Krisis Eropa akan berlangsung lama

Kamis, 07 Juni 2012 - 09:06 WIB
Krisis Eropa akan berlangsung lama
Krisis Eropa akan berlangsung lama
A A A
Sindonews.com – Gejolak perekonomian yang melanda Eropa diperkirakan berlangsung lebih lama. Krisis bahkan telah meluas dari sekadar persoalan ekonomi menjadi gejolak sosial politik.

“Kondisi global, terutama di Eropa makin penuh tantangan. Semula kita berharap segera selesai, namun tampaknya masih berlangsung terus,” tutur Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta,kemarin.

Mahendra mengatakan, demi mengantisipasi kemungkinan terburuk, pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah yang diharapkan bisa memperkokoh fundamental ekonomi,terutama dalam menjaga momentum pertumbuhan.

Kebijakan tersebut di antaranya terkait stabilitas inflasi, keluar-masuknya arus modal, serta investasi.“Fundamental dan kebijakan-kebijakan yang ada tampaknya kita harus lebih mewaspadai dan mengantisipasi dengan lebih baik,” imbuhnya.

Kendati kondisi Eropa terus memburuk, Mahendra meminta semua pihak untuk tidak terlalu mengkhawatirkan dampak krisis Eropa di Indonesia. Mantan Wakil Menteri Perdagangan tersebut menjelaskan, Indonesia memang akan terpengaruh kondisi di Eropa, tetapi dalam skala yang tidak besar. Pengaruh krisis Eropa lebih hanya akan terasa di pasar modal maupun pasar obligasi. “Tidak perlu menimbulkan kekhawatiran, tapi tentu ada antisipasi,”ungkapnya.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo juga melihat krisis ekonomi Eropa akan berlangsung cukup lama. Lamanya krisis ini dipicu oleh perkembangan politik di beberapa negara Eropa yang mengalami perubahan dengan cepat, terutama negara-negara yang memiliki kepala pemerintahan baru. “Pemimpin-pemimpin yang baru dipilih mempunyai pemikiran dan visi yang mungkin bisa berdampak pada kesatuan rencana zona euro sebelumnya,” tandasnya.

Agus menambahkan, Indonesia memiliki ekonomi domestik serta investasi yang bisa diandalkan untuk meredam krisis. Namun, dampak dari sektor keuangan harus diwaspadai lantaran banyak lembaga keuangan atau bank-bank di Eropa yang memiliki peran besar di Asia terpengaruh krisis Benua Biru. Mereka bisa saja mengurangi prioritas serta peran mereka di Asia, termasuk Indonesia.

“Mereka mempunyai suatu prioritas atau preferensi yang beda dalam hubungan mereka dengan negara-negara di luar Eropa. Ini perlu kita antisipasi. Jangan sampai trade financing ataupun pembayaran-pembayaran yang diperlukan Indonesia terpengaruh,”tandasnya.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution meyakini bank-bank Eropa ataupun lembaga keuangan dari kawasan tersebut tidak akan menghentikan pinjamannya ke luar Eropa secara total meskipun krisis di sana memburuk.“Menghentikan total tidak, mengurangi mungkin iya,”tandasnya. Dari Eropa, lembaga pemeringkatMoody’sInvestorServices kemarinmenurunkanperingkat kredit enam bank di Jerman, termasuk bank nomor dua terbesar di negara itu, Commerzbank.

Dalam pernyataan resmi Moody’s menyebutkan,keenam bank tersebut dipangkas peringkatnya sebanyak satu dan dua notch.Lima bank lainnya,selain Commerzbank, yang diturunkan peringkatnya adalah Deka- Bank,DZ Bank,LBBW,Helaba, dan NordLB. Khusus NordLB mengalami penurunan dua notch.

“Bertambahnya risiko dan kejutan di pasar keuangan akibat krisis utang zona euro terakumulasi dengan terbatasnya kapasitas penyerapan dana,” kata Moody’s dikutip AFP kemarin.

Di samping menurunkan peringkat keenam bank di Jerman, Moody’s juga tengah memantau kinerja bank-bank di kawasan regional seperti WGZ Bank dan bank terbesar di Jerman, Deutsche Bank. “Sampai saat ini outlook-nya masih stabil,”ujar Moody’s. Sementara itu, outlook dua bankyangmasihsatugrupyakni Commerzbank dan WGZ Bank, menurutMoody’s,berubahmenjadi negatif yang menggambarkan ada gejolak di lingkungan bisnisnya. Sejak Februari lalu,Moody’s sudah menurunkan peringkat utang 114 bank di Eropa.

Keputusan tersebut dibuat karena didasarkan atas lingkungan ekonomi yang terus memburuk akibat krisis utang dan besarnya defisit yang ditanggung sejumlah negara zona euro. Kendati menurunkan ratusan peringkat utang perbankan di sejumlah negara, khusus di Jerman, Moody’s menilai masih ada faktor yang meringankan seperti rendahnya pengangguran serta rendahnya utang swasta dan rumah tangga.
“Secara umum ketahanan ekonomi Jerman baik,” kata Moody’s. Faktor lainnya, kata Moody’s, adalah risiko pendanaan pada bank-bank di Jerman yang relatif rendah.

Sementara itu,Komisi Uni Eropa (UE) akan meluncurkan rencana baru yang dirancang untuk menyetop penggunaan dana pembayar pajak dalam skema pemberian dana talangan perbankan bermasalah. Langkah tersebut demi memastikan kerugian akan ditanggung pemegang saham perbankan dan kreditur serta meminimalkan biaya bagi pembayar pajak. “Rencana itu untuk mencegah perbankan bermasalah yang berada di Spanyol atau Yunani yang dapat menjatuhkan seluruh sistem,” ujar Komisi UE,dikutip BBC,Selasa (5/6) malam waktu setempat.

Komisi tersebut menambahkan, tujuan utama dari rencana tersebut adalah untuk memastikan fungsi perbankan berjalan dengan baik. Seperti diketahui, krisis keuangan global telah menjatuhkan bankbank besar termasuk Nothern Rock, Lehman Brothers, perbankan Islandia, Fortis and Franco-Belgian Dexia, dan Anglo Irish Bank. Di Eropa, saat ini perbankan Yunani dan Spanyol tengah menjadi sorotan.Kedua negara tersebut sedang mencari pendanaan hingga 80 miliar euro (USD100 miliar) guna memperkuat modal perbankan.

Sebelumnya kelompok 20 negara maju dan berkembang (G-20) telah menyepakati rencana resolusi perbankan pada September 2009. Hal tersebut akan memberikan hak otoritas kepada UE untuk ikut campur tangan.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4268 seconds (0.1#10.140)