Sumut salurkan kredit Rp112 T

Senin, 04 Juni 2012 - 10:47 WIB
Sumut salurkan kredit Rp112 T
Sumut salurkan kredit Rp112 T
A A A


Sindonews.com - Seiring dengan tren penurunan suku bunga kredit perbankan, penyaluran kredit di Sumatera Utara (Sumut) mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya.

Tingkat suku bunga perbankan pada periode ini tercatat sebesar 11,36 persen, lebih rendah dibandingkan dengan rata- rata tingkat suku bunga pada kurun waktu dua tahun terakhir, yakni 11,95.

Deputi Direktur Divisi Ekonomi Moneter Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX Mikael Budisatrio mengatakan, pada April 2012, nilai nominal penyaluran kredit sebesar Rp112,97 triliun, meningkat 2,94 persen (month to month/mtm) atau 22,98% (year on year/yoy).

Share perbankan konvensional sebesar 95,29% dan share perbankan syariah terhadap total kredit atau pembiayaan adalah 4,71 persen. Sementara itu, nilai kredit perbankan syariah tercatat tumbuh sebesar 11,76 persen (yoy). Kualitas kredit perbankan masih terjaga dengan baik yang terlihat dari rasio gross non performing loans (NPLs) yang di posisi April 2012 tercatat hanya sebesar 2,45 persen.

“Dibanding Maret 2012 dengan nilai penyaluran kredit sebesar Rp109,74 triliun, realisasi kredit naik 2,94 persen menjadi Rp112,97 triliun. Begitu juga dengan April 2011 yang naik 22,98 persen dari hanya Rp91,86 triliun,” ujarnya kepada wartawan, akhir pekan lalu.

Penyaluran kredit ini, tetap didominasi oleh kredit modal kerja dengan total penyaluran sebesar Rp57,75 triliun. Kemudian disusul kredit konsumsi dengan nilai kredit sebesar Rp31,10 triliun dan kredit investasi sebesar Rp24,12 triliun.

LDR perbankan Sumut pada April 2012 tercatat sebesar 87,41%.Dukungan kredit perbankan terhadap sektor-sektor ekonomi di Sumut masih menunjukkan peningkatan, terutama untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang mengalami peningkatan tertinggi sebesar 2,45 persen (mtm) dengan nilai sebesar Rp27,59 triliun. Disusul oleh kredit industri pengolahan sebesar Rp23,05 triliun. “Hal ini menunjukkan masih tingginya kinerja sektorsektor ekonomi utama di Sumut,” imbuhnya.

Selain itu, realisasi penyaluran KUR di Sumut sampai dengan April 2012, juga mengalami peningkatan. Realisasi KUR pada April 2012 mencapai Rp1,72 triliun atau meningkat 0,87 persen dibandingkan Maret 2012 sebesar Rp1,70 triliun. Jumlah debitur KUR juga mengalami peningkatan 2,52 persen dibandingkan bulan sebelumnya dengan jumlah debitur sebesar 259.479 debitur.

Secara nasional, realisasi penyaluran KUR nasional sampai dengan April 2012 mencapai Rp32,71 triliun dengan rincian Rp28,07 triliun dari enam bank pelaksana dan Rp4,63 triliun dari BPD seluruh Indonesia. Realisasi ini meningkat 1,58 persen dibandingkan posisi Maret 2012 yang tercatat sebesar Rp32,21 triliun.

Sementara itu, pengamat ekonomi dari Universitas Negeri Medan (Unimed) M Ishak mengatakan, nilai total penyaluran kredit meningkat, NPL masih dalam batas wajar.

“Nah,kalu dilihat dari angka-angka itu, jelas Sumut mengalami peningkatan pergerakan ekonominya. Artinya, dana yang ada selama ini di perbankan, telah termanfaatkan masyarakat secara baik untuk kepentingan usaha, bukan konsumsi,” paparnya.

Namun,masih perlu diingat bahwa fokus industri perbankan, baik secara nasional maupun lokal masih pada merekamereka yang memiliki usaha yang besar/luas. Terbukti, peningkatan penyaluran kredit untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masih jauh di bawah non-UMKM, yakni Rp1,72 triliun dibanding Rp112,97 triliun.

“Sebuah angka perbandingan yang menunjukkan peningkatan penyaluran kredit ke usaha pada level UMKM,pihak perbankan belum memberikan sesuatu kesimpulan kalau perbankan sudah mulai melirik usaha-usaha level UMKM,” tukasnya.

Singkatnya, imbuh Ishak, total penyaluran ke UMKM hanya sebesar 1,52 persen dari total penyaluran ke usaha besar. Sedangkan mereka yang berusaha pada level UMKM itu, lebih kurang berjumlah 95 persen dari total mereka yang bergerak dibidang usaha (gabungan UMKM dan Besar). Jadi, penikmat dana yang ada di bank, masih seperti dulu-dulu, yaitu hanya beberapa pelaku bisnis, yaitu mereka yang berbisnis dengan kapasitas besar yang jumlahnya sekitar 5 persen saja.

“Ini yang semestinya diperhatikan BI. Mengingat selain BI telah pernah mengeluarkan anjuran kalau perbankan mulailah fokus juga pada usaha-usaha UMKM atau usaha-usaha yang ada di pedesaan-pedesaan (pinggiran kota), juga untuk menjaga kestabilan ekonomi secara komprehensif,” tandasnya. (bro)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0589 seconds (0.1#10.140)