Impor ancam produksi baja Sulsel
A
A
A
Sindonews.com - Produksi baja karbon rendah dan menengah yang banyak diproduksi di Sulawesi Selatan (Sulsel) terancam oleh tingginya impor baja yang masuk ke daerah ini. Hal ini akibat dari perdagangan bebas yang jika dibiarkan, dikhawatirkan bisa membunuh produksi baja di Sulsel.
“Kami tengah melakukan investigasi mencari dampak negatif dari impor baja tersebut ke Sulsel, jika hasil investigasinya terbukti menghalangi produksi baja yang ada di Sulsel, kami akan mengambil langkah pengamanan,” ujar Wakil Ketua Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI), Taufik Mappaenri, Selasa (15/5/2012).
Langkah pengamanan atau safeguards yang akan ditempuh KPPI kedepannya adalah merekomendasikan agar pemerintah menerapkan tarif bea masuk impor tambahan hingga pembatasan jumlah produk impor. “Ini semata-mata dilakukan untuk menghidupkan produk serupa yang ada di Indonesia,” kata dia.
Taufik yang ditemui selepas menghadiri sosialisasi tindakan pengamanan perdagangan di Sulsel, menambahkan selain baja mangan, gulungan besi dan hasil ekstraksi rumput laut merah berupa agar-agar serta minyak mentah dan tas tangan juga sedang diselidiki di Sulsel.
Namun secara nasional, bukan hanya Sulsel yang mendapati masalah soal impor baja. Rata-rata kasus yang ditangani dari 25 kasus yang dilaporkan, dan 10 telah dilakukan investigasi, didominasi oleh impor baja yang dikeluhkan oleh produsen baja di Indonesia.
Menurutnya, investigasi yang dilakukan KPPI akan mencari tahu bukti dari tingginya volume impor dengan produksi barang serupa di Indonesia. “Jika kedepan ditemukan, bukti tersebut yang mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian, langkah pengamanan akan ditempuh,” ujar Taufik.
Sementara itu, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulsel Ilham Alim Bachrie yang mengandeng KPPI untuk sosialisasi di Sulsel mengimbau, siapa saja pengusaha di Sulsel yang merasa produksinya terganggu dengan impor barang dari luar agar melaporkan ke KPPI.
Apalagi dalam waktu dekat, Kadin akan membentuk satu subbidang yang khusus menangani soal gangguan impor barang-barang tersebut khusus untuk pengusaha di Sulsel. “Kami tidak khawatir dengan tingginya produk impor ke Sulsel, tetapi jika telah mengancam pengusaha lokal, kami harus ambil tindakan, ini pula untuk menjaga kestabilan ekonomi di daerah ini,” tandasnya. (ank)
“Kami tengah melakukan investigasi mencari dampak negatif dari impor baja tersebut ke Sulsel, jika hasil investigasinya terbukti menghalangi produksi baja yang ada di Sulsel, kami akan mengambil langkah pengamanan,” ujar Wakil Ketua Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI), Taufik Mappaenri, Selasa (15/5/2012).
Langkah pengamanan atau safeguards yang akan ditempuh KPPI kedepannya adalah merekomendasikan agar pemerintah menerapkan tarif bea masuk impor tambahan hingga pembatasan jumlah produk impor. “Ini semata-mata dilakukan untuk menghidupkan produk serupa yang ada di Indonesia,” kata dia.
Taufik yang ditemui selepas menghadiri sosialisasi tindakan pengamanan perdagangan di Sulsel, menambahkan selain baja mangan, gulungan besi dan hasil ekstraksi rumput laut merah berupa agar-agar serta minyak mentah dan tas tangan juga sedang diselidiki di Sulsel.
Namun secara nasional, bukan hanya Sulsel yang mendapati masalah soal impor baja. Rata-rata kasus yang ditangani dari 25 kasus yang dilaporkan, dan 10 telah dilakukan investigasi, didominasi oleh impor baja yang dikeluhkan oleh produsen baja di Indonesia.
Menurutnya, investigasi yang dilakukan KPPI akan mencari tahu bukti dari tingginya volume impor dengan produksi barang serupa di Indonesia. “Jika kedepan ditemukan, bukti tersebut yang mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian, langkah pengamanan akan ditempuh,” ujar Taufik.
Sementara itu, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulsel Ilham Alim Bachrie yang mengandeng KPPI untuk sosialisasi di Sulsel mengimbau, siapa saja pengusaha di Sulsel yang merasa produksinya terganggu dengan impor barang dari luar agar melaporkan ke KPPI.
Apalagi dalam waktu dekat, Kadin akan membentuk satu subbidang yang khusus menangani soal gangguan impor barang-barang tersebut khusus untuk pengusaha di Sulsel. “Kami tidak khawatir dengan tingginya produk impor ke Sulsel, tetapi jika telah mengancam pengusaha lokal, kami harus ambil tindakan, ini pula untuk menjaga kestabilan ekonomi di daerah ini,” tandasnya. (ank)
()