Ekspor merosot sinyal waspada
A
A
A
Sindonews.com – Pemerintah mewaspadai merosotnya nilai ekspor di tengah gejolak perekonomian global akhir-akhir ini, dengan menyiapkan langkah-langkah khusus.
Menko Perekonomian Hatta Rajasa menegaskan, langkah khusus tersebut untuk mengantisipasiturunnya eksporyang berimbas pada angka pertumbuhan ekonomi.
Dia mengatakan, ada empat hal yang perlu dijaga dalam situasi yang tidak menentu seperti saat ini, yakni menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, tidak mengeluarkan peraturan yang menimbulkan kepanikan pasar,memenuhi kebutuhan domestik tanpa mengandalkan produk impor, dan meningkatkan investasi.
“Sudah jelas ekspor kita menurun.Makanya kita harus menjaga agar jangan terlalu jauh penurunan itu,”tandasnya di Istana Negara, Jakarta, kemarin.
Hatta mengatakan, ekonomi Eropa memiliki dampak besar terhadap penurunan ekspor di berbagai negara, termasuk Indonesia.Untuk itu,angka pertumbuhan pada kuartal pertama tetap dijaga dengan meningkatkan daya saing. Terkait penurunan kinerja ekspor, Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan bahwa Kementerian Perdagangan dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bisa berkoordinasi dalam memacu investasi.
“Itu yang bisa dilakukan bersama. Kedua dengan memperkuat pasar domestik, itu yang bisa dilakukan kita sekarang. Secara faktual, market besar kita di Eropa dan Amerika Serikat itu sedang menurun,” kata Hidayat di Jakarta kemarin.
Hidayat menyebutkan, Indonesia bisa melakukan penjajakan dengan pasar lain.Kemendag dan BKPM, kata dia, bisa memaksimalkan promosi investasi. Dia menjelaskan, sejumlah masalah utamanya sudah jelas seperti infrastruktur. “Masalah infrastruktur dan biaya tidak resmi misalnya. Jadi, artinya banyak ketidakpastian. Itu saja yang kita perbaiki. Sebab kalau tidak,tahun ini bisa menurun,”tandasnya.
Seperti diketahui, neraca perdagangan Indonesia pada April sudah mencatatkan defisit USD641,1 juta. Defisit disebabkan laju impor yang lebih tinggi dibandingkan impor. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan nilai ekspor pada April 2012 mencapai USD15,98 miliar. Pencapaian ini merupakan sebuah kemunduran drastis, karena pada Maret ekspor Indonesia masih membukukan nilai USD17,251 miliar. Sebaliknya, kinerja impor terus menunjukkan peningkatan.
Pasar Tunggal ASEAN
Di sisi lain, pasar tunggal yang terbentuk ketika ASEAN Economic Community (AEC) diimplementasikan pada 2015 mendatang harus bisa dihadapi oleh semua pihak yang terkait. Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, semua pihak harus mempersiapkan dirinya dengan baik guna menghadapi pasar tunggal AEC.
“Yang saya takutkan dua tahun mendatang, implementasi AEC akan dilaksanakan.Kawasan ASEAN akan terintegrasi,semua aturan ekonomi akan sama. Kalau tidak kompetitif,industri nasional kita akan menghadapi masalah,” kata Hidayat dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR di Jakarta kemarin.
Terkait itu, lanjutnya, berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing industri harus terus dilakukan,termasuk melindungi pasar dalam negeri. “Penurunan serapan pasar dunia saat ini membuat Indonesia sebagai salah satu sasaran pasar bagi produk-produk industri dunia, termasuk hasil manufaktur dari China,”jelasnya.
China,lanjutnya, unggul dalamproduksimassalproduksegmenmenengahke bawah.Jadidi bidang itu, Indonesia harus memperkuat diri daya saingnya. Dia berharap koordinasi lintas kementerian,yakni Kementerian Perindustrian,Kementerian Perdagangan, dan Badan Standardisasi Nasional (BSN) bisa terus ditingkatkan.
Kepala BSN Bambang Setiadi mengatakan,pihaknya mengidentifikasi produk-produk impor yang masuk ke pasar dalam negeri guna melakukan pemetaan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang akan dirancang untuk produk-produk itu.
