Konsumen Indonesia paling optimistis ketiga di dunia
A
A
A
Sindonews.com – Indonesia menjadi negara dengan konsumen paling optimistis ketiga di dunia. Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi menilai hal ini terjadi karena orang Indonesia punya keyakinan tinggi terhadap diri, masyarakat, dan negaranya.
”Karena ya memang wajarnya optimistis. Ekonomi kita bertumbuh, perkembangan terjadi, bisnis jalan. Memang ada masalah, tetapi bukan tanpa solusi,” ungkap Bayu melalui pesan singkatnya menanggapi hasil survei Nielsen yang menyatakan konsumen Indonesia menempati urutan ketiga dunia tingkat optimismenya dengan jumlah indeks 118. Jumlah indeks ini naik tipis satu poin dibandingkan kuartal IV/2011 yang sebesar 117. Kepercayaan konsumen pada kuartal I ini mencapai indeks tertinggi sejak 2010.
Lebih jauh,Bayu menjelaskan faktor lainnya disebabkan adanya keterbukaan informasi. Menurut dia, masyarakat melihat sendiri situasi di negaranegara lain yang jauh lebih sulit. ”Dan mereka (masyarakat Indonesia) bersyukur dengan kondisi yang lebih baik di Indonesia,”papar Bayu. Sekjen Asosiasi Pedagang Ritel Indonesia (Aprindo) Rudy J Sumampouw menambahkan, tingkat optimisme konsumen hasil survei Nielsen tersebut sangat terkait dengan kebijakan pemerintah.
Karena itu, pemerintah harus bisa menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan situasi politik di dalam negeri. ”Ekonomi harus bertumbuh sehingga tidak drop dan suhu politik harus dijaga supaya tidak memanas, terutama menjelang pemilu. Jangan sampai itu saling tumpang tindih,”tuturnya.
Mengenai hasil surveinya, Managing Director Nielsen Catherine Eddy menjelaskan posisi Indonesia sama dengan Filipina dengan indeks 118. Sementara urutan pertama dan kedua dalam hal optimisme konsumennya ditempati India dan Arab Saudi dengan jumlah indeks masingmasing 123 dan 119. ”Keyakinan konsumen di Indonesia masih kuat. Indonesia negara teroptimistis ketiga di dunia. Konsisten untuk Indonesia,” kata Catherine dalam jumpa pers di Jakarta kemarin.
Indeks tersebut merupakan temuan kepercayaan global oleh Nielsen melalui survei yang dilakukan pada 10–27 Februari 2012 terhadap lebih dari 28 ribu konsumen online di 56 negara di kawasan Asia- Pasifik, Eropa,Amerika Latin, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Utara. Menurut Catherine, 72 persen konsumen Indonesia mengaku kondisi keuangan pribadi mereka baik dalam 12 bulan mendatang. Adapun 14 persen menyatakan akan luar biasa.
Melihat hasil survei itu, konsumen Indonesia lebih optimistis dibandingkan Brasil yang 63 persen konsumennya menyatakan keuangan mereka dalam keadaan baik dan 15 persen luar biasa. Dia menjelaskan, 68 persen konsumen Indonesia memilih menabung apabila memiliki uang lebih. Selain itu, 29 persen akan menggunakan uang untuk berlibur, 29 persen membayar tagihan atau pinjaman, 28 persen membeli produk teknologi terbaru, dan 27 persen untuk berinvestasi.
”Walaupun konsumen tergolong optimistis akan keadaan keuangan pribadi mereka selama empat kuartal terakhir, mereka juga sangat berhati-hati terhadap pengeluaran. Dengan meningkatnya keadaan perekonomian global dan regional, konsumen merasa lebih percaya diri dengan keadaan keuangan mereka.” Dalam survei itu juga disebutkan, 23 persen konsumen Indonesia menyatakan kondisi ekonomi merupakan kekhawatiran terbesar, sedangkan 14 persen menyatakan ekonomi merupakan kekhawatiran kedua.
Ekonomi terus menjadi kekhawatiran utama konsumen Indonesia, terutama dengan kemungkinan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) yang akan mendorong naiknya harga barang. Ketika harga barang mahal, konsumen akan mengubah pola belanja, yakni membeli produk dalam kemasan dan kategori berbeda dari sebelumnya.
”Harga BBM akan memengaruhi inflasi dan konsumsi. Konsumen kelas D dan E tidak punya pilihan lain. Ketika harga naik,orang panik dan keyakinan akan turun.”Pengamat ekonomi Sri Adiningsih memperkirakan keyakinan konsumen Indonesia bisa menurun hingga akhir tahun ini lantaran sejumlah faktor seperti kenaikan harga BBM dan situasi politik yang memanas.
