2011, Ekspor mebel Jepara cetak USD111,65 juta
A
A
A
Sindonews.com – Nilai ekspor kerajinan mebel Jepara selama 2011 mencapai angka USD111,65 juta atau hanya naik tipis jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang senilai USD111,5 juta.
“Kenaikan nilai ekspor mebel tersebut juga diikuti penambahan tujuan negara ekpsor yang awalnya hanya 99 negara, kini naik menjadi 101 negara,” kata Kasi Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jepara Zulkarnaen, kemarin. Namun selama periode ini, jumlah pengekspornya justru berkurang. Pada 2011 jumlah eksportir 268 orang, sedangkan pada 2010 mencapai 282 eksportir.
Berdasarkan data ekspor selama beberapa tahun terakhir, fluktuasi nilai ekspor, negara tujuan ekspor hingga jumlah eksportir memang sering terjadi. Apalagi, kata dia, jumlah pengusaha mebel yang mampu bertahan dalam jangka lama juga tidak banyak, karena sebagian merupakan pengusaha mebel yang hanya mampu bertahan dalam jangka dua hingga tiga tahun.
Selain komoditas mebel dari bahan kayu, katanya, komoditas lain yang juga diekspor yakni perlengkapan mebel dengan jumlah negara tujuan mencapai 13 negara selama 2011. Jumlah pengusaha yang mengekspor mencapai 22 pengusaha yang tersebar di berbagai daerah di Jepara. Nilai ekspor perlengkapan mebel selama 2011 mengalami lonjakan yang cukup signifikan karena mencapai USD1,29 juta, dibandingkan dengan nilai ekspor tahun sebelumnya yang USD113.311,41.
Terkait dengan label indikasi geografis terhadap mebel ukir di Jepara, kata dia,masih perlu upaya agar para pengusaha mebel di Jepara tertarik mengurusnya. Rencana pembatasan harga bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan juga memengaruhi pertumbuhan ekspor mebel Jepara karena kenaikan harga BBM biasanya berpengaruh terhadap biaya transportasi.
“Kenaikan biaya transportasi tersebut akan berpengaruh pada harga kayu sebagai bahan baku utama produk mebel. Bahkan sebagian besar bahan bakunya harus didatangkan dari luar daerah,”ujarnya. Respons pasar terhadap rencana kenaikan harga BBM, katanya,cukup sensitif meskipun rencana kenaikan batal dilaksanakan ternyata harga bahan baku produk mebel tetap naik dan tidak mau turun.
Dia berharap,para pengusaha mebel menyikapinya dengan berfikir kreatif agar produknya tetap diterima pasar dengan harga mahal sekalipun. Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Komisariat Daerah Jepara Akhmad Fauzi mengakui, nilai ekspor periode 2011 memang naik tipis dibandingkan dengan nilai ekspor tahun sebelumnya.
Dia berharap, nilai ekspor mebel Jepara pada 2012 juga naik dibandingkan dengan 2011. Apalagi, kata dia, pada Maret 2012, para pengusaha mebel Jepara juga mengikuti pameran Interational Furniture and Craft Fair Indonesia (IFFINA) 2012 di Jakarta. “Kesempatan tersebut tentunya bisa dimanfaatkan para pengusaha mebel untuk mendapatkan pembeli domestik maupun luar negeri,”ujarnya.
“Kenaikan nilai ekspor mebel tersebut juga diikuti penambahan tujuan negara ekpsor yang awalnya hanya 99 negara, kini naik menjadi 101 negara,” kata Kasi Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jepara Zulkarnaen, kemarin. Namun selama periode ini, jumlah pengekspornya justru berkurang. Pada 2011 jumlah eksportir 268 orang, sedangkan pada 2010 mencapai 282 eksportir.
Berdasarkan data ekspor selama beberapa tahun terakhir, fluktuasi nilai ekspor, negara tujuan ekspor hingga jumlah eksportir memang sering terjadi. Apalagi, kata dia, jumlah pengusaha mebel yang mampu bertahan dalam jangka lama juga tidak banyak, karena sebagian merupakan pengusaha mebel yang hanya mampu bertahan dalam jangka dua hingga tiga tahun.
Selain komoditas mebel dari bahan kayu, katanya, komoditas lain yang juga diekspor yakni perlengkapan mebel dengan jumlah negara tujuan mencapai 13 negara selama 2011. Jumlah pengusaha yang mengekspor mencapai 22 pengusaha yang tersebar di berbagai daerah di Jepara. Nilai ekspor perlengkapan mebel selama 2011 mengalami lonjakan yang cukup signifikan karena mencapai USD1,29 juta, dibandingkan dengan nilai ekspor tahun sebelumnya yang USD113.311,41.
Terkait dengan label indikasi geografis terhadap mebel ukir di Jepara, kata dia,masih perlu upaya agar para pengusaha mebel di Jepara tertarik mengurusnya. Rencana pembatasan harga bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan juga memengaruhi pertumbuhan ekspor mebel Jepara karena kenaikan harga BBM biasanya berpengaruh terhadap biaya transportasi.
“Kenaikan biaya transportasi tersebut akan berpengaruh pada harga kayu sebagai bahan baku utama produk mebel. Bahkan sebagian besar bahan bakunya harus didatangkan dari luar daerah,”ujarnya. Respons pasar terhadap rencana kenaikan harga BBM, katanya,cukup sensitif meskipun rencana kenaikan batal dilaksanakan ternyata harga bahan baku produk mebel tetap naik dan tidak mau turun.
Dia berharap,para pengusaha mebel menyikapinya dengan berfikir kreatif agar produknya tetap diterima pasar dengan harga mahal sekalipun. Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Komisariat Daerah Jepara Akhmad Fauzi mengakui, nilai ekspor periode 2011 memang naik tipis dibandingkan dengan nilai ekspor tahun sebelumnya.
Dia berharap, nilai ekspor mebel Jepara pada 2012 juga naik dibandingkan dengan 2011. Apalagi, kata dia, pada Maret 2012, para pengusaha mebel Jepara juga mengikuti pameran Interational Furniture and Craft Fair Indonesia (IFFINA) 2012 di Jakarta. “Kesempatan tersebut tentunya bisa dimanfaatkan para pengusaha mebel untuk mendapatkan pembeli domestik maupun luar negeri,”ujarnya.
()