BSN juga pernah melakukan hal serupa ketika implementasi ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA).Produk-produk yang diidentifikasi berasal dari Korsel,India,Selandia Baru,dan Australia.
Menko Perekonomian Hatta Rajasa menegaskan, langkah khusus tersebut untuk mengantisipasiturunnya eksporyang berimbas pada angka pertumbuhan ekonomi.
Dia mengatakan, ada empat hal yang perlu dijaga dalam situasi yang tidak menentu seperti saat ini, yakni menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, tidak mengeluarkan peraturan yang menimbulkan kepanikan pasar,memenuhi kebutuhan domestik tanpa mengandalkan produk impor, dan meningkatkan investasi.
“Sudah jelas ekspor kita menurun.Makanya kita harus menjaga agar jangan terlalu jauh penurunan itu,”tandasnya di Istana Negara, Jakarta, kemarin.
Hatta mengatakan, ekonomi Eropa memiliki dampak besar terhadap penurunan ekspor di berbagai negara, termasuk Indonesia.Untuk itu,angka pertumbuhan pada kuartal pertama tetap dijaga dengan meningkatkan daya saing. Terkait penurunan kinerja ekspor, Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan bahwa Kementerian Perdagangan dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bisa berkoordinasi dalam memacu investasi.
“Itu yang bisa dilakukan bersama. Kedua dengan memperkuat pasar domestik, itu yang bisa dilakukan kita sekarang. Secara faktual, market besar kita di Eropa dan Amerika Serikat itu sedang menurun,” kata Hidayat di Jakarta kemarin.
Hidayat menyebutkan, Indonesia bisa melakukan penjajakan dengan pasar lain.Kemendag dan BKPM, kata dia, bisa memaksimalkan promosi investasi. Dia menjelaskan, sejumlah masalah utamanya sudah jelas seperti infrastruktur. “Masalah infrastruktur dan biaya tidak resmi misalnya. Jadi, artinya banyak ketidakpastian. Itu saja yang kita perbaiki. Sebab kalau tidak,tahun ini bisa menurun,”tandasnya.
Seperti diketahui, neraca perdagangan Indonesia pada April sudah mencatatkan defisit USD641,1 juta. Defisit disebabkan laju impor yang lebih tinggi dibandingkan impor. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan nilai ekspor pada April 2012 mencapai USD15,98 miliar. Pencapaian ini merupakan sebuah kemunduran drastis, karena pada Maret ekspor Indonesia masih membukukan nilai USD17,251 miliar. Sebaliknya, kinerja impor terus menunjukkan peningkatan.
Pasar Tunggal ASEAN
Di sisi lain, pasar tunggal yang terbentuk ketika ASEAN Economic Community (AEC) diimplementasikan pada 2015 mendatang harus bisa dihadapi oleh semua pihak yang terkait. Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, semua pihak harus mempersiapkan dirinya dengan baik guna menghadapi pasar tunggal AEC.
“Yang saya takutkan dua tahun mendatang, implementasi AEC akan dilaksanakan.Kawasan ASEAN akan terintegrasi,semua aturan ekonomi akan sama. Kalau tidak kompetitif,industri nasional kita akan menghadapi masalah,” kata Hidayat dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR di Jakarta kemarin.
Terkait itu, lanjutnya, berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing industri harus terus dilakukan,termasuk melindungi pasar dalam negeri. “Penurunan serapan pasar dunia saat ini membuat Indonesia sebagai salah satu sasaran pasar bagi produk-produk industri dunia, termasuk hasil manufaktur dari China,”jelasnya.
China,lanjutnya, unggul dalamproduksimassalproduksegmenmenengahke bawah.Jadidi bidang itu, Indonesia harus memperkuat diri daya saingnya. Dia berharap koordinasi lintas kementerian,yakni Kementerian Perindustrian,Kementerian Perdagangan, dan Badan Standardisasi Nasional (BSN) bisa terus ditingkatkan.
Kepala BSN Bambang Setiadi mengatakan,pihaknya mengidentifikasi produk-produk impor yang masuk ke pasar dalam negeri guna melakukan pemetaan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang akan dirancang untuk produk-produk itu.
BSN juga pernah melakukan hal serupa ketika implementasi ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA).Produk-produk yang diidentifikasi berasal dari Korsel,India,Selandia Baru,dan Australia.
()