Penjualan kaca lembaran naik 5%
A
A
A
Sindonews.com - Penjualan kaca lembaran selama triwulan I/2012 diperkirakan mencapai 260.000 ton. Jumlah itu mengalami kenaikan sekitar 5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Dari total penjualan itu, 50 persen diekspor dan sisanya yang 50 persen adalah pasar domestik,” kata Kepala Unit Kaca Pengaman Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus Gunawan di Jakarta kemarin.
Dia mengatakan, penjualan hingga akhir tahun ini kemungkinan tidak akan mencapai 600.000 unit. Menurutnya penjualan tahun ini hanya akan bertumbuh sekitar 6 persen dibandingkan realisasi tahun lalu.
Dirinya menambahkan, sejumlah faktor utama bakal memengaruhi pertumbuhan industri kaca pada tahun ini, di antaranya adalah masalah pasokan gas yang hingga saat ini masih belum bisa terpenuhi secara penuh. “Akibatnya penjualan tahun ini mungkin akan sekitar 560.000 unit dan tidak mencapai 600.000 unit,” tuturnya.
Hal senada diungkapkan oleh Ketua AKLP Samuel Rembajan. Menurutnya, saat ini, pasokan gas industri kaca baru terpenuhi sekitar 50 persen. Porsi penggunaan energi di industri kaca adalah sekitar 25–30 persen terhadap total biaya produksi. “Komponen biaya yang paling besar unit produksi kaca itu ya energi,” tutur Samuel. Untuk itu, Samuel berharap, pemerintah bisa membantu mencarikan solusi masalah pasokan energi tersebut.
Dia mendesak pemerintah mengutamakan gas untuk industri dalam negeri, agar sektor industri berkembang. Masalah pasokan energi, khususnya gas, juga berdampak terhadap investasi di industri kaca nasional. Investasi di sektor ini menjadi terhambat akibat adanya masalah kekurangan pasokan energi.
Di sisi lain, AKLP juga mengkhawatirkan kemungkinan turunnya penjualan mobil hingga akhir tahun ini akibat kebijakan menaikkan uang muka (down payment/DP) kendaraan seperti yang diperkirakan oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).
Jika penjualan mobil merosot, maka penjualan kaca di sektor automotif pun dipastikan bakal menurun hingga 5 persen. Saat ini, sektor properti dan automotif adalah kontributor terbesar terhadap penjualan kaca. “70–75 persen penjualan kaca di sektor properti. Sedangkan sisanya automotif. Kalau pasar automotif turun, kita juga menjadi khawatir. Kemungkinan akan terjadi penurunan penjualan 5 persen,” paparnya.
Menteri Perindustrian MS Hidayat sebelumnya mengatakan, pihaknya berharap para pemangku kepentingan terkait bisa berkumpul guna membahas solusi dari masalah tersebut. “Saya yakin dalam tiga bulan ini kalau semua stakeholder kumpul bisa diselesaikan. Harus optimistis, stakeholder harus dikumpulkan dan diberi arahan oleh Presiden,” kata Hidayat.
Menurut dia, masalah kelangkaan pasokan gas industri merupakan masalah serius. Hidayat telah meminta kepada Presiden untuk memimpin forum yang khusus membahas masalah itu.
Hidayat menegaskan, masalah tersebut harus segera dituntaskan dalam waktu dekat ini. Jika tidak bisa diselesaikan secara cepat,dia khawatir kondisi tersebut akan menjadi masalah bagi pertumbuhan industri nasional di masa mendatang.
Dia menambahkan,ironis bahwa selama ini Indonesia terus mengekspor gas ke negara lain sementara di negeri sendiri terjadi kekurangan. (ank)
“Dari total penjualan itu, 50 persen diekspor dan sisanya yang 50 persen adalah pasar domestik,” kata Kepala Unit Kaca Pengaman Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus Gunawan di Jakarta kemarin.
Dia mengatakan, penjualan hingga akhir tahun ini kemungkinan tidak akan mencapai 600.000 unit. Menurutnya penjualan tahun ini hanya akan bertumbuh sekitar 6 persen dibandingkan realisasi tahun lalu.
Dirinya menambahkan, sejumlah faktor utama bakal memengaruhi pertumbuhan industri kaca pada tahun ini, di antaranya adalah masalah pasokan gas yang hingga saat ini masih belum bisa terpenuhi secara penuh. “Akibatnya penjualan tahun ini mungkin akan sekitar 560.000 unit dan tidak mencapai 600.000 unit,” tuturnya.
Hal senada diungkapkan oleh Ketua AKLP Samuel Rembajan. Menurutnya, saat ini, pasokan gas industri kaca baru terpenuhi sekitar 50 persen. Porsi penggunaan energi di industri kaca adalah sekitar 25–30 persen terhadap total biaya produksi. “Komponen biaya yang paling besar unit produksi kaca itu ya energi,” tutur Samuel. Untuk itu, Samuel berharap, pemerintah bisa membantu mencarikan solusi masalah pasokan energi tersebut.
Dia mendesak pemerintah mengutamakan gas untuk industri dalam negeri, agar sektor industri berkembang. Masalah pasokan energi, khususnya gas, juga berdampak terhadap investasi di industri kaca nasional. Investasi di sektor ini menjadi terhambat akibat adanya masalah kekurangan pasokan energi.
Di sisi lain, AKLP juga mengkhawatirkan kemungkinan turunnya penjualan mobil hingga akhir tahun ini akibat kebijakan menaikkan uang muka (down payment/DP) kendaraan seperti yang diperkirakan oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).
Jika penjualan mobil merosot, maka penjualan kaca di sektor automotif pun dipastikan bakal menurun hingga 5 persen. Saat ini, sektor properti dan automotif adalah kontributor terbesar terhadap penjualan kaca. “70–75 persen penjualan kaca di sektor properti. Sedangkan sisanya automotif. Kalau pasar automotif turun, kita juga menjadi khawatir. Kemungkinan akan terjadi penurunan penjualan 5 persen,” paparnya.
Menteri Perindustrian MS Hidayat sebelumnya mengatakan, pihaknya berharap para pemangku kepentingan terkait bisa berkumpul guna membahas solusi dari masalah tersebut. “Saya yakin dalam tiga bulan ini kalau semua stakeholder kumpul bisa diselesaikan. Harus optimistis, stakeholder harus dikumpulkan dan diberi arahan oleh Presiden,” kata Hidayat.
Menurut dia, masalah kelangkaan pasokan gas industri merupakan masalah serius. Hidayat telah meminta kepada Presiden untuk memimpin forum yang khusus membahas masalah itu.
Hidayat menegaskan, masalah tersebut harus segera dituntaskan dalam waktu dekat ini. Jika tidak bisa diselesaikan secara cepat,dia khawatir kondisi tersebut akan menjadi masalah bagi pertumbuhan industri nasional di masa mendatang.
Dia menambahkan,ironis bahwa selama ini Indonesia terus mengekspor gas ke negara lain sementara di negeri sendiri terjadi kekurangan. (ank)
()