan, cenderung telah menjadi kebutuhan primer masyarakat. Masyarakat tetap akan membeli obat walaupun harganya mengalami kenaikan. (ank)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3925 seconds (0.1#10.140)