Sampai 2018, RI butuh investasi migas USD68,7 M

Kamis, 26 April 2012 - 10:43 WIB
Sampai 2018, RI butuh...
Sampai 2018, RI butuh investasi migas USD68,7 M
A A A
Sindonews.com – Lembaga survei Frost & Sullivan memperkirakan kebutuhan investasi minyak dan gas di Indonesia selama periode 2012–2018 akan mencapai USD68,7 miliar atau sekitar Rp625,2 triliun.

“Kebutuhan investasi selama tujuh tahun tersebut terdiri dari USD33,9 miliar di bidang hulu migas dan investasi midstream (produk antara) sebesar USD13,6 miliar, serta hilir migas USD21,2 miliar,” ujar Konsultan Frost & Sullivan Pradi Wigianto di Jakarta kemarin.

Pradi menjelaskan, investasi midstream terdiri dari proyek fasilitas regasifikasi senilai USD1,9 miliar; pencairan gas alam cair (LNG) USD2,7 miliar; proyek terminal, tangki, pipa, dan penampungan gas USD1 miliar; serta terminal terapung LNG USD8 miliar.

Proyek-proyek tersebut antara lain terminal LNG terapung di Jakarta yang akan beroperasi pertengahan tahun 2012 dan kilang LNG di Senoro,Sulawesi Tengah, dengan target operasi 2014. Sementara, investasi hilir migas terdiri dari kilang senilai USD13,6 miliar dan petrokimia senilai USD7,6 miliar.

Proyek hilir itu antara lain kilang bahan bakar minyak (BBM) di Balongan dan Tuban, serta petrokimia yang dibangun PT Chandra Asri Tbk dan Dow Chemical. Pradi mengatakan, perkiraan angka investasi tersebut merupakan skenario optimistis yang proyeknya ditargetkan selesai antara 5–6 tahun ke depan.

“Proyek-proyek yang masuk dalam survei itu sudah masuk dalam FEED (front-end engineering design) atau sudah ada desain rincinya,” jelas dia. Namun, imbuh dia, realisasi proyek-proyek tersebut tergantung sejumlah hal lain seperti pembebasan lahan dan insentif untuk kilang.

Sementara, Director Energy and Power Systems Forst & Sullivan Subbu Bettadapura mengatakan,khusus pada 2012 Indonesia mengeluarkan modal eksplorasi dan produksi sebesar USD21 miliar, me-ningkat 23,5 persen dibandingkan 2011. “Proyek eksplorasi laut dalam akan menjadi segmen pertumbuhan utama,”ujarnya.

Beberapa proyek utama sektor hulu yang akan menjadi andalan adalah lapangan gas Jangkrik yang diharapkan dapat mulai produksi 2015, lapangan gas Gehem, Gendalo, yang dikembangkan oleh Chevron ditargetkan mulai berproduksi 2016, dan pengembangan lapangan gas Abadi yang diperkirakan berproduksi pada 2018.

Dia menambahkan, masih banyak blok-blok lepas pantai dengan cadangan gas potensial yang belum dieksplorasi. Padahal, Indonesia memiliki masa depan yang menjanjikan terkait penemuan migas laut dalam untuk kawasan Asia Tenggara dan berpotensi untuk memenuhi permintaan akan gas alam baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang kini tengah tumbuh.

Indonesia memiliki 3,18 triliun meter kubik cadangan gas dan merupakan salah satu negara yang berada di peringkat atas dalam hal cadangan gas. Di sisi lain, lanjut Subbu, Indonesia kini justru dihadapkan pada persoalan banyaknya ladang minyak yang telah menua dan menipisnya cadangan minyak. Satu-satunya cara untuk mendongkrak produksi minyak dan gas nasional menurut dia adalah dengan menemukan lebih banyak cadangan gas melalui peningkatan investasi ke sektor hulu.

Terkait dengan itu, Direktur Center for Petroleum and Energy Economic Studies Kurtubi menyayangkan bahwa sebagian besar investasi hulu migas dialokasikan untuk kegiatan produksi,bukan eksplorasi. Padahal, dengan terus turunnya cadangan migas di Indonesia, kegiatan eksplorasi seharusnya diutamakan. “Kalau dana itu kebanyakan untuk kegiatan produksi, angka itu menyesatkan karena kegiatan produksi itu kan hanya menguras minyak dan dana yang dikeluarkan juga dikembalikan melalui cost recovery,”ujarnya.

Dia menilai, Undang- Undang No 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi menjadi salah satu penghambat kegiatan eksplorasi, sehingga tidak ada penemuan cadangan migas dalamjumlahbesardalambeberapa tahun terakhir ini.

“Adanya pajak eksplorasi dan panjangnya birokrasi membuat investor malas berinvestasi pada kegiatan eksplorasi,” tandasnya. Berdasarkan data Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), cadangan terbukti minyak Indonesia adalah sebesar 4 miliar barel dan diproyeksikan habis dalam 12 tahun ke depan.

Proyeksi itu dengan menggunakan asumsi tingkat produksi sebesar 900 ribu barel per hari dan tidak ditemukannya lagi cadangan baru. Sementara, cadangan terbukti gas bumi nasional saat ini sebesar 107 triliun standar kaki kubik dan diperkirakan habis hingga 40 tahun ke depan.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0339 seconds (0.1#10.140)