Selain itu,perlambatan ekonomi di sejumlah negara juga akan memengaruhi tingkat keyakinan konsumen Indonesia. Kendati demikian, Indonesia lebih beruntung dibandingkan negara lain yang mengalami penurunan ekonomi.
”Karena ya memang wajarnya optimistis. Ekonomi kita bertumbuh, perkembangan terjadi, bisnis jalan. Memang ada masalah, tetapi bukan tanpa solusi,” ungkap Bayu melalui pesan singkatnya menanggapi hasil survei Nielsen yang menyatakan konsumen Indonesia menempati urutan ketiga dunia tingkat optimismenya dengan jumlah indeks 118. Jumlah indeks ini naik tipis satu poin dibandingkan kuartal IV/2011 yang sebesar 117. Kepercayaan konsumen pada kuartal I ini mencapai indeks tertinggi sejak 2010.
Lebih jauh,Bayu menjelaskan faktor lainnya disebabkan adanya keterbukaan informasi. Menurut dia, masyarakat melihat sendiri situasi di negaranegara lain yang jauh lebih sulit. ”Dan mereka (masyarakat Indonesia) bersyukur dengan kondisi yang lebih baik di Indonesia,”papar Bayu. Sekjen Asosiasi Pedagang Ritel Indonesia (Aprindo) Rudy J Sumampouw menambahkan, tingkat optimisme konsumen hasil survei Nielsen tersebut sangat terkait dengan kebijakan pemerintah.
Karena itu, pemerintah harus bisa menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan situasi politik di dalam negeri. ”Ekonomi harus bertumbuh sehingga tidak drop dan suhu politik harus dijaga supaya tidak memanas, terutama menjelang pemilu. Jangan sampai itu saling tumpang tindih,”tuturnya.
Mengenai hasil surveinya, Managing Director Nielsen Catherine Eddy menjelaskan posisi Indonesia sama dengan Filipina dengan indeks 118. Sementara urutan pertama dan kedua dalam hal optimisme konsumennya ditempati India dan Arab Saudi dengan jumlah indeks masingmasing 123 dan 119. ”Keyakinan konsumen di Indonesia masih kuat. Indonesia negara teroptimistis ketiga di dunia. Konsisten untuk Indonesia,” kata Catherine dalam jumpa pers di Jakarta kemarin.
Indeks tersebut merupakan temuan kepercayaan global oleh Nielsen melalui survei yang dilakukan pada 10–27 Februari 2012 terhadap lebih dari 28 ribu konsumen online di 56 negara di kawasan Asia- Pasifik, Eropa,Amerika Latin, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Utara. Menurut Catherine, 72 persen konsumen Indonesia mengaku kondisi keuangan pribadi mereka baik dalam 12 bulan mendatang. Adapun 14 persen menyatakan akan luar biasa.
Melihat hasil survei itu, konsumen Indonesia lebih optimistis dibandingkan Brasil yang 63 persen konsumennya menyatakan keuangan mereka dalam keadaan baik dan 15 persen luar biasa. Dia menjelaskan, 68 persen konsumen Indonesia memilih menabung apabila memiliki uang lebih. Selain itu, 29 persen akan menggunakan uang untuk berlibur, 29 persen membayar tagihan atau pinjaman, 28 persen membeli produk teknologi terbaru, dan 27 persen untuk berinvestasi.
”Walaupun konsumen tergolong optimistis akan keadaan keuangan pribadi mereka selama empat kuartal terakhir, mereka juga sangat berhati-hati terhadap pengeluaran. Dengan meningkatnya keadaan perekonomian global dan regional, konsumen merasa lebih percaya diri dengan keadaan keuangan mereka.” Dalam survei itu juga disebutkan, 23 persen konsumen Indonesia menyatakan kondisi ekonomi merupakan kekhawatiran terbesar, sedangkan 14 persen menyatakan ekonomi merupakan kekhawatiran kedua.
Ekonomi terus menjadi kekhawatiran utama konsumen Indonesia, terutama dengan kemungkinan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) yang akan mendorong naiknya harga barang. Ketika harga barang mahal, konsumen akan mengubah pola belanja, yakni membeli produk dalam kemasan dan kategori berbeda dari sebelumnya.
”Harga BBM akan memengaruhi inflasi dan konsumsi. Konsumen kelas D dan E tidak punya pilihan lain. Ketika harga naik,orang panik dan keyakinan akan turun.”Pengamat ekonomi Sri Adiningsih memperkirakan keyakinan konsumen Indonesia bisa menurun hingga akhir tahun ini lantaran sejumlah faktor seperti kenaikan harga BBM dan situasi politik yang memanas.
Selain itu,perlambatan ekonomi di sejumlah negara juga akan memengaruhi tingkat keyakinan konsumen Indonesia. Kendati demikian, Indonesia lebih beruntung dibandingkan negara lain yang mengalami penurunan ekonomi.
()