Perbankan nasional berupaya perkuat modal
A
A
A
Sindonews.com - Sejumlah perbankan nasional melakukan penguatan modal melalui pengurangan komposisi bagi hasil atau tanpa pembagian deviden. Penguatan modal dalam rangka memperbesar ekspansi bisnis perbankan.
Langkah penguatan modal, dilakukan Bank OCBC NISP. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), menyepakati penggunaan laba bersih perseroan periode 2011 untuk kepentingan penguatan modal. Bank ini mencatat pertumbuhan 80 persen laba bersih, ditopang peningkatan kredit (bruto) sebesar 31 persen, dan dana pihak ketiga (DPK) 20 persen.
“Pemegang saham menyepakati langkah yang diambil perseroan menggunakan seluruh laba bersih tahun 2011 untuk memperkuat struktur permodalan,” jelas Presiden Direktur & CEO Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja, Jumat (25/5/2012).
Penguatan modal diharapkan mempercepat pertumbuhan bisnis OCBC NISP, terutama pada sektor pembiayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Diakui dia, selain tidak membagikan deviden, OCBC NISP juga melakukan rights issue tahap enam senilai Rp1,5 triliun dengan nilai nominal Rp125 setiap saham seharga Rp1.000 per lembar.
Melalui sejumlah langkah penguatan tersebut, CAR perseroan diperkirakan bisa mencapai kisaran 15 persen pada akhir 2012. Langkah serupa juga dilakukan PT Bank Bukopin Tbk. Melalui rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST), sepakat membagikan dividen sebesar 30 persen atau setara Rp221,44 miliar dari laba bersih 2011 sebesar Rp738 miliar. Sedangkan laba bersih sebesar 70 persen ekuivalen Rp516,71 miliar disepakati sebagai cadangan modal.
Kendati porsi untuk cadangan modal lebih besar, namun bank ini mencatat peningkatan pembagian deviden bagi pemegang saham. “Pembagian deviden, lebih besar ketimbang besaran dividen yang dibagikan tahun lalu yakni Rp172,4 miliar atau Rp21,6 per saham,” jelas Direktur Utama Bank Bukopin Glen Glenardi sebagaimana rilis yang diterima SINDO.
Untuk diketahui, sepanjang 2011 Bukopin berhasil membukukan pertumbuhan pendapatan dari bunga bersih sebesar 16,96 persen atau setara Rp2,11 triliun dibandingkan pencapaian tahun 2010 sebesar Rp1,79 triliun. Fee based income tahun 2011 tumbuh sekitar 23 persen menjadi Rp637 miliar dibandingkan kinerja 2010 sebesar Rp519 miliar.
Sementara itu, pengamat ekonomi dari Universitas Pasundan (Unpas) Acuviarta Kartabi mengatakan, upaya sejumlah perbankan memperkuat struktur permodalan diharapkan berefek pada efisiensi perbankan. Penguatan modal, semestinya tidak hanya untuk penguatan komposisi penyaluran kredit atau belanja modal. Tapi lebih pada efisiensi bunga bank.
“Efisiensi bisa dilakukan dengan memperkecil bunga bank. Tingginya bunga bank menyebabkan ekspansi bisnis kurang maksimal. Salah satu contohnya, kredit cinta rakyat (KCR) sampai bulan ini, penyaluran KCR masih dibawah 10 persen. Artinya, ada masalah pada program ini. Bisa jadi karena bunga atau agunannya,” kata dia.
Menurut Acu, langkah penguatan modal yang gencar dilakukan perbankan, tidak berkaitan dengan kondisi ekonomi dunia. Perbankan di Indonesia masih dengan likuiditas bagus didukung kredit macet atau non performing loan (NPL) rendah. (bro)
()