Kedelai naik, perajin kolaps
A
A
A
Sindonews.com – Harga kedelai yang melonjak mengakibatkan perajin tahu dan tempe lesu. Di Slawi, ada puluhan perajin tahu yang terpaksa menutup usahanya lantaran harga bahan baku yang melambung tinggi.
Menurut Ketua Paguyuban Perajin Tahu, Berkah Lestari di Desa Pesalakan, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, Samiun, kenaikan harga kedelai yang selama ini menjadi bahan utama pembuatan tahu dan tempe membuat perajin menjerit. Sejumlah perajin bahkan ada yang sampai menutup usahanya. Tercatat,dalam paguyubannya ada sekitar 300 perajin.
”20 perajin di antaranya harus tutup usahanya,” kata Samiun dihubungi di Tegal,kemarin.
Dia menuturkan, bagi perajin yang tidak kolaps,tetap saja usaha berjalan tak lancar.Kenaikan harga bahan baku sangat berdampak buruk pada perajin maupun pengusaha. Kenaikan harga bahan baku terjadi sejak April 2012 lalu. Bertepatan dengan merebaknya isu akan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Praktis, harga kedelai yang semula Rp5.300 per kilogram (kg), sekarang menjadi Rp6.900 sampai Rp7.000 per kg.
Harga tersebut dianggap sangat mencekik, karena naiknya antara 1.600 hingga Rp2.700. ”Kalau masih tinggi seperti sekarang, ya kami kewalahan,” ujarnya. Disinggung soal usaha tahunya, menurutnya, sampai sekarang usaha kerajinan tahunya masih terus berjalan meski dirinya tak bisa meraup untung. Bahkan dirinya mengaku harus tombok. ”Saya tombok terus setiap hari hingga Rp150 ribu,” tandasnya.
Hal serupa disampaikan oleh Tuti, 29, perajin tempe asal Kelurahan Debong Tengah, Tegal Selatan, Tegal. Menurutnya harga bahan baku untuk tempe juga naik seperti tahu. Semula mencapai Rp5.700 per kg,sekarang menjadi Rp6.750 per kg. ”Kenaikannya sejak April lalu,”tandas Tuti. Kenaikan harga bahan baku tidak diikuti dengan harga jual tempe yakni tetap Rp6.750 per kg.
Untuk mengatasi itu, maka Tuti terpaksa memberi campuran ampas tahu. Dalam sekali proses pengolahan tempe,dirinya menghabiskan sekitar 35 kg kedelai yang dicampur dengan 15 kg ampas tahu. Tuti menuturkan, dari jumlah olahan tersebut, dirinya mampu memproduksi sekitar 75 kg tempe.
Menurut Ketua Paguyuban Perajin Tahu, Berkah Lestari di Desa Pesalakan, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, Samiun, kenaikan harga kedelai yang selama ini menjadi bahan utama pembuatan tahu dan tempe membuat perajin menjerit. Sejumlah perajin bahkan ada yang sampai menutup usahanya. Tercatat,dalam paguyubannya ada sekitar 300 perajin.
”20 perajin di antaranya harus tutup usahanya,” kata Samiun dihubungi di Tegal,kemarin.
Dia menuturkan, bagi perajin yang tidak kolaps,tetap saja usaha berjalan tak lancar.Kenaikan harga bahan baku sangat berdampak buruk pada perajin maupun pengusaha. Kenaikan harga bahan baku terjadi sejak April 2012 lalu. Bertepatan dengan merebaknya isu akan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Praktis, harga kedelai yang semula Rp5.300 per kilogram (kg), sekarang menjadi Rp6.900 sampai Rp7.000 per kg.
Harga tersebut dianggap sangat mencekik, karena naiknya antara 1.600 hingga Rp2.700. ”Kalau masih tinggi seperti sekarang, ya kami kewalahan,” ujarnya. Disinggung soal usaha tahunya, menurutnya, sampai sekarang usaha kerajinan tahunya masih terus berjalan meski dirinya tak bisa meraup untung. Bahkan dirinya mengaku harus tombok. ”Saya tombok terus setiap hari hingga Rp150 ribu,” tandasnya.
Hal serupa disampaikan oleh Tuti, 29, perajin tempe asal Kelurahan Debong Tengah, Tegal Selatan, Tegal. Menurutnya harga bahan baku untuk tempe juga naik seperti tahu. Semula mencapai Rp5.700 per kg,sekarang menjadi Rp6.750 per kg. ”Kenaikannya sejak April lalu,”tandas Tuti. Kenaikan harga bahan baku tidak diikuti dengan harga jual tempe yakni tetap Rp6.750 per kg.
Untuk mengatasi itu, maka Tuti terpaksa memberi campuran ampas tahu. Dalam sekali proses pengolahan tempe,dirinya menghabiskan sekitar 35 kg kedelai yang dicampur dengan 15 kg ampas tahu. Tuti menuturkan, dari jumlah olahan tersebut, dirinya mampu memproduksi sekitar 75 kg tempe.
()