Mandiri cari kredit valas USD350 juta
A
A
A
Sindonews.com - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menyatakan tengah melakukan kajian pinjaman dalam bentuk valuta asing (valas) sebesar USD350 juta. Pinjaman ini dimaksudkan untuk mendukung likuiditas valas perseroan dan rencananya direalisasikan dalam kurun waktu dekat.
Direktur Keuangan & Strategy Pahala N Mansyuri mengatakan, perseroan melakukan dua hal untuk menjamin ketersediaan likuiditas valas. Pertama dengan berupaya memaksimalkan perolehan dana dari devisa hasil ekspor (DHE).
Kedua adalah dengan mengkaji kemungkinan untuk bisa memperoleh pinjaman jangka menengah dalam bentuk valas,yaitu sekitar USD350 juta. “Detailnya belum bisa disampaikan, masih dalam proses finalisasi. Kita harapkan dalam 1–2 bulan mendatang,” ujarnya usai acara Media Briefing CFO (Chief Financial Officer) Forum di Jakarta, Senin 11 Juni 2012.
Pahala mengaku, saat ini Mandiri memiliki ekses likuiditas sekitar USD1,5 miliar dengan loan to deposit valas di kisaran 75 persen pada kuartal I.Selain itu, saat ini perseroan tengah mengurangi pemberian kredit dalam valas.
Menurut dia,ekses dana sebesar itu, terutama yang berasal dari pinjaman sebesar USD350 juta, dapat disalurkan kembali dalam bentuk kredit. “Dalam penyaluran kredit valas,kita lebih berhati-hati tapi kita belum sama sekali stop. Sampai saat ini kita sangat membatasi pemberian kredit valas yang baru.Yang sudah kita berikan (komitmen) akan tetap kita salurkan,” tuturnya.
Pahala menyampaikan, target pertumbuhan kredit tahun ini dapat mencapai 22–24 persen. Perkiraan pertumbuhan ini naik dari sebelumnya yang dipatok sebesar 20–22 persen. Perubahan target ini berdasarkan pertumbuhan kredit yang sangat signifikan pada kuartal I yang mencapai 29,9 persen.
“Jadi, ada penambahan target kredit Rp5 triliun,memang bagian dari pertumbuhan yang jauh dari perkiraan sebelumnya. Ini masuk bagian dari pertumbuhan yang sudah kita revisi tadi, jadi 24 persen,” ujar Pahala.
Pahala mengungkapkan, perseroan tidak mempermasalahkan modal karena per Maret 2012 posisi rasio kecukupan modal (CAR) perseroan masih di level 16,5 persen, dan dinilai masih bisa membiayai pertumbuhan kredit sebesar 22 persen per tahun sampai 2014. “Untuk pendanaan, target DPK (dana pihak ketiga) tidak ada revisi secara total, tapi kita fokuskan ke dana murah sampai akhir tahun,” tutupnya.
GM Transaksional Banking Mandiri Novi menambahkan, perseroan berupaya meningkatkan porsi dana pihak ketiga (DPK) nasabah korporasi yang saat ini masih di kisaran 25–27 persen dari total DPK. Salah satu cara yang disiapkan Mandiri adalah dengan mendorong fasilitas cash management untuk perusahaan-perusahaan.
Sementara, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Gatot M Suwondo mengaku telah menyelesaikan proses penerbitan obligasi global (global bond) sebesar USD500 juta. Perseroan menerbitkan obligasi ini dalam rangka memperkuat kinerja keuangan cabang di luar negeri, di samping mendukung kebutuhan valas di dalam negeri.
Menurut Gatot, selama ini cabang-cabang BNI yang berada di luar negeri, baik itu cabang Singapura, Tokyo, Hong Kong, New York, maupun London, ketika membutuhkan likuiditas dalam bentuk USD selalu meminta kantor pusat yang ada di Indonesia. Hal ini mengakibatkan likuiditas valas di kantor pusat cukup mengetat dikarenakan perseroan harus menempatkan sejumlah dana di cabang-cabang tersebut.
“Selama ini cabang di luar negeri mengambil dari BNI pusat. Ke depan, supaya lebih independen, hasil dari penerbitan bond ini kita sengaja taruh di luar,” katanya. (bro)
()