Mei, dana asing keluar Rp5,8 T
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah mencatat, sepanjang Mei 2012 arus modal asing yang keluar dari Indonesia mencapai Rp5,86 triliun, yang berasal dari pasar saham dan surat utang negara (SUN).
“Arus modal asing selama April masih positif, tapi sampai 25 Mei (2012) terjadi net foreign outflow dalam saham dan SUN Rp5,86 triliun,” ujar Menteri Keuangan Agus Martowardjojo dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR,di Jakarta, kemarin.
Agus menjelaskan, keluarnya dana asing ini masih dipicu oleh kondisi perekonomian global, terutama kondisi ekonomi politik Eropa yang masih belum stabil.
Keluarnya dana asing ini terlihat dari pelemahan Indeks HargaSahamGabungan(IHSG) sepanjang Mei 2012 sebesar 6,65% dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sebesar 4,24% per Mei 2012, mencapai Rp9.425 per dolar AS.
Pelemahan rupiah juga dipengaruhi peningkatan permintaan valuta asing (valas) untuk repatriasi dana impor dan pembayaran dividen oleh perusahaan-perusahaan.
Terkait dengan itu, Bank Indonesia (BI) menyiapkan instrumen baru yang diyakini akan dapat menstabilkan nilai tukar rupiah. BI akan membuka term deposit dalam nominal dolar yang merupakan pelengkap dari kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang telah dikeluarkan tahun lalu.
Hal itu dilandasi adanya gejala dana eksportir yang masuk ke bank di Indonesia ternyata tidak dapat dimanfaatkan dengan baik karena minimnya instrumen ataupun outlet penempatan dana.
“Kebijakan ini penting dilakukan sebab nominal dana pihak ketiga (DPK) valas perbankan mencapai sekitar USD43 miliar. Sebagian disalurkan dalam bentuk kredit dan sebagian dana yang idle ditempatkan di pasar uang internasional,” ujar Gubernur BI Darmin Nasution dalam konferensi pers bertema “Kebijakan Pendalaman Pasar Keuangan dan Penguatan Manajemen Operasi Moneter” di Jakarta kemarin.
Darmin mengatakan, BI merasa perlu untuk menyediakan outlet penempatan dana valas dalam bentuk term deposit bernominal dolar AS di BI. Harapannya agar perbankan tidak lagi menempatkan valasnya di luar negeri dan suplai valas di Tanah Air pun tetap terjaga. Agar perbankan tertarik, BI memberikan sejumlah insentif, antara lain bunga yang kompetitif.
BI juga menawarkan early redemption di mana perbankan diperkenankan menarik valasnya sebelum jatuh tempo dan hanya dikenakan biaya administriasi. ATMR bank juga tidak diperhitungkan jika ditempatkan di BI. Aturan ini akan mulai berlaku paling lambat dua minggu setelah diumumkan dan lelang akan dilakukan sesuai kondisi dan kebutuhan.
Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah menambahkan,berbicara soal potensi valas yang bisa dimanfaatkan, berdasarkan data on shore (dalam negeri), transaksi valas bank-bank dalam negeri itu mencapai USD400-500 juta, sementara transaksi bank-bank domestik yang menempatkan dananya di luar negeri mencapai USD2 miliar per hari. “Potensi besar. Jadi dengan uang sebesar itu kalau disirkulasikan kembali ke domestik akan sangat membantu,” ujarnya.
Menurut Halim, saat ini memang terjadi kelangkaan penawaran dolar.Selain itu,bank yang memiliki kelebihan dolar AS pun tidak mau meminjamkan ke bank lain karena faktor risiko. Deputi Gubernur BI Hartadi A Sarwono menambahkan, dengan menyediakan outlet bagi bank diharapkan permintaan dan penawaran valas akan terpenuhi. Stabilnya permintaan dan penawaran valas,juga akan menstabilkan pasar nondelivery forward (NDF) yang menjadi salah satu penyebab melemahnya rupiah terhadap dolar beberapa hari belakangan.
Hartadi menilai, BI melihat dampak pelemahan mata uang regional lebih disebabkan keadaan Eropa dan langkanya dolar.Namun, BI menilai kondisi cadangan devisa saat ini masih kuat untuk intervensi jika diperlukan yaitu sekitar USD113-114 miliar.
Sementara itu, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, term deposit dalam dolar AS ini menarik asalkan bunganya sesuai pasar dan betul-betul mudah saat akan dicairkan. “Saya kira cukup menarik, apalagi ATMR-nya tidak diperhitungkan,” tuturnya.
Sedang Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini mengatakan,jika memang ada instrumen-instrumen baru untuk menginvestasikan kelebihan dana valas tentu perbankan akan menyambutnya dengan baik. Zulkifli mengakui bahwa saat ini memang bank-bank di Indonesia tidak memiliki banyak opsi untuk menginvestasikan kelebihan dana valas. (bro)
()