Cadangan minyak RI tak lagi jadi primadona
A
A
A
Sindonews.com - Perkembangan produksi energi di Indonesia memperlihatkan penurunan yang cukup signifikan, padahal semakin lama kebutuhan akan energi semakin meningkat, khususnya minyak dan gas. Untuk itu semestinya ada langkah-langkah yang dapat mengimbangi kebutuhan itu.
Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA), Elizabeth Proust menuturkan bahwa cadangan minyak di Indonesia tidak menjadi primadona lagi. Kondisi ini dapat dilihat dari penurunan produksi minyak dari tahun ke tahun.
"Cadangan minyak tidak lagi menjadi primadona. Produksi minyak menurun dari 1,3 juta barel per hari (bpd) di 2001 menjadi 900 bpd pada 2011. Hal itu menggambarkan usia lapangan minyak sudah tua dan tidak produktif," ujar Elizabeth dalam kata sambutannya pada acara pembukaan konvensi dan pameran IPA ke 36 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (23/5/2012).
Dia menambahkan, sektor migas merupakan pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kontribusi sektor ini sangat lah besar. Pada tahun 2011 sektor migas menyumbang tujuh persen untuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, lebih dari 25 persen untuk total pendapatan negara dan investasi langsung yang jumlahnya sangat besar.
Maka dari itu, menurutnya untuk mengembangkan dan membantu pencapaian kebutuhan energi, industri perlu diberikan insentif. "Industri membutuhkan dukungan berupa insentif untuk mengembangkan lapangan yang baru ditemukan yang memerlukan teknologi canggih," jelasnya.
"Kami percaya, Indonesia tidak saja memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan domestik yang makin besar namun juga peluang memperoleh pemasukan dan peningkatan ekspor. Untuk itu diperlukan insentif untuk melakukan investasi di sektor hulu dan minyak gas," pungkasnya. (ank)
Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA), Elizabeth Proust menuturkan bahwa cadangan minyak di Indonesia tidak menjadi primadona lagi. Kondisi ini dapat dilihat dari penurunan produksi minyak dari tahun ke tahun.
"Cadangan minyak tidak lagi menjadi primadona. Produksi minyak menurun dari 1,3 juta barel per hari (bpd) di 2001 menjadi 900 bpd pada 2011. Hal itu menggambarkan usia lapangan minyak sudah tua dan tidak produktif," ujar Elizabeth dalam kata sambutannya pada acara pembukaan konvensi dan pameran IPA ke 36 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (23/5/2012).
Dia menambahkan, sektor migas merupakan pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kontribusi sektor ini sangat lah besar. Pada tahun 2011 sektor migas menyumbang tujuh persen untuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, lebih dari 25 persen untuk total pendapatan negara dan investasi langsung yang jumlahnya sangat besar.
Maka dari itu, menurutnya untuk mengembangkan dan membantu pencapaian kebutuhan energi, industri perlu diberikan insentif. "Industri membutuhkan dukungan berupa insentif untuk mengembangkan lapangan yang baru ditemukan yang memerlukan teknologi canggih," jelasnya.
"Kami percaya, Indonesia tidak saja memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan domestik yang makin besar namun juga peluang memperoleh pemasukan dan peningkatan ekspor. Untuk itu diperlukan insentif untuk melakukan investasi di sektor hulu dan minyak gas," pungkasnya. (ank)
()