Kurang kerja sama, ekspor Sulsel kian merosot

Selasa, 12 Juni 2012 - 10:51 WIB
Kurang kerja sama, ekspor...
Kurang kerja sama, ekspor Sulsel kian merosot
A A A


Sindonews.com - Peranan Pemerintah Provinsi (Provinsi) Sulawesi Selatan (Sulsel) sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan nilai ekspor komoditi unggulan di daerah ini yang beberapa bulan terakhir merosot.

Sejak awal tahun, ekpor Sulsel telah mengalami penurunan nilai ekspor di beberapa komoditi, puncaknya pada April tahun ini.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel per April 2012 memperlihatkan, dari 10 jenis komoditi ekspor Sulsel hanya komoditi kayu dan barang dari kayu yang memperlihatkan pertumbuhan sebesar 13,02 persen. Selebihnya turun jika dibandingkan pada nilai ekspor bulan sebelumnya. Sebaliknya, nilai impor malah tumbuh 17,58 persen.

Pengamat Ekonomi Sulsel Agus Arman menilai, peranan pemerintah sangat dibutuhkan. “Jika tidak menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk menetapkan negara tujuan ekspor, bisa menjadi kemerosotan pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.

Selama ini, ekspor Sulsel lebih banyak ke negara Jepang, China, Amerika Serikat, Malaysia dan Vietnam. Menurut Agus, harus ada penambahan jumlah negara tujuan ekspor jika ingin menyelamatkan ekspor Sulsel. Selain pengusaha yang harus bekerja ekstra, peran pemerintah menjalin kerja sama juga sangat dibutuhkan.

Walau demikian, merosotnya ekspor Sulsel, menurut Agus, juga tidak lepas dari krisis yang melanda Eropa. Bahkan, menurut dia, hampir seluruh provinsi di Indonesia terkena dampak krisis tersebut.

Nilai ekspor Sulsel April ini hanya USD64,10 juta, turun 20,49 persen dari bulan sebelumnya yang membukukan USD80,62 juta. Komoditi yang paling merosot adalah kakao sebesar 35,40 persen dari USD9,18 juta pada Maret menjadi USD5,93 juta. Bahkan secara year on year (YoY) nilainya turun 17,87 persen. Penurunan nilai ekspor kakao tersebut, tidak sejalan dengan program gerakan nasional (gernas) kakao yang telah menguras banyak anggaran negara.

Kepala BPS Sulsel Bambang Pramono sebelumnya mengatakan, kemerosotan nilai ekspor dipengaruhi berbagai faktor. Salah satunya, karena terjadi krisis di Eropa yang berdampak pada melemahnya permintaan berbagai komoditi yang berimbas pada komoditi unggulan di Sulsel. Namun Bambang memperkirakan di kuartal kedua tahun ini hingga menjelang akhir tahun, ekspor Sulsel akan kembali menggeliat, seiring dengan membaiknya perekonomian dunia.

Dia juga yakin pertumbuhan ekonomi akan mencatatkan rekor baru dari pencapaian tahun sebelumnya, 8,12 persen. Sementara itu Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulsel Ahmad Habib yang dikonfirmasi terpisah kemarin, enggan mengomentari kemerosotan ekspor Sulsel tersebut dengan dalih belum memegang data dari BPS.

“Saya belum bisa memberi keterangan langkah apa yang harus ditempuh mengantisipasi hal tersebut.Data belum ada di tangan saya,” tandasnya. (bro)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1077 seconds (0.1#10.140)